Pencapaian Kedewasaan Secara Fisik Melalui Tradisi Lompat Batu


Hanya sedikit pemuda yang berhasil melakukan tradisi ini. Banyak dari mereka yang cedera saat melakukannya (Foto: alampedia.blogspot)
NIAS merupakan kepulauan yang terletak di sebelah Barat Pulau Sumatera. Kepulauan ini memiliki tradisi yang sudah terkenal luas di Penjuru Indonesia. Tradisi tersebut adalah tradisi lompat batu. Orang Nias juga menyebut tradisi ini sebagai Fahombo.
Berdasarkan sejarah, tradisi ini muncul lantaran kebiasaan masyarakat dulu saat terjadi perang di Nias. Kampung yang terlibat dengan peperangan memiliki benteng khusus untuk menjaga wilayah mereka. Benteng tersebut dikelilingi pagar yang tinggi. Agar bisa menembus benteng tersebut, maka dibutuhkan keahlian dan ketangkasan dalam melompat.
Tradisi ini dilakukan untuk menunjukkan bahwa para pemuda yang beranjak dewasa sudah mencapai kedewasaannya secara fisik. Terlebih jika pemuda tersebut bisa melompati batu dengan setinggi 2 meter dan setebal 40 cm itu. Maka kelak pemuda itu akan bisa menjadi pembela kampungnya dan dipercaya bisa menjadi seorang ksatria. Biasanya dalam melakukan tradisi ini, para pemuda akan menggunakan baju pejuang Nias.
Tradisi lompat batu hanya dilakukan oleh pemuda lelaki saja. Sejak berusia 7-12 tahun, mereka sudah berlatih agar bisa melompati batu tersebut. Mereka biasa berlatih dengan melompati tali yang dipegang oleh kedua temannya. Ada juga yang beratih dengan batu tumpuan yang rendah. Setiap bisa melompati tinggi batu tumpuan itu, mereka akan semakin meninggikannya.

Tentu tradisi ini memiliki resiko yang tinggi. Tidak jarang pemuda yang mengikuti tradisi ini mengalami luka-luka. Ada yang tersangkut kakinya saat tidak bisa sempurna melewati tumpukan batu tersebut. Ada pula yang berhasil melempati batu itu, tetapi tidak bisa mendarat dengan sempurna, hingga mengalami cedera otot paha. Pemuda yang dinyatakan berhasil, benar-benar tidak boleh menyentuh batu itu sedikitpun dan harus bisa mendarat dengan sempurna.
Ada juga yang berhasil melompati batu tersebut dengan hanya berlatih beberapa kali saja. Masyarakat setempat percaya hal tersebut terjadi karena faktor keturunan. Jika ayah pemuda tersebut dulunya juga pelompat batu yang pemberani, maka tidak menutup kemungkinan sang pemuda tersebut bisa dengan lihai melewati batu setinggi 2 meter itu.
Hingga saat ini tradisi Fahombo masih kerap dilakukan. Tradisi ini dijadikan sebagi ritual yang menentukan kematangan seorang pria. Selain itu, tradisi ini juga menjadi daya tarik para wisatawan yang berkunjung ke Kepulauan Nias. (*)
Baca juga artikel tradisi Indonesia lainnya Anak Gimbal Dieng, Potong Rambut Buang Energi Buruk
Bagikan
Berita Terkait
Pemda Nias Barat Datangi KemenPAN-RB, Pertanyakan Nasib Tenaga Honorernya

Film Pendek 'Kita Berkebaya' Segera Rilis 24 Juli 2025, Angkat Keresahan Tradisi Berkebaya Agar Tak Ditinggalkan

Makna Filosofi Tarian Anak Coki, yang Viral Mendunia Lewat Video Aura Farming

Nias Diguncang Gempa M 5,4 Siang Tadi, BMKG Pastikan Berasal dari Zona Megathrust

Korea Selatan kembali Gelar Adu Banteng, Aktivis Hewan Langsung Bereaksi Lempar Kecaman

Gempa Bumi Guncang Nias Pagi Ini, Berpotensi Tsunami?

Lebaran Sapi, Tradisi Unik Warga Lereng Merapi Boyolali Rayakan Hewan Ternak

Indonesia Emas 2045 Tak Akan Tercapai Tanpa Perubahan Budaya Ilmiah

Tarian Gundala-Gundala Ritual Pemanggil Hujan dari Tanah Karo

Lomba Dayung Jukung, Tradisi Unik 17 Agustusan di Kalimantan Selatan
