Pencapaian Kedewasaan Secara Fisik Melalui Tradisi Lompat Batu

Ikhsan Aryo DigdoIkhsan Aryo Digdo - Selasa, 18 Juli 2017
Pencapaian Kedewasaan Secara Fisik Melalui Tradisi Lompat Batu

Hanya sedikit pemuda yang berhasil melakukan tradisi ini. Banyak dari mereka yang cedera saat melakukannya (Foto: alampedia.blogspot)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

NIAS merupakan kepulauan yang terletak di sebelah Barat Pulau Sumatera. Kepulauan ini memiliki tradisi yang sudah terkenal luas di Penjuru Indonesia. Tradisi tersebut adalah tradisi lompat batu. Orang Nias juga menyebut tradisi ini sebagai Fahombo.

Berdasarkan sejarah, tradisi ini muncul lantaran kebiasaan masyarakat dulu saat terjadi perang di Nias. Kampung yang terlibat dengan peperangan memiliki benteng khusus untuk menjaga wilayah mereka. Benteng tersebut dikelilingi pagar yang tinggi. Agar bisa menembus benteng tersebut, maka dibutuhkan keahlian dan ketangkasan dalam melompat.

Tradisi ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa para pemuda yang beranjak dewasa sudah mencapai kedewasaannya secara fisik. Terlebih jika pemuda tersebut bisa melompati batu dengan setinggi 2 meter dan setebal 40 cm itu. Maka kelak pemuda itu akan bisa menjadi pembela kampungnya dan dipercaya bisa menjadi seorang ksatria. Biasanya dalam melakukan tradisi ini, para pemuda akan menggunakan baju pejuang Nias.

Tradisi lompat batu hanya dilakukan oleh pemuda lelaki saja. Sejak berusia 7-12 tahun, mereka sudah berlatih agar bisa melompati batu tersebut. Mereka biasa berlatih dengan melompati tali yang dipegang oleh kedua temannya. Ada juga yang beratih dengan batu tumpuan yang rendah. Setiap bisa melompati tinggi batu tumpuan itu, mereka akan semakin meninggikannya.

Tidak jarang kaki pemuda yang melakukan tradisi ini tersangkut batu setinggi 2 meter tersebut (Foto: indobullet.blogspot)

Tentu tradisi ini memiliki resiko yang tinggi. Tidak jarang pemuda yang mengikuti tradisi ini mengalami luka-luka. Ada yang tersangkut kakinya saat tidak bisa sempurna melewati tumpukan batu tersebut. Ada pula yang berhasil melempati batu itu, tetapi tidak bisa mendarat dengan sempurna, hingga mengalami cedera otot paha. Pemuda yang dinyatakan berhasil, benar-benar tidak boleh menyentuh batu itu sedikitpun dan harus bisa mendarat dengan sempurna.

Ada juga yang berhasil melompati batu tersebut dengan hanya berlatih beberapa kali saja. Masyarakat setempat percaya hal tersebut terjadi karena faktor keturunan. Jika ayah pemuda tersebut dulunya juga pelompat batu yang pemberani, maka tidak menutup kemungkinan sang pemuda tersebut bisa dengan lihai melewati batu setinggi 2 meter itu.



Hingga saat ini tradisi Fahombo masih kerap dilakukan. Tradisi ini dijadikan sebagi ritual yang menentukan kematangan seorang pria. Selain itu, tradisi ini juga menjadi daya tarik para wisatawan yang berkunjung ke Kepulauan Nias. (*)

Baca juga artikel tradisi Indonesia lainnya Anak Gimbal Dieng, Potong Rambut Buang Energi Buruk

#Budaya Indonesia #Nias #Tradisi Unik
Bagikan
Ditulis Oleh

Ikhsan Aryo Digdo

Learner.

Berita Terkait

Indonesia
Pemda Nias Barat Datangi KemenPAN-RB, Pertanyakan Nasib Tenaga Honorernya
Pemda Nias Barat mengunjungi KemenPAN-RB. Kunjungan itu dimaksudkan untuk mempertanyakan nasib tenaga honorernya.
Soffi Amira - Kamis, 21 Agustus 2025
Pemda Nias Barat Datangi KemenPAN-RB, Pertanyakan Nasib Tenaga Honorernya
ShowBiz
Film Pendek 'Kita Berkebaya' Segera Rilis 24 Juli 2025, Angkat Keresahan Tradisi Berkebaya Agar Tak Ditinggalkan
Film ini merupakan iktikad dan semangat melestarikan praktik berkebaya.
Ananda Dimas Prasetya - Rabu, 23 Juli 2025
Film Pendek 'Kita Berkebaya' Segera Rilis 24 Juli 2025, Angkat Keresahan Tradisi Berkebaya Agar Tak Ditinggalkan
Tradisi
Makna Filosofi Tarian Anak Coki, yang Viral Mendunia Lewat Video Aura Farming
Alasan posisi Anak Coki biasanya diisi anak-anak cukup sederhana namun penting, yakni karena bobot tubuh mereka lebih ringan, perahu bisa melaju lebih cepat dan stabil.
Wisnu Cipto - Selasa, 08 Juli 2025
Makna Filosofi Tarian Anak Coki, yang Viral Mendunia Lewat Video Aura Farming
Indonesia
Nias Diguncang Gempa M 5,4 Siang Tadi, BMKG Pastikan Berasal dari Zona Megathrust
Pusat gempa 5,4 magnitudo yang mengguncang kawasan Nias, Sumatera Utara, siang tadi, berasal dari zona megathrust Mentawai-Siberut Samudera Hindia pantai barat Sumatra.
Wisnu Cipto - Rabu, 07 Mei 2025
Nias Diguncang Gempa M 5,4 Siang Tadi, BMKG Pastikan Berasal dari Zona Megathrust
Lifestyle
Korea Selatan kembali Gelar Adu Banteng, Aktivis Hewan Langsung Bereaksi Lempar Kecaman
Aksi ini digelar setelah pemerintah daerah di Korea menggelar kembali turnamen adu banteng meskipun ada kekhawatiran terkait dengan wabah penyakit kaki dan mulut baru-baru ini.
Dwi Astarini - Jumat, 02 Mei 2025
Korea Selatan kembali Gelar Adu Banteng, Aktivis Hewan Langsung Bereaksi Lempar Kecaman
Indonesia
Gempa Bumi Guncang Nias Pagi Ini, Berpotensi Tsunami?
Gempa bumi berkekuatan magnitudo 4,4 mengguncang Nias Selatan, Sumatera Utara, Sabtu (26/4) pukul 05.27 pagi.
Frengky Aruan - Sabtu, 26 April 2025
Gempa Bumi Guncang Nias Pagi Ini, Berpotensi Tsunami?
Tradisi
Lebaran Sapi, Tradisi Unik Warga Lereng Merapi Boyolali Rayakan Hewan Ternak
Sesuai namanya, Bakdan Sapi merupakan perayaan khusus untuk hewan ternak milik warga, terutama sapi.
Dwi Astarini - Selasa, 08 April 2025
Lebaran Sapi, Tradisi Unik Warga Lereng Merapi Boyolali Rayakan Hewan Ternak
Indonesia
Indonesia Emas 2045 Tak Akan Tercapai Tanpa Perubahan Budaya Ilmiah
Mendiktisaintek Satryo Soemantri Brodjonegoro menegaskan kunci Indonesia Emas 2045 ada pada perubahan budaya ilmiah di masyarakat.
Wisnu Cipto - Rabu, 06 November 2024
Indonesia Emas 2045 Tak Akan Tercapai Tanpa Perubahan Budaya Ilmiah
Tradisi
Tarian Gundala-Gundala Ritual Pemanggil Hujan dari Tanah Karo
Asal usul tarian pemanggil hujan Gundala-Gundala dari Karo.
Ananda Dimas Prasetya - Jumat, 06 September 2024
Tarian Gundala-Gundala Ritual Pemanggil Hujan dari Tanah Karo
Tradisi
Lomba Dayung Jukung, Tradisi Unik 17 Agustusan di Kalimantan Selatan
Jukung adalah perahu tradisional suku Banjar, digunakan untuk transportasi, perdagangan, dan menangkap ikan di sungai, danau, serta rawa.
Frengky Aruan - Rabu, 14 Agustus 2024
Lomba Dayung Jukung, Tradisi Unik 17 Agustusan di Kalimantan Selatan
Bagikan