Pemerintah Harus Serius Tangani Kelangkaan Garam


Petani memanen garam di area pertanian garam Desa Kedungmalang, Jepara, Jawa Tengah, Kamis (20/7). ( ANTARA FOTO/Yusuf Nugroho)
MerahPutih.Com - Guru Besar Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor (FPIK-IPB) Prof Indrajaya mengatakan, persoalan garam membutuhkan keseriusan pemerintah, menjadikannya sektor strategis, dan menumbuhkan daya saing petani garam.
"Menurut hemat saya persoalan garam dikarenakan kurang gigihnya kita memanfaatkan dan memperjuangkan potensi tambak garam yang kita miliki," kata Indra kepada Antara di Bogor, Sabtu (29/7).
Indra menjelaskan, impor garam terjadi karena jumlah produksi nasional tidak mencukupi tingkat konsumsi. Teknologi untuk memproduksi garam tergolong rendah (low tech), bukan teknologi tinggi (high tech). Sehingga masalah garam bukan di teknologi, tapi kemauan untuk mandiri atau swasembada yang lemah.
Ia menyebutkan, tambak garam di Indonesia luas, tersebar di sejumlah daerah seperti Madura, NTT, Sulawesi Selatan dan lainnya. Tapi kurang serius menggarap potensi itu.
Kebutuhan akan garam nasional (2014) 3,61 juta ton (garam konsumsi 1,48 juta, industri 2,13 juta). Pada 2017 diprediksi kebutuhan garam nasional 4,5 juta ton (2,3 juta ton garam industri dan 2,2 juta ton garam konsumsi). Produksi garam nasional (2014) 2,19 juta ton (dari PT Garam 315 ribu ton, dari rakyat 1,888 juta ton. Luas lahan tahun 2015 25.830 hektare).
"Mestinya kita serius mengurus dari proses produksi sampai ke distribusi," katanya.
Menurutnya, untuk meningkatkan produksi garam, pemerintah harus membantu para petani, karena kalau tidak dibantu, maka petani garam Indonesia tidak akan kompetitif. Selain itu, tambak garam yang ada saat ini perlu dibenahi, juga infrastrukturnya.
Setelah dipanen juga perlu ada jalan untuk mengangkut garam tersebut. Selain itu, dasar tambak juga perlu diberi alas atau terpal agar tidak lagi seperti dulu yang tradisional, alasnya adalah tanah.
"Nah ini semua butuh investasi awal yang perlu mendapat dukungan pemerintah," katanya.
Indra menjelaskan, India dan Indonesia sama-sama menggunakan teknologi evaporasi dalam memproduksi garam. India mampu karena menangani dengan serius dan sungguh. India mengganggap industri garam sebagai lahan untuk memberi kesempatan kerja kepada rakyat.
"Saya pernah melihat di bagian selatan India tambak garam yang luasnya sepanjang mata memandang terkelola dengan baik, pasokan airnya dari air Samudra Hindia, daerahnya panas seperti di NTT dan curah hujannya rendah. Saya pernah lihat tambak garam di India dan NTT sama saja," kata Indra. (*)
Sumber: ANTARA
Bagikan
Berita Terkait
Ketua Komisi VI DPR Soroti Janji Menteri KKP Stop Impor Garam Akhir 2027

Indonesia Setop Impor Garam 2027, Itu Janji Menteri KKP ke Prabowo

Pemerintah Kembali Impor Garam, Begini Kondisi Stok

Larangan Impor Garam Konsumsi akan Berlaku Tahun 2025

Aturan Larangan Impor Garam Konsumsi Berlaku 2025

Terigu & Garam Diusulkan Masuk Kategori Bahan Pokok Dijamin Negara

Mengenal Garam Organik Kusamba Khas Bali

Garam Berlebih Picu Penyakit Ginjal Kronis

Mendag Akui Harga Garam Merangkak Naik

Kejagung Tetapkan Direktur PT Sumatraco Langgeng Abadi Tersangka Korupsi Impor Garam
