Pilpres 2019

Menanti Kampanye yang Bebas dari Hingar-Bingar Perang Kata

Eddy FloEddy Flo - Minggu, 18 November 2018
 Menanti Kampanye yang Bebas dari Hingar-Bingar Perang Kata

Para pemimpin parpol peserta Pemilu 2019 menghadiri pengundian nomor urut di kantor KPU, Jakarta, Minggu (18/2). (Foto: Twitter KPU_ID)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

MerahPutih.Com - Kampanye Pilpres 2019 telah berjalan hampir dua bulan sejak dimulai pada 23 September 2018 lalu.

Deklarasi tim-tim relawan, safari politik, menjadi sajian rutin dari dua pasangan calon. Pasangan nomor urut 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan pasangan nomor urut 02, Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden juga menghiasi media massa setiap hari. Wajah keduanyapun berseliweran di televisi dan media sosial.

Namun sayangnya, masyarakat lebih banyak disajikan perang kata-kata yang dipertontonkan oleh kedua belah pihak.

Kata-kata yang terlontar seringkali menjadi santapan kedua belah pihak untuk dikomentari, dikecam, dan dijadikan bahan pemberitaan. Polemik diperluas, dan dibesarkan.

Selama dua bulan, hampir tidak ada wacana program, namun yang diingat publik adalah politik genderuwo, politikus sontoloyo, tempe setipis ATM, tampang Boyolali dan lain sebagainya.

Pasangan Nomor Urut 01 Jokowi-Ma'ruf Amin
Paslon Jokowi-Maruf Amin

Wakil Presiden Jusuf Kalla menyebut fenomena ini sebagai kampanye negatif. Kampanye negatif berbeda dengan kampanye hitam.

Kampanye hitam merupakan kampanye dengan menyebarkan fitnah, berita bohong. Sementara kampanye negatif mengarah pada pernyataan-pernyataan negatif terhadap lawan, utamanya mengungkapkan kesalahan-keasalahan lawan.

Kampanye negatif merupakan hal yang biasa terjadi dalam kampanye di negara-negara demokrasi liberal seperti Amerika Serikat mislanya.

Prabowo-Sandi
Pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Foto: Twitter/@sandiuno

Tujuan utamanya adalah menjatuhkan kredibilitas kompetitor di mata masyarakat. Sayangnya, kampanye ini tidak produktif dalam merawat demokrasi, alih-alih seringkali justru menimbulkan perpecahan.

Meski kadangkala, kampanye ini dibutuhkan untuk mengetahui profil dari para peserta pemilihan presiden. Misalnya membuka permasalahan hukum yang pernah membelit kandidat.

Dalam dua bulan kampanye, masyarakat Indonesia disuguhi dengan kampanye jenis ini. Kampanye negatif ini bahkan tidak jelas kegunaannya bagi masyarakat. Untuk mengetahui profil kandidatpun tidak.

Para pengamat politik menilai kondisi kampanye negatif ini menghalangi masyarakat untuk mendapatkan informasi penting terkait dengan program-program, visi, misi yang diusung kedua kandidat.

Pengamat Politik Pangi Syarwi Chaniago
Direktur Lembaga Voxpol Center Pangi Syarwi Chaniago (MP/Asropih)

Kampanye negatif yang dangkal dan tidak substantif, kata Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago.

Perang kata-kata yang disajikan dalam kompetisi Pilpres kali ini tidak produktif baik bagi kandidat yang bertarung maupun bagi masyarakat pemilih.

Menurut Pengamat politik dari Universitas Paramadina Yandi Hermawandi sebagaimana dilansir Antara, kampanye dengan instrumen semantik (word war/ debat diksi) tersebut tidak akan memberikan efek pada target elektabilitas.

Kampanye seperti ini hanya berefek pada perhatian pemilih (atensi) tapi tidak berefek pada pilihan (preferensi).

Selain itu, pernyataan para capres dan cawaprespun berpotensi menjadi hoaks karena ada kesalahan berpikir (intelektual cul-de-sac) yang disebabkan tiadanya argumentasi yang kuat. Padahal, publik saat ini sedang giat menghindari hoaks.

Dalam logika komunikasi politik ini biasa disebut 'fallacy of hasty generalization', kekeliruan berpikir karena membuat suatu generalisasi yang terburu-buru, katanya.

Sementara itu, perang kata-kata juga tidak akan bisa menggaet pemilih rasional utamanya dari kalangan milenial.

Kalangan milenial diperkirakan sekitar lebih dari 50 persen dari pemilih. Kalangan milennial merupakan pemilih pemula yang berusai 17-41 tahun, yang memiliki kedekatan dalam penggunaan ponsel dan teknologi digital.

Bagi pemilih rasional, terutama dari kalangan milenial yang dibutuhkan adalah perbedaan (diferensiasi) program dari kedua kandidat. Sebab, di sinilah masyarakat ingin mengetahui apa yang akan dilakukan oleh para kandidat bila terpilih kelak.

Semua pihak tentunya menyatakan akan mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan. Hampir tidak ada capres maupun cawapres yang menyatakan akan meningkatkan kemiskinan dan menurunkan kesejahteraan.

Yang menjadi pembeda antar calon presiden adalah bagaimana caranya mengurangi kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan tersebut. Inilah yang kini tengah ditunggu-tunggu kalangan millennial, kata Yandi.

Untuk itu, keberadaan perang kata-kata saat ini justru membuat mereka kehilangan momen mendapatkan informasi terkait program-program yang ditawarkan.

Demokrasi tanpa substansi Perang kata-kata saat ini juga meneguhkan demokrasi prosedural tanpa isi. Prosedur-prosedur demokrasi memang dilaksanakan. Namun substansi demokrasi yang menjadikan kandidat bertarung gagasan, meneguhkan nilai-nilai dihilangkan ataupun tertutupi.

Presiden Jokowi dan Prabowo Subianto
Presiden Joko Widodo bersama Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto (kanan). (Foto: Biro Pers Setpres)

Akibatnya, masyarakat yang seharusnya mendapatkan pendidikan politik dengan memilih kandidat secara rasional berdasarkan program kerja, visi dan misi, kini beralih rupa mendasarkan pilihan karena sentimen, suka dan tidak suka.

Seperti diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Voxpol Center Research and Consulting Pangi Syarwi Chaniago. Strategi politk melalui perang kata-kata hanya akan memperkuat sentimen dan perasaan suka atau tidak suka terhadap kandidat, katanya.

Sehingga pada akhirnya, pilihan ditentukan oleh sentimen dibandingkan program kerja, visi dan misi para kandidat, karena publik tidak mendapatkan informasi yang cukup untuk menentukan pilihan secara rasional.

Hal senada diungkapkan oleh Pengamat politik Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Gun Gun Heryanto. Gun Gun menilai, kondisi ini hanya meneguhkan para fans kedua kubu. Mereka yang terafiliasi ataupun pendukung beratnya.

Sementara bagi massa mengambang yang rasional, hal ini justru merugikan, karena tidak mendapatkan informasi berharga dalam menentukan pilihan dalam pemilu terkait program-program kerja.(*)

Baca berita menarik lainnya dalam artikel: PDI Perjuangan Diunggulkan dalam Sejumlah Survei, Hasto: Jangan Terlena

#Pilpres 2019 #Presiden Jokowi #Prabowo Subianto #Serba-Serbi Kampanye
Bagikan
Ditulis Oleh

Eddy Flo

Simple, logic, traveler wanna be, LFC and proud to be Indonesian

Berita Terkait

Indonesia
Prabowo Janji Kawal Pemulihan Aceh Tamiang, Anak-Anak Harus Cepat Kembali Sekolah
Prabowo berkomitmen penuh untuk mengawal proses pemulihan di wilayah tersebut
Angga Yudha Pratama - Jumat, 12 Desember 2025
Prabowo Janji Kawal Pemulihan Aceh Tamiang, Anak-Anak Harus Cepat Kembali Sekolah
Indonesia
Penanganan Masih Kurang, Prabowo Minta Maaf kepada Korban Banjir Sumatra
Presiden RI, Prabowo Subianto, meminta maaf kepada korban banjir Sumatra. Sebab, penanganan bencana terbilang masih kurang.
Soffi Amira - Jumat, 12 Desember 2025
Penanganan Masih Kurang, Prabowo Minta Maaf kepada Korban Banjir Sumatra
Indonesia
Prabowo Angkat Suara soal Bencana Sumatra: Jangan Tebang Pohon Sembarangan dan Jaga Alam Sebaik-baiknya
Presiden RI, Prabowo Subianto, angkat bicara soal bencana Sumatra. Ia meminta jangan menebang pohon sembarangan dan menjaga alam sebaik-baiknya.
Soffi Amira - Jumat, 12 Desember 2025
Prabowo Angkat Suara soal Bencana Sumatra: Jangan Tebang Pohon Sembarangan dan Jaga Alam Sebaik-baiknya
Indonesia
Pulang dari Rusia, Prabowo Langsung Terbang ke Medan Cek Bencana di Sumatera
Kunjungan ini merupakan yang kedua kalinya bagi Presiden Prabowo ke Provinsi Sumatera Utara
Angga Yudha Pratama - Jumat, 12 Desember 2025
Pulang dari Rusia, Prabowo Langsung Terbang ke Medan Cek Bencana di Sumatera
Indonesia
Diundang Prabowo ke Indonesia, Presiden Putin: Terima Kasih Saya Akan datang
Presiden Rusia Vladimir Putin menyanggupi undangan Presiden Prabowo Subianto untuk berkunjung ke Indonesia.
Wisnu Cipto - Rabu, 10 Desember 2025
Diundang Prabowo ke Indonesia, Presiden Putin: Terima Kasih Saya Akan datang
Olahraga
Bonus Atlet SEA Games 2025 Dipastikan Utuh, Ketum IWbA: Rp 1 Miliar dari Presiden Prabowo Sudah Disiapkan
Ketum IWbA, Aang Sunadji memastikan, bonus atlet SEA Games 2025 dari Presiden RI, Prabowo Subianto, dipastikan turun.
Soffi Amira - Rabu, 10 Desember 2025
Bonus Atlet SEA Games 2025 Dipastikan Utuh, Ketum IWbA: Rp 1 Miliar dari Presiden Prabowo Sudah Disiapkan
Indonesia
Pergi Umrah saat Wilayahnya Dilanda Bencana, Mirwan MS Minta Maaf dan Janji Bertanggung Jawab
Bupati Aceh Selatan, Mirwan MS, meminta maaf karena pergi umrah saat wilayahnya dilanda banjir.
Soffi Amira - Selasa, 09 Desember 2025
Pergi Umrah saat Wilayahnya Dilanda Bencana, Mirwan MS Minta Maaf dan Janji Bertanggung Jawab
Indonesia
Prabowo hingga Pejabat Diminta Berkantor Sementara di Sumatra, Komisi XI DPR: Kehadiran Presiden Jadi Faktor Kunci
Presiden RI, Prabowo Subianto, hingga para pimpinan lainnya diminta berkantor sementara di Sumatra. Hal itu agar kebijakan yang diambil benar-benar tepat.
Soffi Amira - Senin, 08 Desember 2025
Prabowo hingga Pejabat Diminta Berkantor Sementara di Sumatra, Komisi XI DPR: Kehadiran Presiden Jadi Faktor Kunci
Indonesia
Pemulihan Infrastruktur Aceh, Prabowo Cek Langsung Pemasangan Jembatan Bailey
Bireuen adalah salah satu daerah yang parah terdampak banjir bandang
Angga Yudha Pratama - Minggu, 07 Desember 2025
Pemulihan Infrastruktur Aceh, Prabowo Cek Langsung Pemasangan Jembatan Bailey
Indonesia
Prabowo Gelar Rapat Terbatas di Aceh, Bongkar Taktik Penanganan Banjir Terkini
Di Bireuen, fokus utama Presiden adalah meninjau jembatan bailey
Angga Yudha Pratama - Minggu, 07 Desember 2025
Prabowo Gelar Rapat Terbatas di Aceh, Bongkar Taktik Penanganan Banjir Terkini
Bagikan