Makin Banyak Korban Corona, Fadli Zon Kritik Pemerintah Gagal Tanggap


Politisi Gerindra Fadli Zon (Foto: MP/Rizki Fitrianto)
MerahPutih.com - Waketum Gerindra Fadli Zon menyesalkan langkah pemerintah Indonesia yang terkesan kurang tanggap dalam mengantisipasi penyebaran virus corona. Jika tak dilakukan lockdown, Indonesia bakal seperti Italia dimana korban tewas bisa mencapai ribuan orang.
“Apalagi, dari 579 kasus tadi, sedikitnya 304 di antaranya berada di Jakarta. Ini adalah titik kritis untuk segera memulai sebuah kebijakan drastis,” kata Fadli dalam keterangannya, Senin (23/3).
Baca Juga:
Cegah Sebaran Corona, KAI DAOP 6 Terapkan Boarding Tiket Mandiri
Beberapa negara dan kota di dunia telah mengeluarkan kebijakan lockdown guna mengurangi dampak penyebaran penularan COVID-19.
Lockdown adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan situasi penguncian suatu wilayah dari akses masuk dan keluar orang dari dan ke wilayah itu.
Menurut Fadli Zon, membandingkan Indonesia dengan kasus Singapura, Hong Kong dan Shanghai kira tidaklah sepadan dalam menilai kebijakan lockdown.
Singapura misalnya, memang tak perlu melakukan lockdown karena mereka bisa mengontrol sepenuhnya semua pintu masuk ke negaranya yang jumlahnya memang tak banyak.
“Terbukti, meski termasuk negara ASEAN pertama yang terpapar corona, sejauh ini jumlah korban meninggal di negara kota tersebut hanya dua orang. Itu pun salah satunya pasien dari Indonesia,” ungkapnya.

Mantan Wakil Ketua DPR itu juga memahami, dalam wacana lockdown kota Jakarta dihadapkan pada dilema, karena Jakarta bukan hanya urat nadi bagi perekonomian dan politik nasional, tapi kini telah menjadi episentrum wabah corona.
“Di satu sisi, kebijakan lockdown dikhawatirkan akan memukul rakyat kecil yang menyandarkan pendapatannya pada kerja-kerja harian. Namun di sisi lain, jika tak dibuat kebijakan tegas seperti lockdown, dikhawatirkan kita tak akan bisa membatasi penyebaran virus ini ke depannya,” kata anggota Komisi I DPR ini.
Pemerintah juga seharusnya tak menunggu sampai jatuh korban dalam jumlah yang ekstrem baru kemudian melakukan lockdown. Ekses ekonomi, bagaimanapun jauh lebih kasat mata, sehingga lebih mudah dikontrol, daripada ekses penyebaran virus.
“Kita yakin pandemi ini akan berakhir, dan insyaallah akan berakhir. Tapi berapa lama, serta berapa besar korbannya, sangat tergantung kepada keputusan Bapak Jokowi hari ini, sebagai Presiden Republik Indonesia,” jelas dia.
Baca Juga:
Di Tengah Pandemi COVID-19, KPK Tetap Buru Nurhadi dan Harun Masiku
Dia juga menyatakan, Indonesia dipastikan akan mengalami krisis virus corona dan krisis ekonomi selama tiga hingga enam bulan mendatang, dengan atau tanpa kebijakan lockdown.
"Satu hal yang ke depan akan sulit disangkal dalam tiga hingga enam bulan ke depan, kedua krisis yang tengah kita alami saat ini, yaitu krisis COVID-19 dan krisis ekonomi, pada akhirnya akan sampai di titik yang sama, dari mana pun dimulainya," tutur Fadli.
Sebelumnya, Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo menegaskan pemerintah tidak akan melakukan lockdown di wilayah Indonesia untuk menghindari penyebaran virus corona SARS-COV-2 penyebab penyakit COVID-19.
Juru Bicara Presiden Fadjroel Rachman juga menyatakan pemerintah belum mau menerapkan lockdown lantaran publik tak membutuhkan kebijakan yang menimbulkan efek kejut semata. Menurutnya, saat ini tak boleh ada kebijakan yang coba-coba dan tak terukur. (Knu)
Baca Juga:
DPR Dinilai Egois dan Tak Peka karena Ingin Tes Corona dengan Instan
Bagikan
Berita Terkait
Indonesia Tetapkan Hari Komedi Nasional Dirayakan Tiap 27 September

Kerusakan Museum dan Cagar Budaya di Tiga Kota Jadi Kerugian Besar Bagi Bangsa, Fadli Zon Minta Pelaku Kembalikan Koleksi yang Dijarah

Viral! Surat-Surat R.A. Kartini Masuk Daftar Memory of the World, Bukti Perempuan Indonesia Punya Kontribusi Penting untuk Peradaban Dunia

Rayakan HUT Ke-80 RI, Kembud Cetak Prangko Edisi Pendiri Bangsa secara Terbatas

Simfoni Delapan Dekade GBN 2025: Prince Poetiray dan Pembantu Prabowo Sukses Bikin Banjir Air Mata

Fadli Zon Ingatkan Pentingnya Musyawarah dan Keseimbangan Menyikapi Fenomena Sound Horeg

Uji Publik Penulisan Buku Sejarah Dilakukan 20 Juli 2025, Bentuknya Diskusi dan Seminar

2 Legislator PDIP Menangis Dengar Penjelasan Fadli Zon tentang Korban Perkosaan 1998

Rapat Komisi X DPR Ricuh, Koalisi Sipil Tolak Pemutihan Sejarah dan Gelar Pahlawan untuk Soeharto

Fadli Zon Sebut Jambore Nasional Keris Solo Bagian Pelestarian Budaya, Janjikan Gelontorkan Dana untuk Ajang Serupa
