Pameran Seni Rupa "Manifesto VIII : Transposisi" Digelar


Manifesto akan berlangsung sepanjang 27 Juli-26 Agustus 2022 di Galeri Nasional dan Muskitnas setiap hari. (merahputih.com/Hendaru Tri Hanggoro
TUMPUKAN batu-bata dan karya instalasi menyerupai unggas itu tampak menarik. Unggasnya terbuat dari sampah plastik dengan warna-warni mencolok. Seperti kelebihan dandan. Paruhnya terbuka lebar, sedangkan mata unggas-unggas itu kelihatan sayu.
Unggas-unggas itu menggambarkan orang-orang yang ingin viral atau populer cepat. Mereka mendandani dirinya secara berlebihan, menutup apa yang natural dari diri mereka. Sedangkan plastik mencitrakan kepalsuan.
"Sampah plastik adalah simbol kepalsuan. Sesuatu yang instan yang kemudian dikemas sedemikian rupa, bersolek sedemikian rupa," kata Ary Okta, sang seniman pencipta karya instalasi berjudul "Menunggu Digoreng" dalam Press Tour Manifesto VIII Transposisi di Museum Kebangkitan Nasional (Muskitnas) (26/07/22).
Ary mengaku gelisah melihat tatanan kearifan kulturan diinjak-injak demi popularitas sesaat. Menurutnya, penyebab semua itu adalah disrupsi di segala lini seperti disrupsi budaya dan teknologi.
Disrupsi adalah perubahan besar terhadap tatanan dan sistem. Kadang kala disertai pergeseran hati nurani dan tercerabutnya akar budaya. Dia menuangkan kegelisahannya dalam "Menunggu Digoreng".
"Menunggu Digoreng" menjadi salah satu karya yang dipamerkan dalam Manifesto VIII: Transposisi di Muskitnas. Selain karya Ary Okta, dalam ruang yang sama terdapat pula karya Kana Fuddy Prakoso berjudul "Bukan Fiksi [E] Tapi Fakta".
Baca juga:
Galeri Nasional Indonesia Membuka Pameran MANIFESTO VII 'PANDEMI' Secara Daring

Karyanya menampilkan dua sepeda lawas. Di belakangnya terdapat material kardus, kertas nasi, dan kayu. Material itu digambari sketsa sepeda berbagai model.
Karya Fuddy seperti menjawab kegelisahan dalam karya Ary Okta. "Sepeda seperti simbol percepatan gerakan, ini bukan fiksi tapi fakta," kata Fuddy. Sepeda juga menjadi lambang ketahanan menghadapi berbagai keadaan yang tak menentu di zaman serba instan dan palsu.
"Cuma kita mengandalkan diri kita sendiri dan kemampuan sendiri untuk tetap bisa bertahan dan menyiasati keadaan," tambah Fuddy.
Selain dua karya tadi, masih banyak karya seniman lainnya yang tak kalah menarik dan mengandung cerminan atau refleksi persoalan sosial hari ini. Tapi ada juga karya yang lebih berhubungan dengan imajinasi abstrak dan non-kontekstual. Artinya, karya tersebut tak berangkat dari persoalan hari ini.
Semua karya tersebut dapat dilihat di dua tempat berbeda pada Manifesto VIII kali ini : Muskitnas dan Galeri Nasional (Galnas). Pemilihan dua tempat ini menghidupkan kembali kenangan pada penyelenggaraan Manifesto I pada 2008, tepat pada momen 100 tahun Kebangkitan Nasional Indonesia.
Baca juga:
Medium Video dan 5 Kelompok Berbeda dalam Pameran Manifesto VII 'Pandemi'

Rizky A. Zaelani, Kurator Pameran, mengungkapkan bahwa Manifesto menegaskan dua hal penting. Pertama, perkembangan seni rupa kontemporer Indonesia kini telah mengembangkan model apresiasi publik terhadap ekspresi karya-karya seni rupa yang dipresentasikan di ruang publik, termasuk Gedung Stovia, pelajar Boedi Oetomo penggagas Kebangkitan Nasional. Kini gedungnya telah menjadi Muskitnas.
Kedua, gagasan penciptaan karya-karya seni rupa kontemporer Indonesia pun, pada umumnya tetap menjadi khas dan signifikan karena selalu menghubungkan dinamika kemajuan masyarakat kontemporer kini dengan landasan pembelaan sikap-sikap kebangsaan.
Manifesto VIII menampilkan 108 karya dari 108 seniman seluruh Indonesia. Kebanyakan karya tersebut melihat perkembangan sains dan teknologi sebagai bagian dari kepentingan kemajuan seni rupa.
"Karya-karya dalam pameran ini akan menunjukkan kemajuan dan perkembangan tersebut dalam berbagai bentuk pendekatan dan cara pengungkapan yang berbeda-beda," kata Rizky dalam Konferensi Pers Manifesto VIII : Transposisi di Museum Kebangkitan Nasional (26/07/22).
Manifesto akan berlangsung sepanjang 27 Juli-26 Agustus 2022 di Galeri Nasional dan Muskitnas setiap hari (kecuali hari libur nasional) pukul 10.00-19.00 WIB. Sebelum berkunjung, kamu dapat mendaftar kunjunganmu di situs gni.kemdikbud.go.id/kunjungi-kami dan muskitnas.net.
Kalau kamu terlalu sibuk dan jauh dari tempat acara, kamu tetap bisa menikmati pameran seni rupa dua tahunan sekali ini melalui gni.kemdikbud.go.id. Jadi jangan lewatkan pameran ini ya. Siapa tahu kamu dapat inspirasi berkarya dari sini. (dru)
Baca juga:
Bagikan
Hendaru Tri Hanggoro
Berita Terkait
Dari Bali hingga Korea, Art Jakarta 2025 Hadirkan Arus Baru Seni Kontemporer

Ruang Seni Portabel Pertama Hadir di Sudirman, Buka dengan Pameran ‘Dentuman Alam’
ArtMoments Jakarta 2025 Tampilkan 600 Seniman dan 57 Galeri, Angkat Tema 'Restoration'

Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres

ARTSUBS 2025 Hadirkan Ragam Material dan Teknologi dalam Ruang Seni yang Lentur

Emte Rilis ‘Life As I Know It’, Rayakan Kesendirian lewat Pameran Tunggal

Lukisan, Harapan, dan Kebaikan: Ekspresi Tulus Pelukis Gadis Dharsono di Pameran 'Joy in Color'
Transformasi ArtMoments Jakarta: Pameran Seni 2025 Usung Tema 'Restoration'

Melihat Pameran Kids Biennale Indonesia 2025 Bertajuk Tumbuh Tanpa Takut di Galeri Nasional

Pameran ‘PARALLELS’ di Ubud Art Ground Tampilkan Warisan Seni dalam Perspektif Kontemporer
