Pameran Seni 'Constellations: Global Reflections' Bali Resmi Dibuka
Instalasi seni dapat berputar 360 derajat menggunakan energi matahari. (Foto: Istimewa)
PAMERAN seni Constellations: Global Reflections (CGR) yang digelar di ruang terbuka dan menampilkan karya dari 21 seniman kontemporer internasional resmi dibuka. Pameran seni unik itu diadakan di dalam pulau Kura-Kura Bali mulai November 2022 hingga November 2023 mendatang.
United in Diversity, penghelat kegiatan tersebut, bekerja sama dengan Tri Hita Karana Forum dan menggandeng Lance Fung dari Fung Collaboratives sebagai kurator. CGR diperkenalkan pertama kali pada ajang B20 (13-14 November).
Kemudian kegiatan itu diperkenalkan kembali pada tingkat Tri Hita Karana Forum pada 13-18 November 2022 yang mengundang para delegasi acara Konferensi Tingkat Tinggi G20. Pameran tersebut dapat dikunjungi publik dengan melakukan pendaftaran terlebih dahulu.
Baca juga:
Pameran Seni 'Para Sekutu yang Tidak Bisa Berkata Tidak' Diperpanjang Hingga Maret
Cherie Nursalim, seorang pengusaha, filantropis, dan anggota MoMA International Council, melangsungkan CGR di Kura-Kura Bali, pulau miliknya yang berfokus pada aspek lingkungan. Fung sendiri juga sosok yang namanya sudah mentereng di industri seni.
Sepak terjangnya membuat Cherie tertarik untuk meminta dirinya mengkurasi berbagai proyek seni yang akan ditampilkan pada pameran CGR. Isu iklim menjadi fokus utama dari pameran seni tersebut. Selain tema tentangn kesetaraan hidup dan kolaborasi global dengan menggunakan sejarah kain Bali.
"Constellations: Global Reflections bertujuan untuk mempertegas filosofi hidup khas Bali, yaitu Tri Hita Karana. Diartikan secara harfiah sebagai 'tiga cara mencapai kebahagiaan atau harmoni'. Filosofi ini mencakup tiga aspek kehidupan di Bali, yakni Tuhan, manusia, dan alam," terang Lance Fung dalam konferensi pers pembukaan CGR, Jumat (18/11).
Baca juga:
Ketiga aspek tersebut ditempatkan sebagai dasar pengembangan di Kura-Kura dengan fokus utama kebahagiaan dan sistem berkelanjutan. Sebanyak 20 karya tersebut dicetak secara digital di atas kain yang terbuat dari plastik daur ulang, kemudian diaplikasikan pada 10 instalasi nan menyerupai drum dan digerakkan oleh energi matahari.
Pengunjung bebas mendatanginya pada siang atau malam hari, sebab seluruh instalasi tersebut terlihat sama indahnya saat disinari terangnya mentari atau diselimuti temaramnya cahaya rembulan. Suanana tenang nan syahdu terasa kuat saat melihat instalasi-instalasi seni tersebut secara langsung.
Para seniman yang tergabung dalam kelompok G20 for Arts berasal dari berbagai usia dan negara. Dari rentang 30 hingga 90 tahun dan berasal dari Australia, Indonesia, Arab Saudi, Tiongkok, Turki, Kanada, Meksiko, India, Jepang, Rusia, Ukraina, Afrika Selatan, Italia, Argentina, Brasil, Jerman, Inggris, AS, Korea Selatan, dan Perancis. (waf)
Baca juga:
Birdcage Resto Rayakan Ulang Tahun dengan Pameran Seni
Bagikan
Andrew Francois
Berita Terkait
Viral Lift Rp 200 Miliar di Tebing Pantai Kelingking Nusa Penida, DPR Minta Proyek Tak Rusak Alam
Pemerintah Salahkan Undang-Undang Cipta Kerja Bikin Mudahnya Alih Fungsi Lahan di Bali
Resmi Ditutup, ini 5 Galeri di Art Jakarta 2025 yang Menarik Perhatian Pengunjung
Antara Alam dan Modernitas: Konsep Unik VIP Lounge Art Jakarta 2025
Akhirnya Pengelola GWK Hancurkan Tembok Pembatasan Yang Halangi Akses Warga
5 Pesisir di Bali yang Berpotensi Alami Banjir Rob pada 7-11 Oktober
2 Maskapai China dan Korea Anyar Terbang ke Bali, Wisatawan Diharapkan Makin Banyak
Basarnas Perluas Pencarian WNI Inggris Diduga Hanyut di Pantai Legian, Lewat Jalur Laut dan Udara
Gempa Bawah Laut Magnitude 5,7 di Banyuwangi, Getaran Dirasakan Sampai Denpasar, Bali
Gempa Bumi Dengan Magnitudo 5,7 Landa Pulau Bali