Penelitian: Tidak Makan Daging Lebih Berisiko Patah Tulang


Pemakan daging memiliki risiko kecil mengalami patah tulang. (Unsplash/khm)
SEBAGIAN orang yang sedang melakukan diet, pasti sangat mengurangi konsumsi daging. Menurut mereka, mengonsumsi daging akan merusak diet yang sudah mereka jalani selama ini. Selain itu, daging juga mengandung kalori yang tinggi dan minimnya nutrisi.
Pelaku diet yang tidak makan daging pun beragam. Di antaranya termasuk vegetarian yang tidak memakan segala daging hewan tetapi tetap mengonsumsi telur dan susu.
Kemudian, ada vegan yang juga tidak makan daging serta tidak mengonsumsi produk hewani seperti telur dan susu.
Selain itu, terdapat pescatarian yang hanya mengonsumsi makanan laut sebagai satu-satunya sumber hewani dalam pola makan mereka. Nah, ketiga kelompok inilah yang memiliki risiko tinggi untuk mengalami patah tulang.
Baca juga:

Melansir laman Fox News, hal tersebut dibuktikan dalam studi yang dilakukan oleh para peneliti di Universitas Oxford, Inggris.
Para peneliti mempelajari sekitar 54.858 orang dengan rata-rata usia 50 tahun. Kemudian mereka dikategorikan ke dalam empat kelompok yang berbeda.
Dari kelompok tersebut terdapat sebanyak 29.380 orang pemakan daging, 15.499 orang vegetarian, 8.037 orang pemakan ikan, dan 1.982 orang vegan. Jumlah penelitian ini juga sudah dipublikasikan secara meluas di situs web BMC Medicine.
Awalnya, para partisipan mengisi kuesioner mengenai diet, kebiasaan merokok, konsumsi suplemen makanan, minum alkohol, dan lainnya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa vegan memiliki peningkatan risiko 43 persen serta vegetarian memiliki sekitar sembilan persen risiko terkena patah tulang dibandingkan dengan pemakan daging.
Baca juga:

Untuk kasus patah tulang pinggul, vegan memiliki risiko 2,3 kali lebih tinggi dibandingkan pemakan daging. Selain itu, vegetarian dan pescatarian memiliki risiko 25 persen.
Ketiga kelompok tersebut juga ditemukan memiliki indeks massa tubuh (BMI) yang lebih rendah dibandingkan pemakan daging.
Walaupun disesuaikan dengan mengonsumsi kalsium dan protein, namun para peneliti mengatakan bahwa pemakan non-daging masih berisiko tinggi patah tulang. Meskipun risiko tersebut sudah menurun karena faktor tertentu.
“Penelitian sebelumnya menjelaskan hubungan terbalik antara BMI dan jenis patah tulang lainnya, terutama patah tulang pinggul. Mungkin karena kekuatan benturan tulang selama jatuh, meningkatkan produksi estrogen dan adipositas.” Ujar para peneliti.
Mereka juga menjelaskan bahwa hasil penelitian tersebut menjadi studi prospektif pertama yang mengaitkan diet dah patah tulang. Dibutuhkan penelitian lebih lanjut mengenai dua kaitan tersebut. (scp)
Baca juga:
Bagikan
Ananda Dimas Prasetya
Berita Terkait
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke

Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik, Alasanya Tambah Jumlah Peserta Penerima Bantuan Iuran
