Komisi IX DPR Dorong Pemerataan Layanan Kesehatan Papua Barat: Tidak Ada RS Tipe A dan B dan Dokter Spesialis Masih Langka
(Ilustrasi) Indonesia Masih Kekurangan 10 Ribu Dokter Gigi untuk Pemerataan Layanan Kesehatan
MerahPutih.com - Komisi IX DPR RI yang membidangi kesehatan, ketenagakerjaan, dan perlindungan sosial, melakukan kunjungan kerja reses ke Provinsi Papua Barat, dipimpin langsung oleh Wakil Ketua Komisi IX, Nihayatul Wafiroh.
Dalam kunjungan ke RSUD Manokwari dan dialog bersama Pemerintah Provinsi Papua Barat, Komisi IX menyoroti ironi dalam sistem kesehatan daerah ini.
Meskipun Papua Barat telah meraih capaian Universal Health Coverage (UHC) sebesar 98 persen dan menerima penghargaan dari Presiden RI, provinsi ini belum memiliki satu pun RSUD Tipe A maupun B, dan dokter spesialis hanya tersedia 4 orang untuk seluruh wilayah.
Baca juga:
"Capaian UHC ini luar biasa, tapi kita tidak boleh berhenti di angka. Kita harus memastikan bahwa rakyat Papua Barat tidak hanya tercakup, tapi juga benar-benar terlayani dengan kualitas dan fasilitas yang layak," kata Nihayatul dalam keterangannya, Rabu (28/5).
Ia mengatakan Komisi IX juga memberikan perhatian pada penurunan angka stunting sebesar 5,8 persen—dari 24,8 persen menjadi 18,9 persen yang dinilai sebagai hasil nyata kerja sama lintas sektor.
Namun demikian, kata Nihayatul, persoalan ketimpangan tenaga kesehatan, keterbatasan layanan rawat inap, serta akses spesialistik yang minim dinilai perlu segera ditindaklanjuti melalui intervensi APBN dan penguatan peran rumah sakit vertikal.
Baca juga:
Indonesia Masih Kekurangan 10 Ribu Dokter Gigi untuk Pemerataan Layanan Kesehatan
Di sektor ketenagakerjaan, meski tingkat pengangguran terbuka (TPT) Papua Barat lebih rendah dari nasional (4,13 persen), Komisi IX menyoroti tantangan mismatch keterampilan tenaga kerja lokal, serta masih tingginya proporsi Tenaga Kerja Asing (TKA) di sektor strategis.
Sementara itu, dalam isu pekerja migran, Komisi IX menekankan pentingnya penguatan pelatihan dan jaminan sosial bagi calon PMI, serta penanganan serius terhadap potensi Tindak Pidana Perdagangan Orang (TPPO) di wilayah perbatasan.
Kunjungan ini merupakan bagian dari pengawasan terhadap pelaksanaan program pemerintah, serta menyerap aspirasi masyarakat daerah tertinggal, terdepan, dan terluar (3T), guna memastikan pemerataan pelayanan publik dan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. (Pon)
Bagikan
Ponco Sulaksono
Berita Terkait
Pengawasan Dinilai Longgar, DPR Kritik BGN soal Insiden Mobil MBG Tabrak Belasan Siswa
RSUD Aceh Tamiang Mulai Aktif lagi, UGD dan Layanan Hemodialisa Siap Beroperasi
Kondisi Pengungsi Memburuk, DPR Minta Kemenkes Kirim Tenaga Kesehatan Tambahan ke Sumatra
Presiden Prabowo Resmikan RS KEI Solo, Tegaskan Reformasi Besar Layanan Kesehatan Nasional
Prodia Hadirkan PCMC sebagai Layanan Multiomics Berbasis Mass Spectrometry
Komisi IX DPR Dukung Perluasan Program MBG untuk Lansia dan Disabilitas, Ingatkan Pemerintah Benahi Tata Kelola
Berangkat dari Keluhan Warga, Kopdes Merah Putih Metuk Boyolali Buka Klinik Fisioterapi
Pemerintah Mau Hapus Tunggakan Iuran BPJS Kesehatan, DPR: Jangan Sampai Picu Konflik
DPR Ingatkan Kemenhan: Distribusi Multivitamin ke SPPG Harus Sesuai Regulasi Kesehatan
Prabowo Minta Kepala BGN Pastikan Kebersihan Dapur MBG, Komisi IX DPR: Evaluasi Menyeluruh