Pasien COVID-19 Terlama di Inggris Akhirnya Meninggal


Jason menghabiskan waktu 14 bulan di rumah sakit karena COVID-19. (Foto- Sue Kelk / SWNS)
PASIEN COVID-19 terlama di Inggris, Jason Kelk akhirnya meninggal pada usia 50 tahun setelah mengatakan bahwa "aku tidak bisa lagi hidup seperti ini". Ia pun memutuskan untuk menarik semua perawatan dan pengobatan dari rumah sakit dan membiarkan ajalnya menjemput.
Setelah menghabiskan lebih dari 14 bulan di rumah sakit karena COVID-19, Kelk merasa letih atas perawatan yang tidak kunjung memberikan hasil. Istrinya, Sue Kelk (63) pun mengatakan bahwa ia hanya berusaha mengikuti keinginan suami tercintanya yang telah ia nikahi selama 20 tahun.

"(Kematiannya) sangata damai. Jelas penting baginya untuk melakukannya dengan persyaratannya sendiri," ungkapnya dikutip dari Mirror. "Tapi kepergiannya benar-benar membuat banyak orang merasa kehilangan. Orang mungkin tidak berpikir dia berani. Tetapi, oh Tuhan, ia telah menjadi orang yang sangat berani," tambahnya.
Baca juga:
Kelk yang menderita diabetes tipe II dan asma. dilarikan ke rumah sakit St James' Hospital, Leeds, Inggris, pada 31 Maret 2020. Ia tetap berada di rumah sakit dan memperjuangkan hidupnya setelah Corona virus merusak paru-paru dan ginjalnya. Kemudian, Jason mengalami masalah perut yang parah sehingga ia harus diberi makan melalui infus.
Pada Maret 2021 lalu ketika ia genap menghabiskan satu tahun di rumah sakit, kondisi Jason mulai membaik karena ia telah memecahkan rekor tidak menggunakan ventilator selama 15 hari berturut-turut. Dia juga tidak lagi menggunakan filter ginjal selama 24/7 dan sudah bisa menikmati kunjungan keluarga di pekarangan rumah sakit seminggu sekali.

Melihat adanya tanda-tanda kesembuhan, mulai tumbuh harapan yang simpel namun bermakna diluapkan oleh Jason. "Aku hanya ingin duduk di sofa kami, dan makan makanan bawa pulang fish and chips bersama Sue sambil menonton televisi," ungkapnya.
Baca juga:
Dinkes DKI: Kecepatan COVID-19 Lebih Tinggi dari Tambahan Tempat Tidur
Keadaaan semakin membaik sampai Jason sudah bisa minum teh dan makan kue kesukaannya, bahkan mulai kembali menekuni hobinya yaitu pengkodean komputer.

Sayangnya, kondisi Jason memburuk pada awal Mei. Ia harus menggunakan ventilator lagi dan akhirnya terkena dia infeksi lagi dalam tubuhnya. Akhirnya, ia memutuskan untuk melepaskan semua perawatan dan meninggal beberapa saat kemudian.
Jason meninggal pada Jumat pagi (18/6) dikelilingi oleh istrinya, ibu dan ayahnya, serta saudara perempuannya. Ia meninggalkan lima anak tiri dan delapan cucu. Dua cucunya pun belum pernah ia temui karena lahir selama ia berada di rumah sakit. (SHN)
Baca juga:
Pemerintah Nyatakan Tidak Ada Lockdown, Kecuali Lingkungan RT/RW
Bagikan
annehs
Berita Terkait
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
