Padi Sehat Organik Kunci Kemandirian Petani Indonesia
Petani memikul padi hasil panen di persawahan kawasan Wonoayu, Sidoarjo, Jawa Timur, Kamis (12/4). Harga gabah kering panen (GKP) di tingkat petani saat ini turun dari Rp4.970 per kilogram menjadi Rp
MerahPutih.com - "Akibat metode pertanian yang salah, umat manusia bakal mengubah lahan subur menjadi gurun pasir." Itulah kata-kata penulis India Jaggi Vasudev menyindir industri pertanian yang mengedepankan pupuk buatan untuk mendulang untung.
Era pestisida memang menyerang dunia pertanian sejak pupuk buatan pertama kali ditemukan sekitar abad ke-19. Dengan penggunaan pupuk buatan itu, keuntungan lebih murah, lebih kuat, dan lebih gampang didistribusikan. Metoda itu memiliki dampak jangka panjang yang merugikan, mulai turunnya nilai kesuburan tanah hingga permasalahan zat-zat kimia berbahaya.
Namun, kini publik mulai sadar menjaga ekosistem hayati bumi merupakan hal yang penting. Banyak aktivis dan akademisi yang menggalakkan orang-orang harus kembali ke pertanian organik demi menyelamatkan tanah. Untungnya kesadaran yang sama sudah mulai tumbuh di Indonesia.
Center for Indonesian Policy Studies (CIPS) menyatakan negeri ini berpotensi besar dalam mengembangkan pertanian organik. Sayang, potensi ini masih terbentur banyak hambatan sehingga perlu pendampingan dari pemerintah. "Pemerintah melalui para penyuluh pertanian, harus memberikan pendampingan kepada petani yang menanam padi organik," kata Kepala Penelitian CIPS Hizkia Respatiadi, dilansir Antara, Kamis (19/4).
Menurut dia, pendampingan sangat penting karena proses menjadikan Indonesia penghasil padi organik tidak selesai hanya sampai pada penanaman. Pemerintah, lanjutnya, harus memberikan pendampingan terkait dengan banyak hal, seperti tenaga penyuluh pertanian, cara bercocok tanam yang sesuai dengan kaidah pertanian organik hingga pemasaran.
Proses yang Utama
Harus diingat dalam pertanian organik rujukannya bukan peningkatan hasil produktivitas, tetapi prosesnya yang harus dipastikan agar tidak terkontaminasi bahan-bahan polutan. Petani, harus bisa memastikan sumber air untuk irigasi juga bebas dari polutan.
Peran penyuluh juga diharapkan lebih dari hanya mendampingi dan mengajari. Mereka harus bisa menjadi penghubung antara petani dan pemerintah, baik pemerintah setempat maupun pemerintah pusat.
Petani juga harus diberikan pengetahuan mengenai sertifikasi tanaman organik yang harus diperbaharui setiap 2 tahun sekali. Tujuannya, agar para petani tetap bisa menjaga proses tanam dan panen secara organik dan menghasilkan tanaman organik berkualitas baik. "Proses sertifikasi ini sebaiknya dibuat sederhana dan mudah agar tidak sulit dimengerti oleh petani," tegas Hizkia.
Kementerian Pertanian menggandeng sejumlah daerah kini mencoba pengembangan budi daya padi sehat, yakni penanaman padi dengan mengedepankan penggunaan produk-produk pupuk dan insektisida organik, serta mengurangi produk kimiawi. Tahun ini telah dikembangkan demplot atau percontohan padi sehat di areal seluas 23.000 hektare di delapan provinsi sentra produksi padi di Tanah Air.
Tahun depan pengembangan budi daya padi sehat akan ditingkatkan luasannya dari 23.000 hektare tahun ini menjadi sekitar 40.000 hektare dengan APBNP. "Dengan tanah persawahan yang sehat apa pun yang ditanam juga akan sehat begitu pula produksi pangan yang dikonsumsi juga sehat," kata Direktur Tanaman Serealia Ditjen Tanaman Pangan Kementerian Pertanian Ali Jamil.
Kunci Kemandirian Petani
Sementara itu, Ketua Umum Asosiasi Bio-Agroinput Indonesia (ABI) Gunawan Sutio mengakui pengembangan padi sehat mampu menghemat biaya produksi hingga 25 persen serta meningkatkan produktivitas tanaman hingga 1 ton per hektare. "Hasil panennya bagus karena padi yang dihasilkan sehat dan tidak terserang hama," imbuh dia.
Target utama yang ingin dicapai adalah para petani didorong beralih ke pertanian organik sehingga bisa mandiri dan tidak bergantung pada pemerintah, khususnya terkait bantuan pupuk bersubsidi. Namun, diakui ada sejumlah permasalahan yang dihadapi petani organik. Misalnya, keterbatasan mesin penggilingan padi, pemasaran beras organik, kredit lunak, dan pengairan.
Untuk itu, para petani sangat berharap terhadap berbagai kebijakan pemerintah melalui instansi dan lembaga dalam membantu mengatasi beragam permasalahan agar pertanian organik terus berkembang di Nusantara. (*)
Bagikan
Wisnu Cipto
Berita Terkait
Serahkan Beasiswa Kelapa ke Mahasiswa Unhas, Jerry Hermawan Lo Sebut Pertanian adalah Senjata Rahasia Indonesia
Indonesia Setop Impor Jagung Sepanjang 2025, Mentan Amran Pamer Lonjakan Produksi Beras Tertinggi Sepanjang Sejarah
Pengembangan Perkebunan-Holtikultura, DPR Ingatkan Kementan tak Abaikan Petani Kecil
Ingin Petani Sejahtera, PDIP Dorong Petani Punya Lahan Melalui UU Pokok Agraria
Hari Tani Nasional, Petani Karanganyar Soroti Pemetaan Tanah Telantar hingga Subsidi Biaya Produksi
Regenerasi Petani Mendesak, Tantangan Lahan hingga Teknologi masih Membelit
Hari Tani Nasional Jadi Momentum Wujudkan Kedaulatan Pangan
Hari Tani Nasional, saatnya Dorong Kebangkitan dan Kemandirian Petani lewat Bibit Lokal
Aksi Hari Tani Nasional, Petani Indramayu Tuntut Perbaikan Irigasi dan Modernisasi Pertanian
Kementan Tegaskan Stok Pupuk Cukup dan Mudah Diakses, Indonesia Makin Dekat Capai Swasembada Pangan