Merangkul Menopause untuk Perjalanan Kebahagiaan dalam Kehidupan Perempuan
High Tea Talks berikan panduan dan dukungan bagi perempuan untuk menghadapi menopause.(foto: Eugenia Communications)
MENOPAUSE menjadi fase yang dikhawatirkan perempuan di usia 40-an. Perubahan hormon dalam tubuh membawa berbagai dampak pada kondisi kesehatan perempuan. Tak hanya fisik, tapi juga mental. Tak sedikit perempuan yang merasa menopause sebagai akhir. Padahal, tidak demikian.
“Menopause adalah suatu fase setelah 12 bulan berturut-turut perempuan tidak mengalami haid sama sekali. Ini juga dapat melibatkan fase-fase seperti perimenopause dan pascamenopause yang berlangsung selama 3 hingga 5 tahun,” jelas spesialis obstetri dan ginekologi Ni Komang Yeni Dhana Sari saat hadir sebagai pembicara pada program High Tea Talks yang berkolaborasi dengan Health 360 Klinik di PIC Creative Space, Jakarta Selatan, Kamis, (30/11).
BACA JUGA:
Program High Tea Talks bertujuan menciptakan lingkungan yang mendukung serta mendorong rasa cinta kepada diri sendiri. Program ini juga mendukung perempuan mencari bantuan profesional bila diperlukan. Mengelola stres Menopause secara holistik, dengan dukungan dari orang-orang terkasih dan tenaga kesehatan profesional serta memastikan perjalanan yang lebih menyenangkan melalui fase transformatif dalam kehidupan perempuan ini.
Tak hanya memengaruhi perempuan, menopause juga dapat berefek lingkungan sekitar, seperti pada ibu, anak, dan pasangan. Gejala yang umum terjadi antara lain kecemasan, rasa sakit, kehilangan kepercayaan diri, gangguan tidur, rambut rontok, hingga gangguan kondisi mental.
CEO of Eugenia Communications Tulus Hutabarat menekankan betapa pentingnya mempersiapkan diri ketika menghadapi masa perimenopause dan pascamenopause. Hal itu penting tidak hanya bagi perempuan, tetapi juga bagi keluarga mereka.
Dalam menangani risiko kesehatan yang terkait dengan menopause, tercatat bahwa estrogen memainkan peran penting dalam menjaga kesehatan jantung. Berkurangnya estrogen setelah menopause dapat meningkatkan risiko penyakit jantung, osteoporosis, obesitas, infeksi saluran kemih, dan inkontinensia urin.
BACA JUGA:
Tulus menekankan pentingnya untuk tidak meremehkan menopause dan menganjurkan untuk melakukan tindakan pencegahan, termasuk gaya hidup sehat dan terapi hormon.
“Menopause juga akan berisiko sebagai sumber tekanan. Perasaan yang tidak nyaman ini ada dua jenis. Ada eustress yakni stres yang membuat kita dapat mengubah gaya hidup dan distress ini yang sudah membutuhkan bantuan,” jelas spesialis kedokteran jiwa Natalia Widiasih Raharjanti yang hadir pada kesempatan tersebut.
Ia menyarankan perempuan untuk mengubah pola pikir bahwa menopause merupakan sesuatu yang alami dan dialami semua orang. Fase ini sangatlah penting. Meskipun demikian, masih ada stigma di masyarakat terhadap fase ini akibat kurangnya pendidikan. Hal itu menimbulkan potensi tantangan psikologis yang mungkin dihadapi perempuan.
“Persiapkanlah diri menghadapi fase ini. Tetap berpikir positif dan jangan dijadikan seperti tameng karena akan berdampak pada kesehatan mental,” pesan Widiasih.(nda)
BACA JUGA:
Bagikan
Berita Terkait
SDM Dokter belum Terpenuhi, Kemenkes Tunda Serahkan RS Kardiologi Emirate ke Pemkot Solo
Program Pemutihan BPJS Kesehatan Berlangsung di 2025, ini Cara Ikut dan Tahapannya
Prodia Hadirkan PCMC sebagai Layanan Multiomics Berbasis Mass Spectrometry
Senang Ada Temuan Kasus Tb, Wamenkes: Bisa Langsung Diobati
Momen Garda Medika Hadirkan Fitur Express Discharge Permudah Layanan Rawat Jalan
Cak Imin Imbau Penunggak Iuran BPJS Kesehatan Daftar Ulang Biar Bisa Diputihkan
23 Juta Tunggakan Peserta BPJS Kesehatan Dihapuskan, Ini Syarat Penerimanya
Trik Dokter Jaga Imun: Vitamin, Hidrasi & Tidur Lawan Penyakit Cuaca Ekstrem
Kejar Target, Cek Kesehatan Gratis Bakal Datangi Kantor dan Komunitas
Pengecekan Kesehatan Cepat kini Tersedia di Stasiun MRT Jakarta Dukuh Atas