PDIP Memberikan Privilege Begitu Besar kepada Jokowi, namun Kini Ditinggalkan
Presiden Jokowi dan Presiden ke-5 Megawati saat di Istana Merdeka pada November 2016. (Foto: Humas/Jay/setkab.go.id)
MerahPutih.com - PDI Perjuangan saat ini dalam suasana sedih, luka hati yang perih, dan berpasrah pada Tuhan dan rakyat Indonesia atas apa yang terjadi.
Sekjen DPP PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengungkapkan, ketika DPP bertemu dengan jajaran anak ranting dan ranting sebagai struktur partai paling bawah, banyak yang tidak percaya apa yang telah terjadi.
Diketahui, putra Presiden Jokowi yang juga Wali Kota Solo Gibra Rakabuming Raka maju dalam arena Pilpres 2024 sebagai cawapres mendampingi Prabowo Subianto. Sementara, Jokowi dan Gibran diketahui merupakan kader PDIP. PDIP sendiri telah mengusung kader sendiri yaitu Ganjar Pranowo.
"Kami begitu mencintai dan memberikan privilege (hak istimewa) yang begitu besar kepada Presiden Jokowi dan keluarga, namun kami ditinggalkan karena masih ada permintaan lain yang berpotensi melanggar pranatan kebaikan dan konstitusi," kata Hasto melalui keterangan tertulisnya, Minggu (29/10).
Baca Juga:
PDIP Sebut Pernyataan Puan, Adian, dan Hasto Tidak Bertentangan
"Pada awalnya kami hanya berdoa agar hal tersebut tidak terjadi, namun ternyata itu benar-benar terjadi," sambungnya.
Hasto menuturkan, pihaknya berani mengungkapkan kekecewaan ini berkat dorongan Butet Kartaredjasa, Goenawan Muhammad, Eep Syaifullah, Hamid Awaludin, Airlangga Pribadi dll, beserta para ahli hukum tata negara, tokoh pro demokrasi dan gerakan civil society.
"Akhirnya kami berani mengungkapkan perasaan kami," papar Hasto.
Baca Juga:
PDIP Ungkap MK Alami Degradasi Usai Keluarkan Putusan Loloskan Gibran Cawapres
Hasto melanjutkan, PDI Perjuangan percaya bahwa Indonesia ini negeri di mana rakyatnya bertakwa kepada Tuhan. Indonesia merupakan negeri spiritual. Di sini moralitas, nilai kebenaran, kesetiaan sangat dikedepankan.
"Apa yang terjadi dengan seluruh mata rantai pencalonan Mas Gibran, sebenarnya adalah political disobedience terhadap konstitusi dan rakyat Indonesia. Kesemuanya dipadukan dengan rekayasa hukum di MK," urainya.
"Saya sendiri menerima pengakuan dari beberapa ketua umum partai politik yang merasa kartu truf-nya dipegang. Ada yang mengatakan life time saya hanya harian, lalu ada yang mengatakan kerasnya tekanan kekuasaan," paparnya.
Lebih lanjut, ia pun berdoa, semoga awan gelap demokrasi ini segera berlalu, dan rakyat Indonesia sudah paham, siapa meninggalkan siapa demi ambisi kekuasaan itu. (Asp)
Baca Juga:
Sekjen PDIP Sebut Demokrasi Indonesia Sedang Diuji, Nepotisme Menguat
Bagikan
Asropih
Berita Terkait
Konfercab PDIP, Aria Bima Jadi Ketua DPC Solo Gantikan Rudy
Megawati Soekarnoputri Apresiasi Aksi Kemanusiaan Bersama Dokter Diaspora di Lokasi Bencana
PDIP Kirim Tim Medis dan Dokter Diaspora ke Aceh, Sumut, dan Sumbar, Pulihkan Kondisi Daerah Bencana
FX Hadi Rudyatmo Mundur Plt DPD PDIP Jateng, Ungkap Ada yang Menyebutnya Lulusan TK
Megawati Tegaskan Pentingnya Pendataan Bencana: Jangan Setelah Bersih Lalu Lupa
FX Rudy Mundur Plt Ketua DPD PDIP Jateng, PDIP Solo Duga Ada Kaitannya dengan Konferda
Megawati Perintahkan Donasi Rp 2 Miliar untuk Korban Bencana Sumatra, Pramono: Sami'na wa Atho'na
FX Rudy Temui Megawati Jelang Konferda PDIP, Pasrah Ditempatkan di Mana Saja
Kader PDIP Sebut Serangan Ahmad Ali ke Jokowi Adalah Order Busuk Agar Aman dari KPK
Aria Bima Ingatkan Mahasiswa Penggugat UU MD3 Soal Sistem Pengambilan Keputusan di Lembaga Legislatif