Pembersihan Etnis Rohingya, Museum Holocaust Cabut Penghargaan Aung San Suu Kyi

Zulfikar SyZulfikar Sy - Kamis, 08 Maret 2018
Pembersihan Etnis Rohingya, Museum Holocaust Cabut Penghargaan Aung San Suu Kyi

Aung San Suu Kyi saat bersama Menteri Luar Negeri dan Commonwealth Inggris Boris Johnson. (ANTARA FOTO/Myanmar News Agency/Handout via REUTERS)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MerahPutih.com - Museum Memorial Holocaust Amerika Serikat mencabut penghargaan yang telah diberikan kepada pemimpin Myamnar Aung San Suu Kyi. Dalam pernyataan yang disampaikan Rabu (8/2), Suu Kyi tidak bertindak banyak untuk mencegah pembersihan etnis muslim Rohingya.

Museum Memorial Holocaust AS menganugerakan Aung San Suu Kyi penghargaan Elie Wiesel enam tahun lalu, karena atas kepemimpinannya dan keteguhan melawan tirani dan memperjuangkan kebebasan bari rakyat Myanmar (Burma). Elie Wiesel merupakan penyintas Holocaust dan menjadi aktivis pembela hak-hak manusia. Dia mendapat penghargaan Novel Perdamaian pada 1986.

Namun kemudian, pihak Museum Holocaust menyatakan membatalkan penghargaan itu karena kelambanan atas apa yang disebut sebagai genosida yang dilakukan oleh militer Myanmar terhadap minoritas Rohingya.

"Seiring serangan militer terhadap Rohingya sejak 2016 dan 2017, kami berharap Anda akan melakukan sesuatu untuk mengututuk dan menghentikan kampanye brutal militer dan menyatakan solidaritas terhadap warga Rohingya yang jadi target," demikian pernyataan lembaga itu kepada Suu Kyi dikutip AFP.

Sebaliknya, kata lembaga itu, partai Liga Nasional untuk Demokrasi yang dipimpin Suu Kyi menolak kerja sama dengan penyelidik PBB tentang peristiwa tersebut.

Bukan hanya itu, partai itu juga telah menghalang-halangi wartawan untuk melaporkan pembunuhan massal dan pengusiran warga Rohingya ke Bangladesh.

"Kejahatan militer terhadap etnis Rohingya menuntut wewenang moral Anda untuk mengatasi situasi ini," kata Museum Holocaust.

Temuan terbaru dari Myanmar, pejabat senior PBB untuk urusan HAM menyatakan pada Selasa (6/3), bahwa "pembersihan etnis" muslim Rohingya masih terus berlanjut hingga saat ini.

"Pembersihan etnis Rohingya dari Myanmar masih berlanjut. Saya tidak menganggap kita bisa menarik kesimpulan apa pun dari apa yang saya lihat dan dengar di Cox's Bazar," kata Asisten Sekjen PBB untuk HAM Andrew Gilmour setelah empat hari di kamp pengungsi di Distrik Cox's Bazar, Bangladesh, dilansir Reuters.

"Sepertinya kekerasan sistematis dan meluas terhadap etnis Rohingya masih tetap terjadi," kata Gilmour.

Diketahui, Aung San Suu Kyi juga mendapat Novel Perdamaian pada 1991, atas perjuangan panjangnya melawan kediktatoran militer di Myanmar. Banyak pihak mendesak penghargaan bergengsi itu dicabut darinya. (*)

#Myanmar #Aung San Suu Kyi
Bagikan
Ditulis Oleh

Zulfikar Sy

Tukang sihir

Berita Terkait

Indonesia
Junta Kembali Tetapkan Darurat Militer Jelang Pemilu Myanmar
Dalam perintah itu disebutkan bahwa kewenangan sipil di distrik-distrik terdampak akan dialihkan kepada komando unit dan formasi militer selama periode 90 hari.
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 01 Agustus 2025
Junta Kembali Tetapkan Darurat Militer Jelang Pemilu Myanmar
Dunia
Darurat Militer Dicabut, Junta Larang Partai Aung San Suu Kyi Ikut Pemilu Myanmar
Aung San Suu Kyi masih berstatus sebagai tahanan politik hingga saat ini
Wisnu Cipto - Kamis, 31 Juli 2025
Darurat Militer Dicabut, Junta Larang Partai Aung San Suu Kyi Ikut Pemilu Myanmar
Indonesia
Junta Cabut Status Darurat Militer Setelah 4,5 Tahun, Myanmar Segera Gelar Pemilu
Junta militer yang berkuasa di Myanmar akhirnya mencabut status darurat yang telah diberlakukan negara tersebut selama empat setengah tahun.
Wisnu Cipto - Kamis, 31 Juli 2025
Junta Cabut Status Darurat Militer Setelah 4,5 Tahun, Myanmar Segera Gelar Pemilu
Indonesia
Myanmar Kabulkan Amnesti Selebgram WNI yang Divonis 7 Tahun Bui
WNI berinisial AP ditangkap otoritas Myanmar pada 20 Desember 2024.
Wisnu Cipto - Minggu, 20 Juli 2025
Myanmar Kabulkan Amnesti Selebgram WNI yang Divonis 7 Tahun Bui
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: WNI Jadi Korban Perdagangan Manusia, Indonesia Kobarkan Bendera Perang lawan Myanmar
Beredar unggahan yang menyebutkan Indonesia akan berperang dengan Myanmar, buntut dari kasus TPPO.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 15 Juli 2025
[HOAKS atau FAKTA]: WNI Jadi Korban Perdagangan Manusia, Indonesia Kobarkan Bendera Perang lawan Myanmar
Indonesia
Bantuan Medis Darurat Indonesia Buat Korban Gempa Myanmar Kemungkinan Diperpanjang
Hingga Minggu (20/4), total pasien yang telah ditangani mencapai 660 orang.
Alwan Ridha Ramdani - Senin, 21 April 2025
Bantuan Medis Darurat Indonesia Buat Korban Gempa Myanmar Kemungkinan Diperpanjang
Indonesia
Polri Kirim Tim Medis ke Myanmar, Layani Lebih dari 1.100 Korban Gempa
Menjadi komitmen Polri untuk hadir tidak hanya dalam menjaga keamanan, tetapi juga dalam misi-misi kemanusiaan lintas negara.
Ananda Dimas Prasetya - Sabtu, 12 April 2025
Polri Kirim Tim Medis ke Myanmar, Layani Lebih dari 1.100 Korban Gempa
Indonesia
Baznas Kirim 10 Ribu Sarung dan 100 Unit Genset ke Myanmar
Kebutuhan sandang seperti sarung untuk beribadah menjadi salah satu aspek yang harus segera dipenuhi.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 10 April 2025
Baznas Kirim 10 Ribu Sarung dan 100 Unit Genset ke Myanmar
Indonesia
Bantuan Korban Gempa Tiba di Myanmar, Tenaga Kesehatan RI Tugas di Sana 30 Hari
Bantuan Indonesia tahap tiga untuk korban gempa Myanmar telah tiba di ibu kota, Naypyidaw.
Wisnu Cipto - Jumat, 04 April 2025
Bantuan Korban Gempa Tiba di Myanmar, Tenaga Kesehatan RI Tugas di Sana 30 Hari
Dunia
Myanmar Kembali Diguncang Gempa Bumi, Kini Berkekuatan 5,1 M di Kota Mandalay
Kota Mandalay Myanmar berpenduduk dengan populasi lebih dari 1,2 juta jiwa.
Wisnu Cipto - Selasa, 01 April 2025
Myanmar Kembali Diguncang Gempa Bumi, Kini Berkekuatan 5,1 M di Kota Mandalay
Bagikan