Pesan Usman Hamid di Perayaan 70 Tahun Konferensi Asia-Afrika, Ingatkan Soal Soekarno dan Soeharto
Usman Hamid merayakan peringatan 70 tahun Konferensi Asia Afrika, yang digelar Badan Sejarah DPP PDI Perjuangan (PDIP) di Jakarta, (26/4).
MerahPutih.com - Indonesia harus selalu mengingat pesan hak asasi manusia dari Konferensi Asia-Afrika (KAA) di Bandung pada tahun 1955, harus terus digaungkan.
"Yaitu menghormati hak-hak dasar manusia, kedaulatan dan integritas seluruh bangsa, serta menghormati persamaan ras dan hak seluruh bangsa," kata Aktivis HAM Usman Hamid saat turut merayakan peringatan 70 tahun Konferensi Asia Afrika, yang digelar Badan Sejarah DPP PDI Perjuangan (PDIP) di Jakarta, (26/4).
Acara bertema “Dari Bandung ke Dunia: Warisan Bung Karno untuk Keadilan Sosial Global” tersebut menghadirkan narasumber sejarawan, diplomat, dan akademisi.
Usman meyakini, Indonesia mustahil maju jika pemimpin negaranya tidak mengingat pesan-pesan hak asasi manusia yang pernah diperjuangkan dalam sejarah, seperti KAA.
Baca juga:
Wacana Gelar Pahlawan Nasional untuk Soeharto, Setara Institute: Tak Memenuhi Syarat!
Bersama band-nya, The Blackstones, Usman Cs membawakan lagu-lagu kritik sosial dan memutar rekaman suara Soekarno membuka KAA pada tahun 1955.
Dalam kesempatan itu, Usman mengutip Soekarno "Marilah kita ingat bahwa tujuan tertinggi manusia adalah terbebasnya manusia dari belenggu ketakutannya, dari belenggu kehinaan manusiawinya, dari belenggu kemiskinannya – terbebasnya manusia dari belenggu fisik, spiritual, dan intelektual yang telah terlalu lama menghambat perkembangan mayoritas umat manusia.”
Sayangnya, kata Direktur Amnesty International Indonesia ini, para politisi Indonesia justru melupakan sejarah.
"Sejarah kelam hak asasi manusia banyak terjadi semasa rezim Soeharto yang memerintah dengan tangan besi," tegasnya.
Ia justru mengkritik politisi saat ini yang hendak menetapkan Soeharto sebagai pahlawan nasional karena salah satu alasannya adalah jasa Soeharto melalui ASEAN.
Menurut Usman, jika berefleksi dari KAA, justru Soeharto menjadi semakin tidak layak. Bukan hanya mewariskan era pelanggaran HAM, tapi juga dengan ASEAN Soeharto lalu berkolaborasi dengan kekuatan barat untuk mengakhiri KAA.
"Setelah banyak pemimpin KAA justru dijatuhkan, Presiden Kongo Patric Lumamba, president Brazil João Goular, dan Presiden Soekarno," ungkapnya.
Usman Cs membawakan lagu karya mereka sendiri. Selain mengutip Soekarno, Usman juga menyuarakan pentingnya perlindungan hutan tersisa di dunia, yaitu hutan di Papua, Amazon, dan Kongo Afrika.
Di tengah lagu yang dibawakan, Usman Cs meneruskan “Hutan-hutan Asia, Amazon, dan Kongo Afrika, jangan dibiarkan sirna.”
Usman mengingatkan pesan anti rasisme di KAA tercermin dari keragaman delegasi yang hadir. Dari kulit berwarna hitam, kuning, sampai cokelat. Dari Soekarno Indonesia, Nikhrumah Ghana, Nehru India, Nasser Mesir, sampai Zhou Enlai China. Dari Muslim, Nasrani, Ateis sampai Konfusion. Dari sosialis, liberal, sampai komunis. Semua bersatu,” tutup Usman.
Usman baru saja merilis album berbentuk piringan hitam berjudul “Bumi dan Aku Kini” berisi 9 lagu yang seluruhnya membawa pesan kritik sosial tentang hak asasi manusia, keadilan sosial, dan lingkungan hidup.
Penyanyi Dewa19 yang kini menjadi politisi PDIP Once Mekel juga menjadi vokal tamu sebanyak 4 lagu dalam album tersebut: lagu Munir, lagu Bumi dan Aku Kini, lagu Sakongsa, dan lagu berjudul Kemanakah yang juga dinyanyikan oleh Fajar Merah, putera penyair Wiji Thukul. Semua lagu Usman And The Blackstones telah tersedia di platform digital seperti Spotify, YouTube dan Apple Music. (Pon)
Bagikan
Alwan Ridha Ramdani
Berita Terkait
[HOAKS atau FAKTA]: Gibran Diusulkan Jadi Pahlawan Nasional, Dianggap Lebih Berjasa dari Soekarno dan Soeharto
Komnas HAM Kecewa Soeharto Diberi Gelar Pahlawan Nasional, Minta Kasus Dugaan Pelanggaran di Masa Lalu Tetap Harus Diusut
Menteri HAM Ogah Komentar Detail Soal Gelar Pahlwan Soeharto
Golkar Solo Bakal Gelar Tasyakuran Soeharto Jadi Pahlawan Nasional
Marsinah Dijadikan Pahlawan Nasional, Bukti Negara Mulai Menghargai Kelompok Buruh
Dari Akademisi hingga Diplomat, Kiprah Prof. Mochtar Kusumaatmadja Kini Diabadikan sebagai Pahlawan Nasional
Gus Dur dan Syaikhona Kholil Jadi Pahlawan Nasional, PKB: Bentuk Pengakuan Negara atas Jasa Besarnya
Ubedilah Badrun Sebut Gelar Pahlawan untuk Soeharto Bukti Bangsa Kehilangan Moral dan Integritas
Soeharto & Marsinah Barengan Jadi Pahlawan Nasional, SETARA Institute Kritik Prabowo Manipulasi Sejarah
Aktivis Reformasi Sebut Gelar Pahlawan Nasional untuk Soeharto Bentuk Pengaburan dan Amnesia Sejarah Bangsa