Korps Marinir Lahir dari Rahim Revolusi Indonesia


Merahputih.com / Rizki Fitrianto
MERAHPUTIH.COM - KORPS Marinir merupakan salah satu pasukan komando utama milik TNI Angkatan Laut. Pada 15 November 1945, tercantum sebuah nama Corps Mariniers di Pangkalan IV ALRI Tegal. Tanggal itu lalu dijadïkan hari ulang tahun korps Marinir.
Surat Keputusan Menteri Pertahanan No A/565/1948 pada 9 Oktober 1948 menetapkan adanya Korps Marinir dalam jajaran TNI-AL. Berdasar Surat Keputusan kepala Staf Angkatan Laut pada 15 November 1975, namanya berubah lagi dari Korps Komando (KKO) menjadi Korps Marinir.
Selama masa Revolusi Indonesia, pada 1945, Korps Marinir berdiri sebagai jawaban terhadap kebutuhan akan kekuatan amfibi dan pertahanan pantai. Dalam kemerdekaan yang baru diproklamasikan, 'Korps Baret Ungu' memiliki peran vital dalam merebut kembali wilayah yang dikuasai penjajah Belanda.
“Setelah Konferensi Meja Bundar (KMB) berbagai unsur ALRI yang tersebar di Jawa dan Sumatra, seperti Tegal, Pekalongan, Jakarta, Sibolga, dan Sabang, diperintahkan mengikuti seleksi di Pangkalan Utama Surabaya,” papar Petrik Matanasi dalam Pasukan Komando: Pasukan Hantu Pengukir Sejarah Indonesia, dikutip Selasa (5/11).
Dari seleksi, 1. 200 orang terpilih untuk disiapkan sebagai cikal bakal pasukan Amfibi ALRI. Sekitar 93 persen dari peserta yang lulus berasal dari Corps Mariner Corps Armada IV Tegal, pimpinan Mayor Suhadi.
Baca juga:
Mayjen Endi Supardi, Sosok Jenderal Ahli Tempur yang Pimpin Korps Marinir
Pada November 1951, diadakan pertemuan antarperwira KKO di Wonokitri, Surabaya, untuk membahas pembinaan dan hari depan KKO. Keputusan dari pertemuan itu yakni meningkatkan KKO sebagai pasukan pendarat Amfibi yang tangguh dan profesional. Prajurit KKO diharapkan memiliki kemahiran, keterampilan, dan pengetahuan sebagai pasukan tempur pendarat amfibi.
Seperti disebut dalam Ensiklopedi Nasional Indonesia Jilid IX, sebuah latihan dan pendidikan pasukan marinir dengan bantuan misi militer Belanda dari Mariners Corps Angkatan Laut Belanda akhirnya dimulai. Cikal bakal pasukan marinir itu dilatih menguasai peralatan dan teknik gelar operasi amfibi mutakhir.
Selain pelatihan di dalam negeri, beberapa perwira KKO dikirim ke luar negeri untuk berlatih. Mereka ditempatkan belajar di korps Marinir Amerika Serikat dan Belanda. Alasan memilih Amerika Serikat ialah pertimbangan banyak anggota marinir Belanda semasa Perang Dunia II yang dilatih di sana sebelum bertugas di Indonesia selama revolusi kemerdekaan RI.
Bila Kopassus pernah memiliki Roden Barendrecht Visser alias Mochamad Idjon Janbi, bekas Tentara Kerajaan Hindia Belanda (KNIL), Marinir Indonesia pernah memiliki Letnan HMW Hunholz, seorang perwira muda Belanda yang bersimpati kepada Indonesia yang baru merdeka. Seperti halnya Visser, yang ikut membangun Kopassus ketika baru berdiri, Hunholz memberikan sumbangannya bagi perkembangan pasukan komando di Angkatan Laut ini.
Karena simpatinya, Hunholz lalu bergabung dengan ALRI dan sempat meraih pangkat kolonel. la memimpin operasi Indra pada 1953, sebuah operasi Amfibi di pantai utara Jawa Barat untuk menumpas pemberontakan DI/TII di sana. Selain itu, Hunholz juga terlibat penumpasan terhadap PRRI/ Permesta.
Gelar tempur terbesar yang dilakukan KKO ialah Operasi Dwikora pada 1964-1965 yang melibatkan dua brigade pasukan KKO. Keterlibatan KKO dalam Dwikora yang paling dikenal yakni peristiwa peledakan McDonald House di Singapura.
Setelah gedung diledakkan, peristiwa nahas menimpa anggota KKO yang meledakannya. Sukarelawan Dwikora bernama Harun Thohir dan Usman Janatin tertangkap ketika akan melarikan diri di perairan selat Malaka. Mereka lalu dipenjara dan digantung beberapa tahun kemudian di Penjara Changi oleh otoritas Singapura.(Pon)
Baca juga:
Prabowo Ungkap Korps Marinir Miliki Sejarah Gemilang untuk RI
Bagikan
Ponco Sulaksono
Berita Terkait
Angkatan Laut Matangkan Penembakan Meriam, Manuver Terbang dan Operasi Pembebasan Sandera Buat HUT TNI

TNI AL Siapkan Manuver 50 Kapal Perang dan Kapal Selam di Teluk Jakarta, Kapal Teranyar Bakal Dipamerkan

Jelang HUT TNI, 100 Ribu Tentara dari 3 Matra Siap Guncang Monas

TNI Diminta Jalin Komunikasi dengan Ferry Irwandi, Yusril: Pidana Adalah Jalan Terakhir

Beda Saat Tahun 1998, Pam Swakarsa Versi Terkini Dinilai Tidak Akan Mengandung Unsur Politis yang Merugikan Publik

DPR RI Minta Keseriusan Pemerintah dalam Pembinaan Prajurit, TB Hasanuddin Ingatkan Kualitas Prajurit TNI Menentukan Kekuatan Pertahanan

TNI AL Kerahkan Kapal Perang ke Teluk Thailand, Latih Pertempuran Jarak Dekat

Komentari Eks Marinir Jadi Tentara Bayaran, Dubes Rusia Sebut Pihaknya tak Lakukan Rekrutmen

Tolak Pengelolaan Bersama Blok Ambalat, Legislator: Kedaulatan Harga Mati

Enam Kodam Baru TNI AD Siap Beroperasi dengan Kekuatan Penuh, Markasnya Hampir Rampung Akhir 2025
