Kesehatan

Mirip Gejala COVID-19, Kenali Gangguan Parosmia dan Penyebabnya

Ananda Dimas PrasetyaAnanda Dimas Prasetya - Rabu, 09 Februari 2022
Mirip Gejala COVID-19, Kenali Gangguan Parosmia dan Penyebabnya

Waspadai penyakit paru-paru yang dapat menyebabkan gangguan parosmia. (Foto: Pixabay/401711)

Ukuran:
14
Audio:

HILANGNYA kemampuan untuk mencium bau dan merasakan cita rasa makanan di lidah atau yang biasa disebut dengan anosmia, memang menjadi hal yang banyak dikawatirkan di masa pandemi ini. Namun ternyata penyakit dengan gejala yang hampir sama dengan anosmia ini sudah ada sejak lama dan disebut sebagai gangguan parosmia. Jadi, sebenarnya penyakit kehilangan indra perasa ini bukan muncul akibat dampak jangka panjang dari virus Corona saja.

Menurut laman dari healthline, parosmia merupakan kondisi sinyal neuron sensorik olfaktorius yang terletak di rongga hidung tidak bisa mendeteksi bau yang ada di sekitarnya. Di beberapa kondisi pengidapnya bahkan dapat mencium sesuatu yang sebenarnya tidak ada di dekatnya.

Baca juga:

COVID-19 Bisa Sebabkan Gejala Anosmia, Apa Itu?

Tidak hanya itu, gangguan parosmia mampu membuat pengidap mencium sesuatu yang sebenarnya harum menjadi tidak menyenangkan seperti bau busuk. Terkadang aroma makanan lezat yang baru matang bisa terasa memuakkan hingga membuat pengidap merasa mual.

1. Infeksi virus

Kenali Gangguan Parosmia dan Berbagai Penyebabnya
Infeksi paru-paru menyebabkan kemampuan indra penciuman menurun. (Foto: Pixabay/coyot)

Ada begitu banyak virus yang dapat menyerang organ paru-paru dan hampir semuanya menyebabkan pengidap mengalami gangguan parosmia. Indra penciuman merupakan salah satu indra yang setiap saat digunakan oleh manusia. Entah itu untuk menghirup udara atau mencium bau. Maka, ketika kamu sudah terserang infeksi pada paru-paru, dapat dipastikan indra penciuman tidak akan 100% kembali normal.

2. Trauma otak

Kenali Gangguan Parosmia dan Berbagai Penyebabnya
Trauma otak berisiko menyebabkan parosmia. (Foto: Pixabay/StockSnap)

Otak menyimpan jutaan saraf untuk mengatur kerja tubuh setiap saat. Jika kepala terbentur hebat hingga otak mengalami trauma, bisa jadi beberapa saraf di dalamnya mengalami kerusakan sehingga sangat memengaruhi kemampuan beberapa indra di dalam tubuh.

Saalah satunya saraf yang mengatur pergerakan anggota tubuh atau organ penciuman. Tak jarang kasus trauma otak menyebabkan pengidap mengalami parosmia secara permanen.

Baca juga:

Jangan Abaikan Gejala Pusing di Situasi Omicron

3. Bakteri

Kenali Gangguan Parosmia dan Berbagai Penyebabnya
Parosmia tidak bisa sembuh total. (Foto: Pixabay/nastya_gepp)

Bakteri seperti mycobacterium tuberculosis dan mycoplasma pneumoniae juga dapat menyebabkan penderita mengalami gangguan parosmia. Untungnya penyakit paru-paru yang disebabkan oleh bakteri dapat sembuh total sehingga gangguan parosmia bisa berangsur hilang meskipun tidak bisa kembali ke kondisi normal seutuhnya.

4. Merokok

Kenali Gangguan Parosmia dan Berbagai Penyebabnya
Perokok berat berisiko mengalami gangguan parosmia. (Foto: Unsplash/Julia Engel)

Hayo... Siapa yang masih menjadi perokok berat? Sebaiknya kamu mulai pikir-pikir untuk berhenti dan lebih mementingkan kesehatan. Karena perokok berat berisiko mengalami gangguan parosmia. Asap rokok berpotensi merusak sel-sel di dalam tubuh yang berfungsi menerima bau dari luar tubuh.

5. Efek samping obat

Kenali Gangguan Parosmia dan Berbagai Penyebabnya
Efek samping obat dapat merusak berbagai saraf di dalam tubuh. (Foto: Pixabay/kfuhlert)

Beberapa penyakit kronis seperti kanker membutuhkan pengobatan menggunakan radiasi yang biasa disebut dengan kemoterapi. Sayangnya pengobatan dengan metode kemoterapi berisiko merusak beberapa saraf di dalam tubuh salah satunya saraf penciuman. Penyintas kanker biasa mengalami gangguan parosmia setelah melewati beberapa sesi kemoterapi. (Mar)

Baca juga:

Mengenal Gejala Omicron yang Hanya Muncul di Malam Hari

#Kesehatan #Info Kesehatan
Bagikan
Ditulis Oleh

Maria Theresia

Your limitation -- it's only your imagination.

Berita Terkait

Indonesia
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Pemerintah DKI melalui dinas kesehatan akan melakukan penanganan kasus campak agar tidak terus menyebar.
Dwi Astarini - Jumat, 12 September 2025
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Indonesia
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Irma mendorong BPJS Kesehatan untuk bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 28 Agustus 2025
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Indonesia
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Presiden Prabowo juga menargetkan membangun total 500 rumah sakit berkualitas tinggi sehingga nantinya ada satu RS di tiap kabupaten dalam periode 4 tahun ini.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Indonesia
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Presiden Prabowo yakin RS PON Mahar Mardjono dapat menjadi Center of Excellence bagi RS-RS yang juga menjadi pusat pendidikan dan riset, terutama yang khusus berkaitan dengan otak dan saraf.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Indonesia
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Riza Chalid, selaku pemilik manfaat PT Orbit Terminal Merak, merupakan salah satu dari delapan tersangka baru dalam kasus korupsi tata kelola minyak mentah
Angga Yudha Pratama - Jumat, 22 Agustus 2025
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Bagikan