Penelitian: COVID-19 Bisa Bertahan di Layar Ponsel Selama 28 Hari
Penelitian menyebutkan Virus Corona bisa menempel di ponsel selama 28 hari (Foto: pixabay/myriams-fotos)
PONSEL saat ini merupakan salah satu benda 'wajib' yang selalu dibawa dalam kesehariannya. Berbagai aktivitas saat ini umumnya dilakukan di ponsel pintar.
Celakanya ponsel bisa menjadi tempat bersarangnya COVID-19. Dalam sebuah penelitian dari badan sains nasional Australia menyebutkan, virus yang menyebabkan COVID-19 dikabarkan bisa tatap aktif di permukaan yang halus seperti ponsel pintar, permukaan logam, dan uang kertas lebih lama dari pada flu pada umumnya.
Baca Juga:
Bill Gates Kecewa Sistem Tes COVID-19 di AS, Ini Penjelasannya
Para peneliti menemukan bahwa virus tersebut bisa tetap hidup hingga 28 hari, meskipun dalam lingkungan yang sangat terkendali. Dibandingkan dengan virus influenza tetap menular pada kondisi yang sama, tapi hanya selama 17 hari. Para peneliti membuktikan bahwa virus corona 'sangat kuat' dibandingkan dengan virus lain.
"Temuan ini menunjukkan SARS-CoV-2 dapat tetap menular secara signifikan lebih lama daripada yang dianggap mungkin secara umum," ucap peneliti seperti yang dilansir dari laman engdaget.
Selain itu peneliti juga menyimpulkan, bahwa kain dan permukaan berpori lainnya bisa membawa virus menular hanya dalam 14 hari. Berbeda setengah bulan dari permukaan yang halus seperti ponsel pintar, permukaan logam, dan uang kertas.
Sementara itu, untuk menunjukan pentingnya membersihkan dan mendisinfeksi ponsel dan permukaan lainnya, peneliti memberikan beberapa peringatan besar.
Baca Juga:
Kisah Pekerja yang 'Dituduh' Positif COVID-19 di Tengah Maraknya Isu PHK
Pertama yakni melakukan pembersihan pada suhu sekitar 18 derajat celsius dalam kondisi gelap. Tujuannya untuk meniadakan efek sinar UV, jauh dari kondisi dunia nyata. Eksperimen itu tidak menggunakan lendir segar, biasanya terdapat Virus pada permukaan yang mengandung sel darah putih dan antibodi.
"Menurut pendapat saya, virus hanya akan bertahan selama berjam-jam di dalam lendir dibandingkan di permukaan selama berhari-hari," ujar profesor Universitas Cardiff, Ron Eccles kepada BBC.
Menurut Pusat Pengendalian Penyakit (CDC), penyebaran dari permukaan yang bersentuhan tidak dianggap sebagai cara umum penyebaran COVID-19.
Sebaliknya, faktor yang paling umum adalah droplets yang dihasilkan oleh batuk atau bersin. Pedoman baru juga menyarankan bahwa itu juga bisa ditularkan melalui udara di ruang yang berventilasi buruk dan tertutup. ini yang kerap kali melibatkan aktivitas yang menyebabkan pernapasan lebih berat, seperti bernyanyi atau olahraga. (Ryn)
Baca Juga:
Penelitian Menyebutkan ASI Bisa Mencegah COVID-19, Ini Penjelasannya
Bagikan
Berita Terkait
Pengecekan Kesehatan Cepat kini Tersedia di Stasiun MRT Jakarta Dukuh Atas
Penanganan Penyakit Tuberculosis Bakal Contoh Pola Pandemi COVID-19
Kasus ISPA di Jakarta Naik Gara-Gara Cuaca, Warga Diminta Langsung ke Faskes Jika Ada Gejala
Bisa Ditiru nih Ladies, Cara Davina Karamoy Hindari Anemia tanpa Ribet
The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati
DPR Kritik BPJS Kesehatan Nonaktifkan 50.000 Warga Pamekasan, Tegaskan Hak Kesehatan tak Boleh Disandera
[HOAKS atau FAKTA]: Terlalu Sering Makan Mi Instan Bisa Bikin Usus Tersumbat
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak