Digitalisasi Layanan Kesehatan Buka Akses bagi Perempuan untuk Mendapatkan Kontrasepsi


Derasnya arus informasi sebabkan perempuan salah pilih kontrasepsi (Sumber: Orchid Baby Wear)
KEMUNCULAN pandemi COVID-19 memengaruhi pengendalian pada reproduksi perempuan. Jutaan perempuan telah kehilangan akses dalam perencanaan keluarga atau kontrasepsi dan melindungi kesehatan mereka. Hal tersebut tentu memperluas ketidaksetaraan gender yang ada dan berdampak pada keberlanjutan sosial-ekonomi secara jangka panjang.
COVID-19 telah berdampak pada akses perempuan ke layanan kesehatan dan menyoroti peran penting teknologi digital dan kolaborasi dalam membentuk pemberdayaan masa depan kesehatan perempuan dan keluarga berencana.
BACA JUGA:
“Kami telah mengamati tiga poin keterlambatan utama yang semakin diperparah wabah, menyebabkan peningkatan kehamilan yang tidak direncanakan,” ujar Direktur Program dan Kinerja, East South East Asia and Oceania Region (ESEAOR), Malaysia, International Planned Parenthood Federation Dr Jameel Zamir saat berbicara pada sesi satu panel Virtual Roundtable World Contraception Day 2021, pekan lalu.

Kehamilan melonjak di masa pandemi (Sumber: Orchid Baby Wear)
Tiga keterlambatan yang dimaksud Zamir meliputi keterlambatan perempuan dalam mendapatkan informasi keluarga berencana, keterlambatan perempuan untuk dapat mengakses fasilitas medis secara fisik, dokter dan obat-obatan karena pembatasan gerakan, dan keterlambatan dalam mendapatkan dan menjalankan kembali layanan kesehatan.
“Di lapangan, saya telah melihat masalah rantai pasokan, fasilitas kesehatan yang kewalahan dan perempuan takut mencari perawatan kesehatan. Ketika akses ke keluarga berencana terganggu, seluruh keluarga berjuang untuk mengatasinya," lanjutnya.
Pembatasan pergerakan mendorong lonjakan perempuan untuk mencari informasi lebih lanjut secara daring tentang perawatan kesehatan dan keluarga berencana. Hambatan seperti kesalahpahaman dan stigma budaya dan sosial, juga menjadi tantangan.
“Pendidikan menjadi satu-satunya cara untuk mendorong profesional kesehatan menjadi lebih paham secara digital dan menerjemahkan apa yang mereka lakukan dalam konsultasi tatap muka ke platform daring. Ini akan membantu memutus siklus informasi yang salah secara daring yang dapat menyebabkan banyak perempuan muda membuat pilihan kontrasepsi berdasarkan informasi yang salah," tambah OBGYN & Digital Thought Leader, President of Quezon City Medical Society District IV (Filipina) Dr Michelle Dado.

Digitalisasi layanan kesehatan bantu perempuan dalam pemilihan kontrasepsi. (Sumber: Orchid Baby Wear)
Seiring dengan berkembangnya platform daring, ditambah pandemi, digitalisasi layanan kesehatan menjadi lebih cepat dalam skala yang belum pernah terjadi sebelumnya. Para ahli menjelaskan bagaimana teknologi telah menjadi faktor penting dalam pemulihan dan ketahanan sistem kesehatan saat ini untuk memperluas akses perempuan ke solusi perawatan kesehatan dan keluarga berencana.
“Wilayah kita yang beragam ini memiliki salah satu tingkat kebutuhan kontrasepsi yang tidak terpenuhi paling tinggi, tapi tingkat prevalensi kontrasepsi terendah. Statistik ini mengkhawatirkan. Di sisi lain, ini merupakan wilayah yang paling cepat berkembang secara digital, dan platform digital menjadi alat yang dapat membawa tiga elemen kunci untuk memberdayakan perempuan: dukungan pra dan pasca kontrasepsi, akses ke informasi dan kontrasepsi, dan privasi,” kata Honorary Treasurer & Chairman of Health Technologies, Devices & Innovation Chapter, Malaysian Pharmacists Society Jack Shen Lim saat berbicara pada panel ahli ketiga di acara yang sama.
“Dengan segala sesuatu di satu platform lokal yang dapat diakses orang secara nyaman dan privat di rumah mereka, kami dapat secara dramatis meningkatkan akses perempuan ke perawatan kesehatan dan kontrasepsi. Itu mengurangi tingkat kehamilan yang tidak direncanakan,” ujarnya.(Avia)
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
