Orangtua Wajib Tahu Empat Indikator Perkembangan Anak
Orang tua harus mengamati empat area tumbuh kembang anak (Foto: pixabay/nastya_gepp)
ORANGTUA harus mengamati empat area tumbuh kembang anak, yang meliputi bicara dan bahasa, motorik kasar, motorik halus, dan sosio-emosional. Hal tersebut dipaparkan oleh Dokter spesialis rehabilitasi medis dari Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI), dr. Amien Suharti, Sp.KFR.
Baca Juga:
"Bicara dan bahasa yaitu kemampuan untuk memberikan respon terhadap suara, berbicara, berkomunikasi, dan mengikuti perintah. Motorik kasar, yaitu kemampuan anak melakukan pergerakan dan sikap tubuh yang melibatkan otot-otot besar," tutur Amien Suharti, seperti yang dikutip dari laman Antara.
Sementara itu, motorik halus yakni kemampuan anak melakukan gerakan yang melibatkan otot-otot kecil, namun memerlukan koordinasi yang cermat. Sedangkan, sosio-emosional yakni kemampuan mandiri, bersosialisasi serta berinteraksi dengan lingkungannya.
Amien menjelaskan, bila terdapat gangguan tumbuh kembang anak, maka prinsip tata laksana rehabilitasi medik mengoptimalkan kemampuan individu untuk mempertahankan dan mencapai tingkat fungsi fisik, mental, emosional, dan spiritual yang lebih baik, sehingga terjadinya peningkatan kualitas hidup.
Pada penanganan masalah disabilitas, dokter rehabilitasi medik akan melakukan asasmen apakah ada gangguan fungsi komunikasi atau gangguan fungsional aktivitas sehari-hari.
Kemudian, setelah diasasmen, dokter akan menentukan intervensi apakah yang bisa diberikan pada pasien. Seperti bisa bersifat promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif sesuai dengan kondisi masing-masing pasien.
Baca Juga:
Amien menjelaskan, dalam hal ini stimulasi sangatlah penting. Sedikit informasi, stimulasi yakni proses merangsang hubungan antar sel-sel otak yang dilakukan sejak diri secara terus menerus, yang bisa mengembangkan sejumlah kemampuan anak lewat pembentukan sirkuit otak.
Dengan stimulasi yang cukup dan nutrisi yang baik, sinap akan berkembang pesat, dan jalinan saraf lebih luas, yang pada akhirnya berperan dalam meningkatkan kecerdasan anak.
Sementara itu, dalam menangani gangguan pemrosesan sensori anak, fokus terapi pada rehabilitasi medis, yakni memunculkan motivasi anak untuk bermain interaktif dan bermakna. Sehingga partisipasi aktif dari pasien yang menjalani terapi juga sangat penting.
Mengenai hal itu, Amien menjelaskan, penanganan disabilitas pada anak dengan tata laksana yang tepat, bisa mengembalikan kemampuan fungsional, dan partisipasi anak sesuai usia. Menariknya, setiap anak memiliki potensi, meski mungkin dia adalah seorang anak difabel. (Ryn)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Cak Imin Imbau Penunggak Iuran BPJS Kesehatan Daftar Ulang Biar Bisa Diputihkan
23 Juta Tunggakan Peserta BPJS Kesehatan Dihapuskan, Ini Syarat Penerimanya
Trik Dokter Jaga Imun: Vitamin, Hidrasi & Tidur Lawan Penyakit Cuaca Ekstrem
Kejar Target, Cek Kesehatan Gratis Bakal Datangi Kantor dan Komunitas
Pengecekan Kesehatan Cepat kini Tersedia di Stasiun MRT Jakarta Dukuh Atas
Masalah Anak Picky Eater Ternyata Bisa Diatasi Lewat Permainan Sensorik
Mengintip Keseruan Anak-anak Bermain Air Aliran Sungai Ciliwung Jakarta
Bisa Ditiru nih Ladies, Cara Davina Karamoy Hindari Anemia tanpa Ribet
The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati
DPR Kritik BPJS Kesehatan Nonaktifkan 50.000 Warga Pamekasan, Tegaskan Hak Kesehatan tak Boleh Disandera