Kenali Sejumlah Penyebab Krisis Air Global


Ada sejumlah faktor yang bisa menyebabkan krisis air global (Foto: Pixabay/3345308)
TIDAK perlu ahli hidrologi untuk menyadari bahwa ada krisis air global yang berkembang. Setiap bulan Agustus, sejumlah ahli air, inovator industri hingga peneliti berkumpul di Stockholm untuk Pekan Air Dunia, guna mengatasi masalah air yang paling darurat di Bumi.
Adapun sejumlah tanda-tanda krisis air global yang bisa terjadi akibat sejumlah perubahan yang dilakukan oleh manusia, seperti yang dilansir dari laman wri.org.
Baca Juga:

Pertama yakni daerah yang kering menjadi lebih kering, serta curah hujan lebih bervariasi dan cenderung ekstrem. Perubahan iklim tersebut menghangatkan bumi, dan membuat bumi semakin terik.
Pada saat yang sama, awan pun bergerak menjauh dari ekuator menuju kutub, akibat fenomena yang didukung oleh perubahan iklim. Hal itu menghilangkan daerah khatulistiwa seperti Afrika sub-Sahara, Timur Tengah dan Amerika Tengah dari air hujan yang memberi kehidupan.
Paradoksnya, perubahan iklim tersebut meningkatkan curah hujan pada daerah lain, dan merugikan orang-orang yang tinggal di dekat aliran sungai.
Saat ini setidaknya ada 21 juta orang di seluruh dunia berisiko mengalami banjir sungai setiap tahun. Jumlah tersebut bisa meningkat menjadi 54 juta di 2030.
Faktor kedua yakni jumlah populasi masyarakat yang meningkat. Istilahnya 'Lebih banyak orang dan lebih banyak uang, maka lebih banyak permintaan air'.
Populasi dunia yang ada sekitar 7,5 miliar, diproyeksikan akan menambah sekitar 2,3 miliar orang di tahun 2050. Tentunya, semakin banyak orang yang membutuhkan air.
Baca Juga:
Perbedaan Antara Green Tourism, Ecotourism dan Sustainable Tourism

Faktor ketiga yaitu air tanah yang sedang dikuras. Sekitar 30 persen air tawar bumi terletak jauh di bawah tanah di akuifer. Air tersebut diekstraksi setiap hari untuk pertanian, minum hingga industri.
Kerap kali pada tingkat yang berbahaya dan berkelanjutan. Seperti halnya di India, yang menghabiskan lebih banyak air tanah dibanding negara lain.
Sebanyak 54 persen sumur air tanah India berkurang. Itu artinya, air digunakan lebih cepat daripada diisi ulang. Bila pola itu tidak berubah, dalam 20 tahun, 60 persen akuifer India akan berada pada kondisi kritis.
Berbeda halnya dengan danau yang mengering, kamu tidak bisa melihat dengan mata telanjang ketika cadangan air tanah di akuifer menurun. Karena itu, pasokan air global rentang dengan ancaman yang 'tersembunyi' dan terus berkembang itu.
Faktor keempat yakni infrastruktur air dalam keadaan rusak. Memiliki cukup air untuk berkeliling hanyalah permulaan. Tapi air jgua perlu diangkut, diolah dan dibuah.
Di dunia, infrastruktur air, instalasi pengolahan pipa, dan sistem pembuangan berada dalam kondisi rusak. Di Amerika Serikat, 6 miliar galon air yang diolah hilang per hari akibat kebocoran pipa.
Baca Juga:
Jangan Cuci Peralatan Masak Berminyak dengan Air Panas

Infrastuktur yang dibangung dikenal mahal untuk dipasang dan diperbaiki. Itu berarti, banyak daerah mengabaikan masalah infrastuktur yang berkembang, hingga terjadinya bencana.
Faktor kelima yakni air yang terbuang. Kendati benar bahwa air merupakan sumber daya yang terbarukan, tapi air kerap kali terbuang sia-sia.
Hal itu diakibatkan oleh praktik yang tidak efisien, seperti irigasi banjir serta pendinginan basah intensif air di pembangkit listrik termal, menggunakan lebih banyak air daripada yang diperlukan.
Selain itu, karena ulah manusia yang mencemari air pada tingkat menghawatirkan, manusia pun gagal mengolahnya. Ada sekitar 80 persen air limbah dunia dibuang kembali alam tanpa pengolahan lebih lanjut, atua penggunaan kembali.
Di Sejumlah negara, lebih banyak menerima air minum bersih, dibanding mengolah dan membuang air limbah yang mengakibatkan pemborosan air.
Baca Juga:

Faktor krisis air yang terakhir yakni harga yang salah. Secara global air sangat diremehkan. Harga air tak mencerminkan biaya total layanan yang sebenarnya. Dari mulai transportasi lewat infrastuktur, hingga perawatan dan pembuangan.
Hal itu tentunya menyebabkan misalokasi air, serta kurangnya investasi pada infrastuktur dan teknologi air baru, yang menggunakan air lebih efisien.
Terlebih pemerintah atau perusahaan memilih investasi pada teknologi hemat air yang mahal. Padahal, ketika air lebih murah daripada teknologi yang dimaksud dan ketika harga penerimaan, harga air bersih lebih dekat dengan biaya layanan sebenarnya, penggunaan air yang efisien bisa dilakukan.
Tapi saat ini belum terlalu terlambat, karena dari sekian faktor yang bisa menyebabkan krisis air global. Pemerintah, bisnis, universitas dan warga di dunia sadar akan tantangan air, dan mulai mengambil tindakan. (Ryn)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Akhirnya Merdeka dari Krisis Air, Warga Semper Timur Cilincing Kini Bisa Nikmati Air Berkualitas

Bumi makin Panas, Penduduk Dunia Hanya Punya 3 Tahun sebelum Kenaikan Suhu Melebihi 1,5 Derajat Celsius

Apa Itu Pemanasan Global? Ini Pengertian, Penyebab, Dampak, dan Cara Mengatasinya

Bumi makin Panas, Gletser China Menyusut 26 Persen Mengancam Sumber Air Dunia

Suhu Global Naik 1,5 Derajat Sepanjang 2024, Peringatan untuk Risiko Lebih Besar bagi Kehidupan di Planet Ini

Memahami Efek Rumah Kaca, Apa Dampaknya bagi Lingkungan?

3 Jurus Retno Sebagai Utusan Khusus Sekjen PBB Atasi Krisis Air Dunia

Pemanasan Global Naikkan Potensi Terjangan Badai Intens

Puan Desak Pemerintah Ambil Langkah Strategis Atasi Krisis Air

Gelombang Panas Sebabkan Ratusan Ribu Ikan Mati di Vietnam
