Mengenal Setsubun, Tradisi Melempar Kacang pada Setan di Jepang


Ritual ini bertujuan untuk mengusir setan dan roh jahat. (Foto: Discover Kyoto)
DI Jepang, mekarnya bunga sakura berwarna merah muda dan putih menandakan kedatangan musim semi. Namun, selain kemunculan kembang, ada pula satu tradisi unik yang dilakukan sebelum memasuki musim baru. Festival ini disebut sebagai Setsubun. Dalam perayaan tahunan yang selalu diadakan pada bulan Februari ini, masyarakat Jepang akan melempar kacang. Bukan untuk membuang-buang makanan, melainkan untuk mengusir setan.
Biasanya diadakan pada tanggal 2,3, atau 4 Februari yang merupakan satu hari sebelum musim semi dimulai jika melihat kalendar Jepang. Di hari itu anak-anak akan melempar kacang kedelai kering pada orang dewasa yang menari dengan jubah dan topeng setan berbulu. Demikian seperti dilansir dari laman Grunge.
Baca juga:
Ritual unik ini bisa dilakukan di sekitar rumah dan kuil. Saat melempar kacang, mereka akan berkata "Oni wa soto! Fuka wa uchi!" yang berarti setan di luar, kebahagiaan di dalam. Setelahnya, mereka harus mengambil dan memakan jumlah kacang sesuai usia. Dalam kasus ini, setan atau roh jahat diibaratkan sebagai simbol penyakit, kemiskinan, kesedihan, atau apapun hal buruk yang tidak diinginkan seseorang di dalam rumahnya.

Tradisi ini kemungkinan besar berasal dari Tiongkok. Budaya tersebut dilaporkan muncul di Jepang selama periode Muromachi (1337-1573 M). Mengapa kacang? Kacang dalam bahasa Jepang disebut sebagai mame. Suku kata pertama, 'ma' adalah homofon untuk mendeskripsikan setan, iblis, dan hal-hal magis hitam lainnya. Sedangkan suku kata kedua 'me' terdengar seperti kata 'setsu' yang berarti kehancuran. Sehingga ketika digabungkan mame berbunyi seperti mametsu (penghancuran setan).
Tidak hanya melempar kacang, sejak dulu Jepang memang sudah memiliki berbagai tradisi untuk mengusir roh jahat. Mengutip Japan Guide, pada abad ke-13 misalnya, setan akan diusir dengan bau menyengat dari kepala ikan sarden kering yang terbakar, asap kayu, dan suara genderang. Meskipun kebiasaan ini sudah tidak populer, beberapa orang masih menghiasi pintu masuk rumah mereka dengan kepala ikan dan daun pohon suci untuk mencegah roh jahat masuk dalam rumah. (sam)
Baca juga:
Bagikan
Berita Terkait
Tradisi Yaa Qowiyyu Klaten, Ribuan Warga Berebut Gunungan Apem

Tradisi Murok Jerami Desa Namang Resmi Diakui Jadi Kekayaan Intelektual Khas Indonesia

Lebaran Sapi, Tradisi Unik Warga Lereng Merapi Boyolali Rayakan Hewan Ternak

Filosofi Tradisi Kutupatan Jejak Peninggalan Sunan Kalijaga

4 Tips Prank April Mop Sukses Mengundang Gelak Tawa

Tradisi Sungkeman sebelum Puasa Ramadan di Indonesia, Simak Beberapa Manfaatnya

Mencari Jelmaan Putri lewat Tradisi Bau Nyale, Budaya Khas Suku Sasak

Merawat Empati Lewat Tradisi Begawe Nyiwak khas NTB

Mengenal Tradisi Belis di NTT, Mahar yang Harus Disiapkan untuk Meminang Perempuan

Gotong Toapekong, Tradisi Cap Gomeh khas Banten
