Headline

Ormas Dayak Kalbar Gelar Aksi Tuntut Humas BNPB Minta Maaf Secara Langsung

Eddy FloEddy Flo - Kamis, 30 Agustus 2018
Ormas Dayak Kalbar Gelar Aksi Tuntut Humas BNPB Minta Maaf Secara Langsung

Empat petani melakukan Nugal atau menanam padi di ladang di jalur Trans Kalimantan, Kabupaten Ketapang, Kalimantan Barat (ANTARA FOTO/Jessica Helena Wuysang)

Ukuran:
14
Audio:

MerahPutih.Com - Sejumlah ormas suku Dayak di Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) menggelar aksi menuntut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho meminta maaf langsung kepaa masyarakat Dayak.

Sekretaris MADN Yakobus Kumis meminta Sutopo untuk datang ke Pontianak menjelaskan permasalahan terkait pernyataannya di media sosial paling lambat tujuh hari sejak aksi hari ini.

"Pernyataan Sutopo, bahwa gawai serentak memicu kebakaran hutan dan lahan, tidak bisa kami terima, karena selama ini masyarakat Dayak dengan kearifan lokalnya tidak merusak hutan, dan kami sudah ribuan tahun berladang," kata Yakobus Kumis di depan Kantor DPRD Kalbar, Kamis, (30/8).

Ia juga mengajak, siapa saja untuk turun langsung ke kampung-kampung guna melihat secara langsung bagaimana masyarakat Dayak membakar lahan dengan cara kearifan lokal, dan sudah jelas pihaknya juga tidak membakar lahan gambut.

Masyarakat Suku Dayak
Suku Dayak (Foto: adat-ku.blogspot)

Sementara itu, Ketua Perhimpunan Perempuan Dayak Kalbar, Katarina Lies mengatakan, pihaknya (suku Dayak) merasa tersinggung dengan pernyataan, Sutopo, dan pihaknya selalu dikambing hitamkan atas kejadian Karhutla sehingga berdampak asap tersebut.

"Kami hidup sebagai orang Dayak, makan dari beras hasil ladang, sehingga asap bukan bersumber dari Dayak, jangan lagi mengkambing hitamkan gawai," ujarnya.

Menurut dia, kalau dilarang berladang, mampukan pemerintah memberikan makan pada masyarakat.

"Sekarang kami menuntut pak Sutopo menyelesaikan masalah ini, sehingga ke depan tidak ada lagi yang dikambing hitamkan kalau terjadi Karhutla dan menyebabkan kabut asap," ujarnya.

Dalam aksinya, Ormas Dayak se-Kalbar, intinya menuntut Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho untuk hadir di pengadilan adat Dayak di Pontianak, untuk diadili secara adat-istiadat, dan hukum adat Dayak paling lama tujuh hari setelah surat tersebut diterima.

Sutopo Purwo Nugroho
Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho di Graha BNPB, Jakarta Timur (Foto: MerahPutih/Novriadi Sitompul)

Kemudian, meminta Sutopo mencabut pernyataan dan meminta maaf secara terbuka kepada masyarakat Dayak, baik melalui media lokal maupun nasional, kemudian meminta agar Sutopo dapat menghormati kearifan lokal masyarakat Dayak dalam bingkai NKRI, serta mengingatkan kepada pihak manapun agar tidak mudah mengeluarkan pernyataan serupa, yang dapat mendiskreditkan masyarakat Dayak.

Sementara itu, Wakil Ketua DPRD Kalbar, Suriyansah mengatakan sebagaimana dilansir Antara, pihaknya akan menindaklanjuti apa yang menjadi tuntutan masyarakat Dayak.

"Kami akan proses agar dipertanggungjawabkan oleh yang bersangkutan," katanya.

Kepala BNPB Kalbar, TTA Nyarong menyatakan, dirinya akan menyampaikan pernyataan sikap dari Ormas Dayak se-Kalbar tersebut kepada Sutopo langsung.

"Sore ini saya berangkat ke Jakarta untuk menyampaikan pernyataan sikap tersebut," katanya.

Sebelumnya, secara tertulis Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, Sutopo Purwo Nugroho menyatakan, dirinya atas nama pribadi dan sebagai Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB tidak ada maksud menghina dan mencap bahwa tradisi gawai penyebab semakin banyaknya kabut asap.

"Atas nama pribadi dan sebagai Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB, saya mohon maaf kepada masyarakat Dayak di seluruh Indonesia, atas kekhilafan penulisan yang mengakibatkan penafsiran yang salah," ujarnya.

Ia berharap masalah ini selesai sampai disini dan tidak diperpanjang kembali. Keterangan pers yang disebarkan ke media tidak ada tendensi lain dalam mengeluarkan pernyataan, kecuali dari membaca laporan, karena pernyataan yang sama juga dikeluarkan oleh KLHK dan sebagainya.(*)

Baca berita menarik lainnya dalam artikel: Pencak Silat Persatukan Wapres Jusuf Kalla, Megawati dan Prabowo Subianto

#Sutopo Purwo Nugroho #BNPB #Suku Dayak #Kebakaran Hutan
Bagikan
Ditulis Oleh

Eddy Flo

Simple, logic, traveler wanna be, LFC and proud to be Indonesian

Berita Terkait

Indonesia
254 Rumah Warga Rusak Akibat Gempa Poso, Tersebar di 19 Desa
Adapun rumah rusak tersebar di 19 desa dan tiga kecamatan yakni Desa Maranda, Kilo, Trimuya, Tumota Kecamatan Pesisir Utara 21 rusak ringan dan tujuh rusak berat.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 21 Agustus 2025
254 Rumah Warga Rusak Akibat Gempa Poso, Tersebar di 19 Desa
Indonesia
Tidak Ada Korban Jiwa, BNPB Minta Warga Tetap Waspada Efek Gempa Susulan di Bekasi
BNPB meminta warga untuk tetap waspada terhadap efek gempa susulan di Bekasi. Sampai saat ini, belum ada laporan mengenai dampak dan korban jiwa.
Soffi Amira - Kamis, 21 Agustus 2025
Tidak Ada Korban Jiwa, BNPB Minta Warga Tetap Waspada Efek Gempa Susulan di Bekasi
Indonesia
Korban Gempa Poso Dijanjikan Bantuan Rumah Rusak Rp 15-30 Juta, Plus Bansos Tunai Rp 600 Ribu 3 Bulan
Tercatat sedikitnya 300 rumah di Kabupaten Poso rusak ringan hingga berat akibat gempa
Wisnu Cipto - Selasa, 19 Agustus 2025
Korban Gempa Poso Dijanjikan Bantuan Rumah Rusak Rp 15-30 Juta, Plus Bansos Tunai Rp 600 Ribu 3 Bulan
Dunia
Kebakaran makin Berkecamuk, Yunani, Spanyol, dan Portugal Berpacu Padamkan Api saat Uni Eropa Tingkatkan Bantuan Lintas Negara
Sebagian besar Eropa Selatan masih berisiko tinggi akibat cuaca panas dan kering.
Dwi Astarini - Jumat, 15 Agustus 2025
Kebakaran makin Berkecamuk, Yunani, Spanyol, dan Portugal Berpacu Padamkan Api saat Uni Eropa Tingkatkan Bantuan Lintas Negara
Dunia
Eropa Selatan Dilanda Kebakaran Hutan, Suhu Ekstrem Tembus 40 Derajat Celsius
Peringatan panas ekstrem dikeluarkan di beberapa wilayah Italia, Prancis, Spanyol, Portugal, dan Balkan.
Dwi Astarini - Rabu, 13 Agustus 2025
Eropa Selatan Dilanda Kebakaran Hutan, Suhu Ekstrem Tembus 40 Derajat Celsius
Indonesia
Biaya Padamkan Karhutla Mahal, Satu Menit Penerbangan Habiskan Rp 300 Juta
Efisiensi dilakukan dengan mengombinasikan operasi modifikasi cuaca dan water bombing menggunakan helikopter atau pesawat berkapasitas lebih kecil ketika titik api masih sedikit.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 12 Agustus 2025
Biaya Padamkan Karhutla Mahal, Satu Menit Penerbangan Habiskan Rp 300 Juta
Indonesia
Operasi Terpadu Bikin Penanganan Karhutla Efektif, BNPB Siaga Sampai September 2025
BNPB telah meminta penambahan personel TNI dan Polri untuk mengingatkan warga agar tidak membuka lahan dengan cara dibakar atau menyalakan api di dekat lahan mineral gambut yang rentan terbakar.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 12 Agustus 2025
Operasi Terpadu Bikin Penanganan Karhutla Efektif, BNPB Siaga Sampai September 2025
Dunia
Prancis Alami Kebakaran Hutan Terbesar Musim Panas ini, Areanya Lebih Luas daripada Kota Paris
Kebakaran telah meluas hingga lebih dari 13.000 hektare.
Dwi Astarini - Kamis, 07 Agustus 2025
 Prancis Alami Kebakaran Hutan Terbesar Musim Panas ini, Areanya Lebih Luas daripada Kota Paris
Indonesia
Peneliti IPB Ungkap Strategi Cerdas Tekan Karhutla dengan Padukan AI dan Keterlibatan Masyarakat
Semua kembali lagi ke masyarakat, bagaimana teknologi itu digunakan oleh masyarakat
Angga Yudha Pratama - Rabu, 06 Agustus 2025
Peneliti IPB Ungkap Strategi Cerdas Tekan Karhutla dengan Padukan AI dan Keterlibatan Masyarakat
Indonesia
BNPB Pantau Kondisi Kekeringan di Indonesia, Ribuan Liter Air Dikirim ke Berbagai Desa
Pasokan air bersih untuk wilayah terdampak menjadi prioritas utama guna memenuhi kebutuhan warga di tengah kondisi kekeringan pada musim kemarau ini.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 05 Agustus 2025
BNPB Pantau Kondisi Kekeringan di Indonesia, Ribuan Liter Air Dikirim ke Berbagai Desa
Bagikan