Melukai Diri Sendiri Tanda Seseorang Butuh Bantuan


Depresi juga berisiko menimbulkan keinginan untuk mengakhiri hidup pada penderita. (Foto: Unsplash/Kristina Tripkovic)
PERNAHKAH kamu menemui seseorang yang kerap melukai dirinya sendiri? Ternyata menurut dokter spesialis psikiatri, tindakan tersebut merupakan tanda darurat seseorang yang depresi meminta bantuan dan membutuhkan pertolongan lebih lanjut.
"Self harm itu adalah suatu crying for help," kata dr. Lahargo Kembaren, Sp.KJ yang merupakan anggota pengurus pusat Perhimpunan Dokter Spesialis Kedokteran Jiwa Indonesia (PDSKJI), dilansir ANTARA, Sabtu (10/9).
"Ketika orang berusaha melukai dirinya atau sampai dia melakukan tindakan bunuh diri. Mereka sebenarnya sedang menangis minta tolong, di mana bantuan, di mana pertolongan, di mana pendampingan yang seharusnya bisa mereka dapatkan dalam hidup mereka," imbuhnya.
Lebih lanjut, Lahargo menjelaskan depresi yang berat bisa memicu seseorang untuk memiliki pikiran dan perilaku melukai dirinya sendiri (self harm). Bahkan keinginan untuk mengakhiri hidup atau pikiran tentang kematian (suicide).
Baca juga:
Jauh Persamaan Antara Stres, Depresi, dan Gangguan Kecemasan

Depresi, self harm, dan suicide saling berkaitan dan membentuk siklus yang seolah-olah tanpa ujung apabila seseorang tidak segera mendapatkan pertolongan dari profesional.
Menurut Lahargo, siklus bermula saat seseorang mengalami penderitaan emosional seperti stres hingga depresi. Jika seseorang tidak memiliki cara untuk mengatasi hal tersebut. Maka beban mental emosional semakin bertumpuk hingga menyebabkan suatu kepanikan.
"Dan kalau seseorang sudah mengalami kepanikan secara psikologis, dia harus mencari exit plan. Dia harus dengan cepat mengatasi kepanikan itu. Salah satu yang mungkin dia lakukan adalah self harm. Dia seolah-olah tidak punya opsi yang lain," terangnya.
Ketika seseorang mencoba untuk melukai dirinya sendiri, lanjut Lahargo, maka akan timbul temporary relief atau perasaan ketenangan dan kenyamanan sesaat. Tetapi sesungguhnya tidak menjawab masalah yang sebenarnya sedang dihadapi.
Baca juga:

"Ada zat kimia atau neurotransmitter yang kita sebut dopamin, di otak itu dia keluar. Dan itu menimbulkan ketenangan yang sesaat atau kita sebut temporary relief," ujarnya.
Siklus selanjutnya adalah muncul perasaan malu, bersalah, berdosa, bahkan kecewa. Hal ini, kata Lahargo, akan memperberat emotional suffering atau beban pikiran yang dirasakan.
"Siklus ini akan terus berputar apabila tidak ada pertolongan yang mereka kemudian dapatkan," ujarnya.
Parahnya, depresi juga berisiko menimbulkan keinginan untuk mengakhiri hidup pada penderita. Laharga mengatakan keinginan bunuh diri terjadi karena tidak ada bantuan yang selama ini mereka harapkan.
"Seseorang yang ingin bunuh diri hanya ingin mengakhiri konflik yang mereka alami itu dengan cepat, sehingga kita perlu memberikan bantuan ini," katanya.
Sejumlah terapi yang dapat diberikan di antaranya termasuk mengatur pola hidup sehat, manajemen stres yang baik, serta dukungan dari keluarga, teman, dan komunitas.
Apabila diperlukan, terapi dapat pula berupa psikofarmaka. Seperti obat anti-depresan, psikoterapi, terapi stimulasi, penggunaan alat electro convulsive theraphy (ECT) dan transcranial magnetic stimulation (TMS), rehabilitasi psikososial, serta treatment-resistant depression. (and)
Baca juga:
Bagikan
Andreas Pranatalta
Berita Terkait
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
