Pembersihan Etnis Rohingya, Museum Holocaust Cabut Penghargaan Aung San Suu Kyi


Aung San Suu Kyi saat bersama Menteri Luar Negeri dan Commonwealth Inggris Boris Johnson. (ANTARA FOTO/Myanmar News Agency/Handout via REUTERS)
MerahPutih.com - Museum Memorial Holocaust Amerika Serikat mencabut penghargaan yang telah diberikan kepada pemimpin Myamnar Aung San Suu Kyi. Dalam pernyataan yang disampaikan Rabu (8/2), Suu Kyi tidak bertindak banyak untuk mencegah pembersihan etnis muslim Rohingya.
Museum Memorial Holocaust AS menganugerakan Aung San Suu Kyi penghargaan Elie Wiesel enam tahun lalu, karena atas kepemimpinannya dan keteguhan melawan tirani dan memperjuangkan kebebasan bari rakyat Myanmar (Burma). Elie Wiesel merupakan penyintas Holocaust dan menjadi aktivis pembela hak-hak manusia. Dia mendapat penghargaan Novel Perdamaian pada 1986.
Namun kemudian, pihak Museum Holocaust menyatakan membatalkan penghargaan itu karena kelambanan atas apa yang disebut sebagai genosida yang dilakukan oleh militer Myanmar terhadap minoritas Rohingya.
"Seiring serangan militer terhadap Rohingya sejak 2016 dan 2017, kami berharap Anda akan melakukan sesuatu untuk mengututuk dan menghentikan kampanye brutal militer dan menyatakan solidaritas terhadap warga Rohingya yang jadi target," demikian pernyataan lembaga itu kepada Suu Kyi dikutip AFP.
Sebaliknya, kata lembaga itu, partai Liga Nasional untuk Demokrasi yang dipimpin Suu Kyi menolak kerja sama dengan penyelidik PBB tentang peristiwa tersebut.
Bukan hanya itu, partai itu juga telah menghalang-halangi wartawan untuk melaporkan pembunuhan massal dan pengusiran warga Rohingya ke Bangladesh.
"Kejahatan militer terhadap etnis Rohingya menuntut wewenang moral Anda untuk mengatasi situasi ini," kata Museum Holocaust.
Temuan terbaru dari Myanmar, pejabat senior PBB untuk urusan HAM menyatakan pada Selasa (6/3), bahwa "pembersihan etnis" muslim Rohingya masih terus berlanjut hingga saat ini.
"Pembersihan etnis Rohingya dari Myanmar masih berlanjut. Saya tidak menganggap kita bisa menarik kesimpulan apa pun dari apa yang saya lihat dan dengar di Cox's Bazar," kata Asisten Sekjen PBB untuk HAM Andrew Gilmour setelah empat hari di kamp pengungsi di Distrik Cox's Bazar, Bangladesh, dilansir Reuters.
"Sepertinya kekerasan sistematis dan meluas terhadap etnis Rohingya masih tetap terjadi," kata Gilmour.
Diketahui, Aung San Suu Kyi juga mendapat Novel Perdamaian pada 1991, atas perjuangan panjangnya melawan kediktatoran militer di Myanmar. Banyak pihak mendesak penghargaan bergengsi itu dicabut darinya. (*)
Bagikan
Berita Terkait
Junta Kembali Tetapkan Darurat Militer Jelang Pemilu Myanmar

Darurat Militer Dicabut, Junta Larang Partai Aung San Suu Kyi Ikut Pemilu Myanmar

Junta Cabut Status Darurat Militer Setelah 4,5 Tahun, Myanmar Segera Gelar Pemilu

Myanmar Kabulkan Amnesti Selebgram WNI yang Divonis 7 Tahun Bui

[HOAKS atau FAKTA]: WNI Jadi Korban Perdagangan Manusia, Indonesia Kobarkan Bendera Perang lawan Myanmar
![[HOAKS atau FAKTA]: WNI Jadi Korban Perdagangan Manusia, Indonesia Kobarkan Bendera Perang lawan Myanmar](https://img.merahputih.com/media/06/fb/3b/06fb3bb635a4238fd9d075e4043fd6b3_182x135.jpeg)
Bantuan Medis Darurat Indonesia Buat Korban Gempa Myanmar Kemungkinan Diperpanjang

Polri Kirim Tim Medis ke Myanmar, Layani Lebih dari 1.100 Korban Gempa

Baznas Kirim 10 Ribu Sarung dan 100 Unit Genset ke Myanmar

Bantuan Korban Gempa Tiba di Myanmar, Tenaga Kesehatan RI Tugas di Sana 30 Hari

Myanmar Kembali Diguncang Gempa Bumi, Kini Berkekuatan 5,1 M di Kota Mandalay
