Mirip Gejala COVID-19, Kenali Gangguan Parosmia dan Penyebabnya


Waspadai penyakit paru-paru yang dapat menyebabkan gangguan parosmia. (Foto: Pixabay/401711)
HILANGNYA kemampuan untuk mencium bau dan merasakan cita rasa makanan di lidah atau yang biasa disebut dengan anosmia, memang menjadi hal yang banyak dikawatirkan di masa pandemi ini. Namun ternyata penyakit dengan gejala yang hampir sama dengan anosmia ini sudah ada sejak lama dan disebut sebagai gangguan parosmia. Jadi, sebenarnya penyakit kehilangan indra perasa ini bukan muncul akibat dampak jangka panjang dari virus Corona saja.
Menurut laman dari healthline, parosmia merupakan kondisi sinyal neuron sensorik olfaktorius yang terletak di rongga hidung tidak bisa mendeteksi bau yang ada di sekitarnya. Di beberapa kondisi pengidapnya bahkan dapat mencium sesuatu yang sebenarnya tidak ada di dekatnya.
Baca juga:
Tidak hanya itu, gangguan parosmia mampu membuat pengidap mencium sesuatu yang sebenarnya harum menjadi tidak menyenangkan seperti bau busuk. Terkadang aroma makanan lezat yang baru matang bisa terasa memuakkan hingga membuat pengidap merasa mual.
1. Infeksi virus

Ada begitu banyak virus yang dapat menyerang organ paru-paru dan hampir semuanya menyebabkan pengidap mengalami gangguan parosmia. Indra penciuman merupakan salah satu indra yang setiap saat digunakan oleh manusia. Entah itu untuk menghirup udara atau mencium bau. Maka, ketika kamu sudah terserang infeksi pada paru-paru, dapat dipastikan indra penciuman tidak akan 100% kembali normal.
2. Trauma otak

Otak menyimpan jutaan saraf untuk mengatur kerja tubuh setiap saat. Jika kepala terbentur hebat hingga otak mengalami trauma, bisa jadi beberapa saraf di dalamnya mengalami kerusakan sehingga sangat memengaruhi kemampuan beberapa indra di dalam tubuh.
Saalah satunya saraf yang mengatur pergerakan anggota tubuh atau organ penciuman. Tak jarang kasus trauma otak menyebabkan pengidap mengalami parosmia secara permanen.
Baca juga:
3. Bakteri

Bakteri seperti mycobacterium tuberculosis dan mycoplasma pneumoniae juga dapat menyebabkan penderita mengalami gangguan parosmia. Untungnya penyakit paru-paru yang disebabkan oleh bakteri dapat sembuh total sehingga gangguan parosmia bisa berangsur hilang meskipun tidak bisa kembali ke kondisi normal seutuhnya.
4. Merokok

Hayo... Siapa yang masih menjadi perokok berat? Sebaiknya kamu mulai pikir-pikir untuk berhenti dan lebih mementingkan kesehatan. Karena perokok berat berisiko mengalami gangguan parosmia. Asap rokok berpotensi merusak sel-sel di dalam tubuh yang berfungsi menerima bau dari luar tubuh.
5. Efek samping obat

Beberapa penyakit kronis seperti kanker membutuhkan pengobatan menggunakan radiasi yang biasa disebut dengan kemoterapi. Sayangnya pengobatan dengan metode kemoterapi berisiko merusak beberapa saraf di dalam tubuh salah satunya saraf penciuman. Penyintas kanker biasa mengalami gangguan parosmia setelah melewati beberapa sesi kemoterapi. (Mar)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
