Pembelajaran Tatap Muka Dimulai, Dokter Tekankan Pentingnya Prokes


PTM di masa pandemi menuai pro dan kontra(Foto: pixabay/1499541)
MULAI September ini, sebagian besar sekolah di Indonesia telah memberlakukan pembelajaran tatap muka (PTM), seiring melandainya kasus COVID-19 di Tanah Air.
Pembelajaran tatap muka terbatas diizinkan untuk daerah dengan status PPKM level 2 dan 3, termasuk wilayah Jawa-Bali. Kendati wajib berlangsung dengan protokol kesehatan yang ketat, kenyataanya PTM masih menimbulkan keresahan bagi para orangtua.
Baca Juga:
Di satu sisi, pembelajaran jarak jauh ditegarai membuat kualitas pendidikan anak menurun. D sisi lain, interaksi fisik saat PTM dikhawatirkan menjadi media penularan COVID-19 di lingkungan sekolah.
Situasi yang dilematis tersebut, mendorong Makuku Family sebagai brand produk ibu dan anak terkemuka yang sangat peduli terhadap kesehatan dan tumbuh kembang anak mengadakan sebuah webinar dengan tajuk Menghadapi Sekolah Tatap Muka, Sudah Siapkah Parents.

Pada webinar tersebut CEO Makuku Family Jason Lee menjelaskan webinar tersebut diperlukan untuk para orangtua, agar lebih siap menghadapi sekolah tatap muka, khususnya dari segi kesehatan.
"Kita ingin sharing ke semua tentang informasi kesehatan. Khususnya bagaimana cara kita mengurangi atau mencegah penyebaran COVID-19 selama PTM," ujar Lee.
Diskusi di webinar tersebut turut menghadirkan influencer Zee Zee Shahab, ibu dari dua anak yang saat ini juga menghadapi sekolah tatap muka. Selain itu, hadir pula konsultan dokter spesialis anak dari Makuku Family dr. Andreas M.Ked (Ped). Sp.A dan brand representative Makuku Family, Chairunissa.
Pada webinar tersebut, Zee Zee Shahab mengaku pembelajaran jarak jauh yang berlangsung selama pandemi ini bukan merupakan metode yang ideal.
"Anakku yang pertama umur 8 tahun, masuk SD kelas 1 pas pandemi. Dia sampai nggak tahu nama teman-teman kelasnya. Sekarang dia jadi suka gampangin masalah. misal Kalau enggak bisa, aku tinggal googling atau panggil mommy aja," curhat Zee Zee.
Kendati belajar di rumah atau belajar online banyak kelamahan, bukan berarti Zee Zee telah siap melepas anaknya kembali ke sekolah. Karena Zee Zee mengaku belum siap dengan risiko yang mungkin terjadi.
"Jujur ya, aku belum siap dengan konsekuensinya. Untuk sekarang sekolah online lebih baik. Aku termasuk orang tua yang agak overthingking, sampai saat ini belum kasih izin. Kalau anak SMP atau SMA mungkin sudah mengerti protokol kesehatan, bagaimana sosialisasi di masa pandemi. Tapi kalau SD belum waktunya ya," jelas Zee Zee Shahab.
Zee Zee Shahab menjelaskan alasan, mengapa anak SD belum waktunya, hal itu lantaran bila anak SD bertemu teman-teman, euforianya beda. Mereka bisa langsung melepas masker dan melupakan jaga jarak.
Menurut konsultan dokter spesialis anak dr Andreas mengatakan metoder belajar di rumah bisa menimbulkan stres. Dalam hal ini stres tidak hanya pada anak, tapi juga orangtua. Menurutnya, menggelar PTM saat ini merupakan kebijakan yang terburu-buru.
"Keputusan PTM diambil pemerintah setelah melihat kasus positif dan angka kematiannya sudah turun. Tapi perlu diingat bahwa cakupan vaksinasi anak usia 12-18 tahun di Indonesia belum sampai 80 persen. Masalahnya lagi, ketersediaan fasilitas tes PCR di daerah belum sama banyaknya dengan di Jabodetabek. Ini harus hati-hati juga," ujar Andreas.
Baca Juga:

Lebih lanjut Andreas menambahkan ada faktor lain yang perlu diperhatikan terkait dengan PTM, yakni kesiapan sekolah. Menurutnya, sekolah waib menjaga prokes dan kesiapannya.
Dalam hal ini bukan hanya wastafel atau ruang kelas, tapi, kesiapan mental guru-guru menghadapi anak yang ricuh dan tidak mengikuti protokol kesehatan.
Kemudian, yang tidak kalah penting, pastikan semua sarana dan prasaran sekolah siap untuk kondisi darurat. Seperti halnya saat tiba-tiba ada anak yang demam ketika di sekolah.
Selain dari sisi sekolah, dari pihak orang tua juga harus memastikan anak selalu mematuhi protokol kesehatan. Seperti cara memakai masker, anak harus benar-benar diajari memakai masker yang benar, jangan hanya sekadar menyuruh.
Kemudian, orang tua juga harus tahu gejala infeksi Virus COVID-19 pada anak. Karena kasus COVID-19 pada anak kerap kali tak langsung ketahuan seperti orang dewasa. Karena menurut dr. Andreas, gejala pada anak ringan seperti tiba-tiba lemas, atau demam yang tidak terlalu tinggi. Hal itu yang perlu diperhatikan ketika tatap muka nanti.
Sementara itu Brand Representative Makuku Family, Chairunissa alias Icha mengatakan, terlepas apakah orang tua mengizikan anaknya mengikuti PTM atau tidak, gaya hidup sehat harus menjadi prioritas, khususnya di masa pandemi.
"Salah satunya membawa peralatan makan minum sendiri. Tidak berbagi alat dengan orang lain," ujarnya Icha. (Ryn)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke

Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik, Alasanya Tambah Jumlah Peserta Penerima Bantuan Iuran
