Pakar Gizi Bagikan Kiat Siapkan Bekal Berkualitas untuk Anak

Andrew FrancoisAndrew Francois - Senin, 21 November 2022
Pakar Gizi Bagikan Kiat Siapkan Bekal Berkualitas untuk Anak

Bekal anak tidak perlu dalam porsi berlebih. (Pexels/Katerina Holmes)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

PAKAR gizi dari Institut Pertanian Bogor (IPB) Anna Vipta Resti Mauludyani, SP, M.Gizi membagikan kiat bagi orang tua dalam menyiapkan bekal bergizi untuk anak, terutama anak usia dini, dengan memerhatikan porsi, tampilan, serta gizi seimbang.

Menurut Anna, konsep bekal sebetulnya merupakan makan untuk selingan sehingga sebaiknya orang tua jangan menyiapkan bekal dalam porsi penuh atau besar. Dia juga mengingatkan bahwa bekal bukan pengganti sarapan sehingga sebaiknya sarapan tetap dilakukan di rumah sebelum anak berangkat ke sekolah.

Baca juga:

Tips Kreasi Bekal Makan Anak nan Praktis dan Bergizi

Bekal sebaiknya berwarna. (Pexels/Vanessa Loring)

"Siapkan saja dengan porsi kecil. Kembali lagi bekal adalah snack (selingan), jadi anggapannya bekal adalah snack. Snack, tidak terlalu banyak porsinya," terang Dosen Departemen Gizi Masyarakat IPB itu dalam bincang virtual yang dikutip Antara, Jumat (18/11).

Dengan memahami bahwa bekal sebagai makanan selingan, Anna menjelaskan porsi yang disajikan dalam bekal hanya sepuluh persen dari total kebutuhan kalori anak dalam sehari. Sebagai contoh, anak memiliki total kebutuhan kalori sebanyak 1.400 kkal, sehingga porsi bekal cukup 140 kkal saja.

"140 kkal sebanyak apa, sih? Mungkin kalau kita bayangkan pakai nasi, kalau nasi itu kira-kira hanya setengah centong sebelum ditambah lauk pauk, sayur, dan buah. Dengan setengah centong nasi saja itu sudah cukup sebetulnya, jadi tidak perlu sampai memenuhi tempat bekal," ungkap Anna.

Dengan porsi kecil dan sesuai kebutuhan anak, Anna mengatakan mereka akan merasa menikmati bekal yang dibawa dan bukan malah terpaksa untuk menghabiskan karena porsi berlebih.

Baca juga:

Salah Penyajian Bekal Sebabkan Kanker, Berikut Hal Penting yang Harus Diperhatikan Saat Membawa Bekal

Gabung sayuran dengan pangan olahan lain. (Pexels/Katerina Holmes)

Selain porsi, orang tua juga disarankan untuk membuat bekal dengan tampilan menarik dengan cara mempertimbangkan pemilihan warna makanan. Anna mengingatkan, warna menarik bukanlah warna nan mencolok, dan bisa didapatkan dari bahan alami seperti buah-buahan dan sayuran.

"Kita bisa berguru sama makanan atau bento-bento yang dari Jepang. Jadi kita bisa menambah variasi nasi tidak hanya dibiarkan begitu saja, bisa dbuat bulat-bulat, atau dibuat cetakan segitiga," katanya.

Modifikasi pengolahan sayuran yang disukai si kecil juga dapat dilakukan, seperti memasukkan sayur ke dalam nugget, risol, atau pangan olahan lain. Dengan cara ini, diharapkan dapat mengatasi bekal sayur yang biasanya tidak dimakan oleh anak.

"Itu bisa kita lakukan juga. Kalau dia tidak suka sayur itu benar-benar tidak dimakan, jangan sampai seperti itu. Tapi kalau olahannya sudah menarik dan dia suka makanan olahannya, nanti dia akan makan," tuturnya. (waf)

Baca juga:

Membawa Bekal ke Sekolah Bikin Anak lebih Fokus Belajar

#Anak-anak #Kesehatan
Bagikan
Ditulis Oleh

Andrew Francois

I write everything about cars, bikes, MotoGP, Formula 1, tech, games, and lifestyle.

Berita Terkait

Indonesia
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Langkah ini merupakan bagian dari agenda besar pemerintah dalam memperkuat jaring pengaman sosial, terutama bagi masyarakat rentan.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 02 Oktober 2025
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Lifestyle
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Pertambahan mata minus ini akan mengganggu aktivitas belajar maupun perkembangan anak
Angga Yudha Pratama - Rabu, 01 Oktober 2025
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Fun
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Satu dari tiga orang dewasa di Indonesia memiliki kadar kolesterol tinggi.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 30 September 2025
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Indonesia
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Peredaran rokok ilegal dinilai sangat mengganggu. Sebab, peredarannya bisa merugikan negara hingga merusak kesehatan masyarakat.
Soffi Amira - Kamis, 25 September 2025
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Indonesia
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Pemerintah DKI melalui dinas kesehatan akan melakukan penanganan kasus campak agar tidak terus menyebar.
Dwi Astarini - Jumat, 12 September 2025
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Bagikan