Menjelajah Waktu di Wahana ImersifA Museum Nasional


Menciptakan sensasi pengalaman unik terutama penglihatan, suara, dan imajinasi melalui bantuan teknologi digital. (Merahputih.com/Hendaru Tri Hanggoro)
Ganesa, makhluk berkepala gajah dan berbadan manusia, terkapar. Dia baru saja kena serangan Nila Rudraka, raksasa kekar bertubuh biru. Ganesa lalu bangkit, membalas serangan Nila Rudraka. Tangannya mengeluarkan sinar serupa laser. Mirip Kamehameha dalam anime Dragon Ball.
Nila Rudraka menangkis serangan itu. Tubuhnya berkobar, diselimuti cahaya menyerupai kilat. Kemudian dia membalikkan sinar itu ke arah Ganesa. Mereka beradu kekuatan. Suara menggelegar. Keduanya tampak sama kuat. Hingga akhirnya Ganesa mengeluarkan senjata pamungkas berupa kapak besar. Nila Rudraka tak mampu menahannya. Tubuhnya roboh. Dia kalah, Ganesa menang.
Adegan tadi merupakan sepenggal pertunjukan animasi di Wahana ImersifA Museum Nasional, Jakarta. Pertunjukan ini menggunakan teknologi imersif, teknologi virtual yang membuat gambar bergerak terasa menyatu dengan dunia nyata. Dalam pertunjukan itu, teknologi imersif ditampilkan lewat 20 proyektor canggih.
Semua proyeksi gambar disorot ke empat sisi dinding dan lantai ruangan seluas 252 meter persegi. Semua sisi ruang, kecuali bagian atas, menjadi layar. Dipadukan pula dengan tata suara yang jernih.
"Untuk menciptakan sensasi pengalaman unik terutama penglihatan, suara, dan imajinasi melalui bantuan teknologi digital," tulis Tim Penanggung Jawab Wahana ImersifA Museum Nasional dalam brosur resminya.
Baca juga:
Manfaatkan Teknologi VR, Museum Nasional Korea Survive Hadirkan Pameran

Wahana ImersifA telah dibuka sejak akhir Maret 2022 secara terbatas dan gratis. Wahana sempat ditutup beberapa kali untuk perawatan. Dan pada Juli 2022, wahana ini dibuka kembali dengan tarif Rp 35 ribu per orang, baik dewasa maupun anak-anak. Tayang sepanjang 30 menit, film di wahana ini menceritakan kekayaan sejarah dan budaya Indonesia.
Film dibuka dengan awal peradaban di Indonesia. Hewan-hewan purba bergerak di empat sisi dinding dan lantai. Bentang alam yang indah terasa begitu nyata. Kemudian semua sirna ketika meteor jatuh dan gunung berapi meletus. Kehidupan baru pun dimulai. Manusia muncul dan menyebar ke seluruh dunia, termasuk ke Indonesia.
Persebaran kebudayaan berlangsung selama ribuan tahun. Hingga membentuk manusia dan alam Indonesia yang kita kenal sekarang. Mitologi, agama, kepercayaan, dan tradisi dari berbagai suku memperkaya hayat manusia Indonesia.
Film menampilkan kepercayaan Hindu tentang pertempuran antara Ganesa dan Nila Rudraka, simbolisasi antara pertarungan ilmu pengetahuan dengan kebodohan atau cahaya dengan kegelapan.
Setelah itu, adegan beranjak ke masa kedatangan bangsa Barat di Indonesia. Kapal-kapal melayari Samudera. Mereka bertemu dengan orang-orang setempat yang terkenal sebagai penjelajah ulung : suku Bugis, suku Biak, suku Bawean, dan suku Bajo.
Film juga menggambarkan profil suku-suku tersebut. Masing-masing suku menjelajah ke berbagai negeri dengan perahu tradisionalnya. Mereka juga disebut sebagai suku yang pandai menyelam hingga puluhan menit.
Setelah penggambaran kehebatan empat suku penjelajah, penoton dibawa memasuki dunia transportasi Indonesia. Sepeda disorot secara khusus sebagai alat transportasi yang mengubah drastis kehidupan manusia Indonesia. "Sepeda kerap dipakai oleh tokoh-tokoh bangsa," kata narator film. Evolusi sepeda pun ditampilkan secara jelas. Dari bentuknya yang paling kuno hingga paling modern.
Baca juga:
Cahaya proyektor meredup. Ruangan tiba-tiba gelap. Lalu terdengar perempuan bernyanyi merdu. Layar kembali terang dengan gambar langit malam, bintang-gemintang, dan simbol horoskop. Dilengkapi dengan lirik lagu.
"Tinggal sertaku di penghujung malam/Lewati senyap tanpa batasan/Kemana arah harus dilalui/Hingga disambut embun pagi". Lagu itu menjadi penutup film di Wahana ImersifA.
Dengan kecanggihan teknologi yang dihadirkan, wahana ini diharapkan meninggalkan pengalaman dan emosi yang bersifat personal untuk setiap pengunjung. Tema sejarah dan kebudayaan Indonesia yang diangkat melalui teknologi canggih itu juga diharapkan mampu memberikan kesadaran akan kekuatan budaya Indonesia bagi para pengunjung berusia muda.
"Hal ini akan membantu generasi muda untuk merefleksikan jati dirinya dan menyadari potensinya sebagai bangsa yang besar yang mampu bekerja sama dan hidup berdampingan dengan berbagai bangsa di dunia," tambah keterangan di brosur.
Nah, bagi kamu yang penasaran dengan pertunjukan ini, kamu bisa memesan tiketnya secara daring melalui e-tiket.museumnasional.or.id. Kuotanya terbatas 35 orang setiap pertunjukan. Oya, sebelum masuk ruangan wahana, kamu harus melepas sepatu atau sandalmu.
Tapi jangan khawatir, pihak museum menyediakan rak dan kantong penitipan alas kaki. Tak usah takut alas kakimu hilang. Ada penjaganya, kok. Siapkan saja dirimu untuk menjelajah waktu. (dru)
Baca juga:
Bagikan
Hendaru Tri Hanggoro
Berita Terkait
Ketua DKJ Tegaskan Perusakan Benda dan Bangunan Bersejarah Adalah Kejahatan Serius yang Melampaui Batas Kemanusiaan

Kerusakan Museum dan Cagar Budaya di Tiga Kota Jadi Kerugian Besar Bagi Bangsa, Fadli Zon Minta Pelaku Kembalikan Koleksi yang Dijarah

Pemprov DKI Setuju dan Dukung Pendirian Musem Gus Dur di Jaksel

Bikin Ilmuwan Terkejut! Ini Rahasia Dinosaurus Super Cepat "Enigmacursor" yang Mampu Berlari Lebih Cepat dari Predator Terbesar

Pemerintah dan Keluarga Sepakat Jadikan Rumah Bing Slamet Museum

Museum Belanda Pamerkan Kondom Langka Abad ke-19, masih Utuh belum Dipakai tapi Terbukti tak Efektif

Dato Tahir Pastikan Museum Budaya Sains dan Teknologi Bengawan Solo Dibuka Agustus 2025

Buka Pameran 40 Museum Indonesia di Solo, Wali Kota Respati Minta Study Tour Sekolah Wajib ke Museum Jateng

5 Museum Jakarta Buka Sampai Malam, Pengunjung Melonjak Hingga Ribuan
