Mengenal 3 Ancaman Siber yang Sedang Tren


Tiga ancaman siber ini serang terjadi (Foto: Pexels/Pixabay)
PADA akhir tahun 2018 lalu, Fortinet Threat Landscape Report menyajikan temuan yang dikumpukan oleh tim FortiGuard Labs. Data yang dirangkum dalam laporan ini berpusat pada tiga tren ancaman siber utama, yaitu exploit, malware, dan botnet.
Meskipun enggak semua sama, aspek-aspek dalam lanskap ancaman ini saling melengkapi. Artinya masing-masing dari ketiga hal tersebut memainkan peran penting dalam aktivitas ancaman siber. Berikut penjelasan singkat mengenai tiga ancaman siber itu menurut rilis yang diterima merahputih.com.
1. Eksploitasi

Eksploitasi merupakan komponen penting dari keamanan jaringan. Pengamatan ini membantu mengembangkan pemahaman tentang bagaimana penjahat dunia maya mengidentifikasi dan mengkompromikan sistem yang rentan. Secara keseluruhan, para peneliti mendeteksi 15 eksploitasi zero-day dan melihat eksploitasi unik meningkat lima poin.
Sementara eksploitasi yang memengaruhi masing-masing perusahaan meningkat 10 persen. Threat Landscape terbaru ini juga merinci lebih lanjut tentang eksploitasi yang dianggap kritis atau sangat parah, menyoroti yang enggak hanya terdeteksi tetapi juga berhasil mencapai tujuannya.
2. Malware

Malware dipelajari akan menurun ketika musim libur karena kebanyakan orang akan berada jauh dari komputer kantor mereka. Dengan kata lain, ketika karyawan berlibur, mereka cenderung enggak membuka lampiran berbahaya atau mengunduh file berbahaya. Ini yang menjadi peluang penjahat siber untuk melakukan penyerangan.
Baca juga:
Inilah Cara Jitu Mengatasi Ancaman Hacker
Mendeteksi malware sejalur dengan eksploitasi. Karena keduanya dapat dipicu pada level apa pun, bahkan jika serangan enggak sepenuhnya dilakukan atau dianggap berhasil. Deteksi ini dilakukan pada tingkat jaringan, aplikasi, dan host pada berbagai perangkat.
3. Botnet

Sementara tren exploit dan malware dapat dideteksi sebelum serangan, tren botnet hanya terlihat setelah sistem sudah terinfeksi. Setelah infeksi tersebut terjadi, sistem yang terpengaruh akan berkomunikasi dengan malicious hosts jarak jauh.
Komunikasi ini kemudian akan ditandai sebagai indikasi bahwa ada sesuatu yang salah. Dengan pemikiran ini, menganalisis data lebih berguna untuk mengidentifikasi kelemahan dalam pertahanan keamanan yang ada. Untuk memberikan wawasan tentang cara menghindari serangan yang sama di masa depan. (ikh)
Bagikan
Berita Terkait
Era Baru Kejahatan Digital, CrowdStrike Sebut Serangan AI Makin Meningkat di 2025

Belajar dari Pengalaman, Pengamat Ingatkan Payment ID Rentan Dibobol Hacker

Penjelasan Operator Sisa Kuota Internet Hangus Saat Beli Paket Anyar

Akun X @H4ckmanac Klaim Bobol 700.000 Data Penerimaan CPNS, Begini Penjelasan Kemenhan

16 Miliar Data Bocor, Pengguna Apple hingga Google Diminta Ganti Password

YouTube dan Regulator Australia Berpolemik tentang Larangan Anak Di Bawah 16 Tahun Akses Media Sosial, Saling Adu Data

Terungkap! Kebocoran Data Login Terbesar dalam Sejarah: 16 Miliar Kredensial Bobol Akibat Malware Infostealer

Komisi VI DPR Bakal Panggil Telkom Group dan Telkomsel Buntut Kuota Internet Hangus

70% Lebih Sekolah dan Puskesmas di Indonesia Belum Punya Akses Internet

Tri Hadirkan Program Sedekah Kuota Ajak Berbagi Kebaikan di Bulan Ramadan
