Secuplik Riwayat

Kisah Johannes Leimena, Menteri Asal Ambon yang Tak Punya Jas dan Dasi

Noer ArdiansjahNoer Ardiansjah - Selasa, 06 Maret 2018
Kisah Johannes Leimena, Menteri Asal Ambon yang Tak Punya Jas dan Dasi

Johannes Leimena. (Istimewa)

Ukuran:
14
Font:
Audio:

SELAIN memiliki pengaruh terhadap kebijakan, sudah bukan rahasia umum jika pejabat pemerintah juga memiliki kehidupan yang berkecukupan. Namun, tidak bagi Johannes Leimena. Meski seorang menteri, ia tetap hidup memprihatinkan.

Lelaki asal Ambon itu tidak memiliki pakaian yang pantas layaknya pejabat. Kemejanya hanya dua helai. Jika satu dipakai, maka satunya lagi dicuci. Leimena juga tak punya jas dan dasi.

Bahkan dalam suatu perundingan, Leimena terpaksa meminjam jas dan dasi dari teman satu kamar. Beruntung ukuran kedua pria itu tak jauh berbeda. Meski tak nyaman, Leimena tetap memakainya.

Johannes Leimena merupakan salah satu pahlawan nasional yang lahir di Ambon, Maluku, 6 Maret 1905, dan wafat pada 29 Maret 1977 di Jakarta. Ia merupakan Menteri Kesehatan pertama, 12 Maret 1946 sampai 2 Oktober 1946, dalam Kabinet Sjahrir II.

Ia merupakan tokoh politik yang paling sering menjabat sebagai menteri kabinet Indonesia, dan satu-satunya menteri Indonesia yang menjabat selama 21 tahun berturut-turut tanpa terputus.

Kiprah Johannes Leimena di Bidang Kedokteran

Pada tahun 1914, Leimena hijrah ke Batavia (Jakarta) untuk melanjutkan pendidikan di Europeesch Lagere School (ELS, setara SD). Namun, hal itu tidak berlangsung lama. Setelah beberapa bulan sekolah, Leimena pindah ke Paul Krugerschool (kini PSKD Kwitang).

Setelah selesai di sana, ia melanjutkan ke Meer Uitgebreid Lager Onderwijs (MULO, setara SMP) Kristen, dan melanjutkan pendidikan kedokteran di School Tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA, cikal bakal Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia).

Keprihatinan Leimena atas kurangnya kepedulian sosial umat Kristen terhadap nasib bangsa, merupakan hal utama yang mendorong niatnya untuk aktif pada 'Gerakan Oikumene'. Pada tahun 1926, Leimena ditugaskan untuk mempersiapkan Konferensi Pemuda Kristen di Bandung.

Konferensi ini adalah perwujudan pertama Organisasi Oikumene di kalangan pemuda Kristen. Setelah lulus studi kedokteran STOVIA, Leimena terus mengikuti perkembangan CSV yang didirikannya saat ia duduk pada tahun ke-4 di bangku kuliah. CSV merupakan cikal bakal berdirinya Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI) tahun 1950.

Dengan keaktifannya di Jong Ambon, ia pun turut mempersiapkan Kongres Pemuda Indonesia 28 Oktober 1928, yang menghasilkan Sumpah Pemuda. Perhatian Leimena pada pergerakan nasional kebangsaan semakin berkembang sejak saat itu.

Setelah menempuh pendidikan kedokterannya di STOVIA (1930), ia melanjutkan pendidikan di Geneeskunde Hogeschool (GHS - Sekolah Tinggi Kedokteran) di Jakarta yang diselesaikannya pada tahun 1939. Ia juga dikenal sebagai salah satu pendiri Gerakan Mahasiswa Kristen Indonesia (GMKI)

Leimena mulai bekerja sebagai dokter sejak tahun 1930. Pertama kali diangkat sebagai dokter pemerintah di CBZ Batavia (kini RS Cipto Mangunkusumo).

Tak lama kemudian, ia dipindahtugaskan di Karesidenan Kedu saat Gunung Merapi meletus. Setelah itu, dipindahkan ke Rumah Sakit Zending Immanuel Bandung. Di rumah sakit tersebut ia bertugas dari tahun 1931 sampai 1941.

Pada tahun 1945, Partai Kristen Indonesia (Parkindo) terbentuk dan pada tahun 1950, ia terpilih sebagai ketua umum dan memegang jabatan ini hingga tahun 1957.

Selain di Parkindo, Leimena ikut berperan dalam pembentukan Dewan Gereja Indonesia (DGI, kini PGI), juga pada tahun 1950, sebagai wakil ketua yang membidangi komisi gereja dan negara.

Ketika Orde Baru berkuasa, Leimena mengundurkan diri dari tugasnya sebagai menteri. Namun, ia masih dipercaya Presiden Soeharto sebagai anggota Dewan Pertimbangan Agung (DPA) hingga tahun 1973.

Usai aktif di DPA, ia kembali melibatkan diri di lembaga-lembaga Kristen yang pernah ikut dibesarkannya seperti Parkindo, DGI, UKI, STT, dan lain-lain.

Ketika Parkindo berfusi dalam Partai Demokrasi Indonesia (PDI, kini PDI Perjuangan), Leimena diangkat menjadi anggota Dewan Pertimbangan Pusat (Deperpu) PDI, dan pernah pula menjabat Direktur Rumah Sakit DGI Cikini. (*)

#Secuplik Riwayat #Johannes Leimena #Pahlawan Nasional
Bagikan
Ditulis Oleh

Noer Ardiansjah

Tukang sulap.

Berita Terkait

Indonesia
Rumah Kecil Pahlawan Nasional Slamet Riyadi Memprihatinkan, DPRD Solo Ajukan Dana Revitalisasi APBD
Rumah kecil Slamet Riyadi terakhir direhab tahun 1937.
Frengky Aruan - Senin, 18 Agustus 2025
Rumah Kecil Pahlawan Nasional Slamet Riyadi Memprihatinkan, DPRD Solo Ajukan Dana Revitalisasi APBD
Indonesia
Pejuang dan Tokoh Pendiri DI/TII Daud Beureueh Diusulkan Dapat Gelar Pahlawan Nasional, Ini Kiprahnya
Natsir dan Sjafruddin Prawiranegara pada era Orde Lama dan Orde Baru juga pernah dianggap pemberontak PRRI.
Alwan Ridha Ramdani - Jumat, 11 Juli 2025
Pejuang dan Tokoh Pendiri DI/TII Daud Beureueh Diusulkan Dapat Gelar Pahlawan Nasional, Ini Kiprahnya
Tradisi
Mengapa Indonesia Punya Banyak Pahlawan Nasional? Sejarah Pemberian Gelar Pahlawan dan Kontroversi Panasnya
Gelar Pahlawan Nasional bukan cuma soal jasa, tapi juga politik dan kontroversi. Dari proses penetapan hingga perdebatan soal Soeharto—simak sejarah panjang dan panasnya di sini!
Hendaru Tri Hanggoro - Rabu, 11 Juni 2025
Mengapa Indonesia Punya Banyak Pahlawan Nasional? Sejarah Pemberian Gelar Pahlawan dan Kontroversi Panasnya
Indonesia
Wamensos Sebut Keputusan Gelar Pahlawan Soeharto Ada di Istana
Sosok aktivis 98 ini menyampaikan bahwa batas waktu pengusulan dari daerah akan berakhir pada akhir Mei
Angga Yudha Pratama - Sabtu, 24 Mei 2025
Wamensos Sebut Keputusan Gelar Pahlawan Soeharto Ada di Istana
Berita
Hari Buruh 2025: Marsinah Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Intip Profilnya
Nama Marsinah kembali menggema di tengah perayaan Hari Buruh 2025 yang digelar megah di kawasan Monas, Kamis (1/5/2025).
ImanK - Kamis, 01 Mei 2025
Hari Buruh 2025: Marsinah Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Intip Profilnya
Indonesia
Pesan Usman Hamid di Perayaan 70 Tahun Konferensi Asia-Afrika, Ingatkan Soal Soekarno dan Soeharto
Selain mengutip Soekarno, Usman juga menyuarakan pentingnya perlindungan hutan tersisa di dunia, yaitu hutan di Papua, Amazon, dan Kongo Afrika.
Alwan Ridha Ramdani - Minggu, 27 April 2025
Pesan Usman Hamid di Perayaan 70 Tahun Konferensi Asia-Afrika, Ingatkan Soal Soekarno dan Soeharto
Indonesia
Wacana Gelar Pahlawan Nasional untuk Soeharto, Setara Institute: Tak Memenuhi Syarat!
Wacana soal usulan Soeharto jadi pahlawan nasional, mendapat penolakan dari Setara Institute. Sebab, hal itu dianggap belum memenuhi syarat.
Soffi Amira - Kamis, 24 April 2025
Wacana Gelar Pahlawan Nasional untuk Soeharto, Setara Institute: Tak Memenuhi Syarat!
Indonesia
Polemik Usulan Soeharto Jadi Pahlawan Nasional, Setara Institute Khawatir soal Kebangkitan Orba
Polemik usulan Soeharto jadi pahlawan nasional, kini menuai perhatian. Setara Institute pun mulai khawatir jika akan terjadi kebangkitan Orde Baru.
Soffi Amira - Kamis, 24 April 2025
Polemik Usulan Soeharto Jadi  Pahlawan Nasional, Setara Institute Khawatir soal Kebangkitan Orba
Indonesia
Rencana Jadikan Soeharto Pahlawan Nasional Tuai Polemik, Mensos: Wajar, Manusia Punya Kekurangan dan Kelebihan
Gus Ipul menjelaskan bahwa pemberian gelar pahlawan untuk Soeharto dan Gus Dur adalah bentuk mengingat jasa-jasa baiknya.
Frengky Aruan - Kamis, 24 April 2025
Rencana Jadikan Soeharto Pahlawan Nasional Tuai Polemik, Mensos: Wajar, Manusia Punya Kekurangan dan Kelebihan
Indonesia
Soeharto Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Titiek: Jasanya Begitu Besar
Soeharto kini diusulkan jadi pahlawan nasional. Sang putri, Titiek Soeharto, merespons soal usulan tersebut.
Soffi Amira - Selasa, 22 April 2025
Soeharto Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Titiek: Jasanya Begitu Besar
Bagikan