Pahami Fase Kritis Saat Diserang DBD


Ilustrasi Nyamuk. (Pexels.com/pixabay)
MerahPutih.com - Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi penyakit yang sering memakan korban jiwa di Indonesia. masyarakat perlu memahami fase perjalanan klinis penyakit demam berdarah dengue agar infeksi virus tidak menyebabkan perubahan imunitas dan menyelamatkan nyawa pasien.
“Demam berdarah ini paling penting memahami fase perjalanan klinisnya, ada tiga fase, yaitu fase demam, fase kritis, dan fase recovery jadi masyarakat memahami kapan dia bisa kelola di rumah dan kapan harus dibawa berobat,” kata Dokter spesialis penyakit dalam konsultan penyakit tropik infeksi dari Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto Jakarta dr. Soroy Lardo Sp.PD KPTI FINASIM.
Ia mengatakan memahami tiga fase klinis demam berdarah penting agar orang tua tidak terlambat membawa anaknya berobat ke rumah sakit dan menurunkan angka kematian yang seringkali diakibatkan kurangnya pemahaman tentang demam berdarah dengue.
Tiga fase itu adalah fase pertama di mana pasien mengalami demam satu sampai tiga hari, pada saat ini kadar virus dalam darah cukup tinggi. Virus akan mengeluarkan zat ositokin yang mengaktivasi proses yang menyebabkan demam.
Baca juga:
Pada fase ini metabolisme tubuh meningkat menyebabkan kebutuhan cairan menjadi sangat tinggi sehingga hidrasi sangat diperlukan dan pemberian obat penurun demam.
Sementara pada fase hari keempat dan kelima memasuki fase kritis, yang artinya ada proses infeksi virus di pembuluh darah dan menyebabkan pembuluh darah menjadi bocor dan bisa menimbulkan shock yang dapat menyebabkan kematian.
Potensi pendarahan bisa berakibat pada gangguan organ seperti ke paru-paru, rongga perut dan lainnya. Infeksi virus ini juga dapat menyebabkan gejala bola mata, nyeri tulang belakang, nyeri sendi hingga gangguan pencernaan.
“Masa kritis ini yang berbahaya sebenarnya, karena pada saat itu akan terjadi kebocoran pembuluh darah, dan kalau dilewati fase kritis akan terjadi fase recovery, jadi virus di dalam tubuhnya akan menurun drastis, sistem respon imun akan membaik ini akan recovery,” katanya.
Soroy mengatakan, ketika anak demam di hari pertama disarankan untuk membawa ke rumah sakit untuk dirawat dan dilakukan tes NS1 di laboratorium untuk melihat potensi adanya virus dengue dalam darah. Penurunan trombosit juga pasti terjadi maka perawatan lebih awal sangat diperlukan.
Ia menegaskan, jika perawatan dilakukan pada fase kritis maka akan membuat kondisi pasien lebih cepat menurun dan dokter akan berusaha ekstra keras untuk menyeimbangkan kondisi agar tidak jatuh pada kondisi syok.
“Istirahat jadi kunci utamanya, kalau memungkinkan dari puskesmas terdekat itu kan punya laboratorium pemeriksaan darah lengkap," katanya.
Baca juga:
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
Antisipasi Pemprov Cegah Lonjakan Kasus DBD di Jakarta

PSI DKI Kesal dengan Pemprov, Fogging DBD Dilaksanakan Kalau Sudah Ada Korban

Puncak Kasus DBD Terjadi April, Dinkes DKI Siapkan Strategi ini

Tren Kasus DBD Meningkat di Jakarta, Pramono Anung Bakal Lakukan Pendataan Bareng Dinkes DKI

Dewan PSI Minta Pemprov DKI Distribusikan Alat Fogging untuk Tangani DBD

Dinkes DKI Imbau Warga Jakarta Waspadai Lonjakan Kasus DBD saat Musim Hujan

Nyamuk Aedes Aegypti Ternyata Bisa Bertelur di Sendok, Warga Jakarta Diingatkan Jangan Biarkan Air Tergenang

Aksi Fogging Basmi Nyamuk Demam Berdarah di Pemukiman Padat Penduduk Kebayoran Lama

Hadapi Musim Hujan, Kemenkes Ingatkan Waspada DBD

RW di Kembangan Utara Kendalikan Nyamuk Aedes Aegypti Wolbachia
