Penelitian Menyebutkan ASI Bisa Mencegah COVID-19, Ini Penjelasannya


ASI dikabarkan bisa mencegah COVID-19 (Foto: Pixabay/profile)
MENURUT studi baru dari para ilmuwan Tiongkok, Air Susu Ibu (ASI) dikabarkan bisa mencegah atau mengobati COVID-19. Tim peneliti di Beijing, menguji efek ASI pada sel yang terpapar virus Sars-CoV-2. Susu dikumpulkan pada tahun 2017, jauh sebelum terjadinya pandemi.
Jenis sel yang diuji cukup bervariasi, sel ginjal hewan, sel paru-paru dan usus manusia muda. Hasil pengujiannya sama, yakni sebagian besar galur virus yang hidup dibunuh oleh susu.
"ASI memblokir virus masuk, bahkan memblokir replikasi virus setelah masuk" jelas tim yang dipimpin oleh Profesor Tong Yigang dari Universitas Teknologi Kimia Beijing yang menulis hasil itu dalam dua makalah non-peer-review yang diposting di biorxiv.org, seperti yang dikutip dari South China Morning Post.
Baca Juga:

Ada anggapan menyusui meningkatkan risiko penularan virus. Karena menurut laporan media Tiongkok, di Wuhan, tempat virus pertama kali terdeteksi, bayi baru lahir dipisahkan dari ibu yang dites positif, dan diberi makan secara eksklusif dengan susu formula.
Sementara itu, pusat pengendalian penyakit AS juga memperingatkan, bahwa bayi yang disusui oleh ibu yang diduga atau dipastikan membawa COVID-19, juga harus dilihat sebagai pembawa 'tersangka'. Namun, studi terbaru mendukung sikap resmi Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) bahwa ibu harus terus menyusui, bahkan jika mereka mengidap COVID-19.
WHO melacak 46 pasien COVID-19 menyusui anak-anak mereka di beberapa negara hingga Juni. Gen virus terdeteksi dalam ASI tiga ibu, tetapi tidak ada bukti infeksi. Hanya satu anak yang dinyatakan positif dan penularan melalui cara lain tidak dapat dikesampingkan.
Profesor Tong Yigang dan koleganya mencampurkan beberapa sel sehat ke dalam ASI manusia. Kemudian mencuci ASI dan mengekspos sel tersebut ke virus. Mereka mengamati hampir tidak ada pengikatan atau masuknya virus ke sel-sel tersebut, dan pengobatan juga menghentikan replikasi virus dalam sel yang telah terinfeksi. Mereka menyimpulkan bahwa infeksi bisa dihambat oleh ASI, yang telah diketahui memiliki efek menekan pada bakteri dan virus seperti HIV.
Baca Juga:
Pria Beristri Pura-Pura Terpapar COVID-19 untuk Kawin Lari dengan Selingkuhan

Tong dan koleganya mencurigai virus corona sensitif terhadap beberapa protein antivirus terkenal dalam susu seperti laktoferin. Namun tidak menemukan satu pun protein yang bekerja seperti yang diharapkan. Sebaliknya, mereka justru mengatakan bahwa yang paling disukai untuk menghambat virus ialah whey, yang mengandung beberapa protein berbeda.
Menurut penelitian Tong, air dadih sapi dan kambing bisa menekan strain virus hidup sekitar 70 persen. Sebagai perbandingan, khasiat whey menusia mencapai hampir 100 persen. ASI mampu menghilangkan virus dalam jenis sel yang lebih luas, namun para peneliti mengatakan tidak jelas apa yang menyebabkan perbedaan itu.
Tong dan koleganya menjealskan, bahwa mereka belum menemukan tanda-tanda bahaya yang disebabkan oelh ASI, yagng mendorong proliferasi sel saat membunuh virus. Beberapa orang tua diketahui menggunakan ASI sumbangan untuk memberi makan bayi mereka, yang kerap kali di pasteurisasi untuk menghilangkan potensi kontaminasi.
Tapi, Tim Tiongkok menemukan bahwa memanaskan susu hingga 90 derajat selama kurang lebih 10 menit, akan menonaktifkan protein whey, serta menyebabkan tingkat perlindungan terhadap virus corona akan turun hingga di bawah 20 persen. Kesimpulannya dari peneliti, "Penting untuk mengidentifikasi faktor kunci untuk pengembangan obat antivirus lebih lanjut". (Ryn)
Baca Juga:
Perusahaan Jepang Buat Lampu UV Pembasmi Virus Corona dalam Ruangan
Bagikan
Berita Terkait
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke

Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik, Alasanya Tambah Jumlah Peserta Penerima Bantuan Iuran
