Mutu Air Tanah Terancam karena Kebakaran Hutan


Air bersih di sekitar terjadinya kebakaran hutan, mengalami penurunan kualitas. (Foto: Pexels/Sourav Mishra)
KEBAKARAN hutan bisa terjadi secara alamiah ataupun perbuatan manusia. Namun, ketika kebakaran itu berkali-kali melanda hutan, korban pertamanya bukanlah manusia, melainkan mutu air tanah. Demikian penelitian yang dilakukan oleh Environmental Protection Agency (EPA) tahun 2019.
Sumber penelitian lembaga itu berasal dari kebakaran yang selalu menimpa beberapa wilayah di Amerika. Dengan memanfaatkan data mulai dari tahun 1983. Kerusakan pada pohon, media tanam, satwa lokal, infrastruktur, sampai jatuhnya korban manusia, menjadi bayaran atas itu. Lebih dari itu EPA ternyata melihat bahwa terbakarnya hutan sangat berhubungan dengan turunnya derajat air tanah yang dipakai penduduk setempat.
Baca Juga:

Hasil penelitian itu memberikan hasil yang sangat mengkhawatirkan bagi kehidupan di lingkungan sekitar hutan, khususnya air. Sumber kehidupan manusia dan lingkungan ini dipastikan kehilangan kuantitas dan kualitasnya akibat kebakaran hutan berkelanjutan. Ini karena lebih dari satu unsur bekas kobaran api bakal menuju ke dalam air tanah di lokasi sekitar hutan.
Kemudian unsur sisa kebakaran itu akan bercampur bersama air dan mengalir ke sungai, danau, hingga waduk. Buruknya, minimnya tanaman yang hidup membuka peluang terjadinya erosi dan banjir oleh air hujan di hutan itu. Oleh karena itu, abu, sisa logam, sedimen, maupun nutrisi berjumlah banyak, berlanjut ke daerah aliran sungai (DAS).
Lalu, situasinya mulai berdampak kepada manusia, seperti air yang menjadi tidak layak minum, mengubah warna air di destinasi wisata air, dan mendorong ledakan populasi alga. Hasilnya, kualitas perairan juga mengalami kemerosotan drastis gara-gara kebakaran hutan itu.
Laman EPA menuliskan ada tantangan berat pada sistem utilitas air minum di wilayah yang hutannya terbakar. Mereka perlu mengembangkan strategi berupa gudang penyimpanan dan pengolahan terbarukan untuk meghindarkan dari air yang tercemar. Langkah ini merupakan antisipasi bila muncul kebakaran rimba yang tiba-tiba di masa yang akan datang.
Baca Juga:

"Bagaimana kebakaran hutan mengubah jumlah air dan sedimen yang mengalir ke sungai? Jika seseorang menjadi pengelola air bersih di kota, sebaiknya dia yang paling peduli dengan perubahan besaran frekuensi dan waktu debit air serta sedimen yang ekstrem,” jelas Peneliti Post-Doctoral EPA, Dr. Mussie Beyene melalui laman EPA (13/08).
Bayene melanjutkan bahwa layanan pengolahan dan penyimpanan air saat ini tidak bisa mengakomodasi jumlah sedimen tertinggi ataupun terendah yang mengalir dari sungai pasca kebakaran. Dia bersama mitra peneliti lainnya, ahli Ekologi dari EPA, Dr. Scott Leibowitz, sudah mengecek data pra dan pasca kebakaran terhadap sungai di bagian barat Amerika.
Lokasi itu jadi opsi karena 65 persen pasokan air bersihnya berasal dari DAS hutan yang rentan terbakar. Sesudah kebakaran hutan, debit air bagian sungai barat mengalami peningkatan dari normalnya. Baik secara perlahan-lahan maupun meluap secara langsung.
Baca Juga:
Penyaringan Nanoteknologi, Inovasi yang Atasi Kekurangan Air Bersih

Sayang, kualitas air sungai di daerah bagian itu, mempunyai endapan terlarang yang signifikan. Ini menjadi bukti bahwa terbakarnya hutan sangat berpengaruh pada sektor perairan di Amerika. Penelitian Beyene hanya satu dari seluruh proyek penelitian EPA.
Lembaga yang hadir sejak 1970 itu, melakukan penelitian terkait pola kebakaran hutan yang menjadi habitat hewan dan vegetasi, terhadap air sebagai kebutuhan pokok khalayak di negeri itu. Beruntung, mereka menemukan kiat melindungi mutu itu dengan mengatur kembali aliran sungainya melalui manajemen perairan.
Walau, ini hanya solusi sementara, karena kebakaran itu tidak akan berhenti kecuali ada kesadaran melindungi sumbernya supaya peristiwa serupa dapat dicegah. Jadi, bukan hanya hutan saja yang lestari, melainkan sumber air tanahnya juga terjaga. (Bed)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Kebakaran makin Berkecamuk, Yunani, Spanyol, dan Portugal Berpacu Padamkan Api saat Uni Eropa Tingkatkan Bantuan Lintas Negara

Eropa Selatan Dilanda Kebakaran Hutan, Suhu Ekstrem Tembus 40 Derajat Celsius

Biaya Padamkan Karhutla Mahal, Satu Menit Penerbangan Habiskan Rp 300 Juta

Prancis Alami Kebakaran Hutan Terbesar Musim Panas ini, Areanya Lebih Luas daripada Kota Paris

Peneliti IPB Ungkap Strategi Cerdas Tekan Karhutla dengan Padukan AI dan Keterlibatan Masyarakat

Buka Lahan dengan Cara Membakar Kini Dilarang, Pemerintah: Gunakan Teknologi yang Modern

Titik Panas di Kaltim Meningkat, Rata-Rata Harian di Atas 100 Titik

Karhutla Sekitar Bandara Singkawang Jadi Lautan Api, Lahan 100 Hektar Ludes Terbakar

Karhutla Kian Merajalela, DPR Desak Pemerintah Lakukan Ini Demi Selamatkan Indonesia

Puan Maharani Ungkap Korban Karhutla Bukan Cuma Lingkungan, tapi Anak-anak
