Kurikulum Cinta di Madrasah tak Boleh hanya Sloganistik
Ilustrasi (DPRD DKI Jakarta)
MERAHPUTIH.COM - ANGGOTA Komisi X DPR RI Andi Muawiyah Ramly (Amure) menyampaikan pandangannya terkait dengan penerapan Kurikulum Cinta di seluruh madrasah. Ia mengingatkan urgensi dan landasan konseptual dari kurikulum tersebut serta menekankan pentingnya implementasi yang tidak hanya bersifat sloganistik.
"Jangan sampai kurikulum cinta hanya menjadi jargon tanpa substansi yang jelas. Hal yang dibutuhkan saat ini bukan sekadar nama yang menarik, melainkan penguatan sistem pendidikan yang berakar pada nilai-nilai luhur bangsa dan agama," tegas Amure di Jakarta, Rabu (9/9).
Menurutnya, kurikulum apa pun harus mampu menjawab tantangan zaman dan memberikan dampak nyata dalam pembentukan karakter generasi muda. "Kurikulum cinta tentu baik secara semangat, tapi harus dijelaskan secara konkret, nilai apa yang diajarkan, kompetensi apa yang dibangun, dan bagaimana indikator keberhasilannya. Jangan sampai nilai-nilai luhur seperti toleransi, kasih sayang, dan empati hanya menjadi materi tempelan," ujarnya.
Amure menambahkan, dalam konteks madrasah yang berbasis keagamaan, nilai cinta seharusnya sudah menjadi bagian inheren dari proses pendidikan. Maka dari itu, inovasi kurikulum harus menyasar pada penguatan metode pembelajaran, pelatihan guru, serta lingkungan pendidikan yang mendukung pembentukan karakter.
Baca juga:
Tengah Disusun Kemenag, Kurikulum Cinta Tanamkan Cinta Kasih dan Toleransi Sejak Dini
Amure lantas mengusulkan agar pemerintah melakukan evaluasi mendalam terhadap kurikulum yang ada saat ini,sebelum menambah nomenklatur baru yang belum tentu efektif, serta peningkatan kapasitas guru dan tenaga pendidik menjadi prioritas utama. Hal itu dilakukan agar mereka mampu menginternalisasikan nilai-nilai cinta dalam pembelajaran, bukan hanya mengajarkannya secara teoritis.
"Saya kira justru yang perlu dilakukan juga ialah penguatan ekosistem pendidikan yang berkarakter, misalnya melalui kegiatan intra dan ekstrakurikuler yang menumbuhkan empati, kepedulian sosial, dan nilai-nilai kemanusiaan," urainya.
"Kita semua ingin anak-anak kita tumbuh dengan cinta, cinta pada sesama, cinta pada bangsa, dan cinta pada Tuhan. Tapi untuk mencapai itu, kita perlu kerja sistemis, bukan sekadar mengganti nama kurikulum," tutup Amure.(Pon)
Baca juga:
Kemenag Sebut Madrasah Rumah untuk Semua, Ruang Menumbuhkan Cinta kepada Ilmu dan Sesama
Bagikan
Ponco Sulaksono
Berita Terkait
Polri Gelar SPMB SMA Kemala Taruna Bhayangkara, Mendiktisaintek: Ciptakan Generasi Cerdas hingga Berdaya Saing Global
Dana Transfer Daerah Dipangkas, Pemprov DKI Hanya Bisa Uji Coba 100 Sekolah Swasta Gratis Tahun Depan
Pemprov DKI Klaim Jakarta telah Punya 75 Sekolah Lansia
Hari Santri Momentum Menyalakan Jihad Ilmu dan Pengabdian Sosial
Gubernur DKI Jakarta Pramono Bikin KJP Try Out, Bantu Pelajar Percaya Diri Masuk Perguruan Tinggi
Presiden Tegaskan Pendidikan Anak sebagai Investasi Utama, Siapkan SMA Garuda dan Sekolah Terintegrasi
Satu Tahun Pemerintahan Prabowo, Komisi X DPR Sebut Pendidikan Indonesia semakin Maju
Ini Alasan Gubernur Pramono Mau Pindahkan Kampus IKJ dari TIM ke Kota Tua
Tragedi Al-Khoziny, Legislator PKB Dukung Penataan Infrastruktur Pesantren
Sekolah Garuda Hadir, Anak Tukang Tambal Ban Yakin Bisa Kuliah di Cambridge