Kendaraan Listrik Jadi Solusi Untuk Mengurangi Impor Bensin


kendaraan listrik berbasis baterai merupakan salah satu solusi untuk mengurangi impor bensin (Foto: Pixabay/Joenomias)
GELIAT kendaraan listrik di Indonesia kian bergelora. Terbukti dengan banyaknya sejumlah produsen mobil yang mulai memasarkan kendaraan listrik dengan harga yang semakin terjangkau serta fitur yang canggih.
Mengenai perkembangan kendaraan listrik di Indonesia, Sekretaris Jenderal (Sekjen) Dewan Energi Nasional (DEN), Djoko Siswanto menuturkan bahwa kehadiran kendaraan listrik berbasis baterai merupakan salah satu solusi untuk mengurangi impor bensin, yang saat ini sudah mencapai 40-50 persen.
"Kebijakan untuk energi nasional, yakni mengurangi impor bensin yang sekarang sudah 40-50 persen, itu salah satunya dengan kendaraan listrik, khususnya motor listrik," jelas Djoko seperti dikutip Antara.
Baca Juga:
Merasakan Teknologi Kendaraan Listrik di EV Test Track GIIAS 2022

Djoko menambahkan, kendaraan listrik pun dapat membantu untuk menekan serta menghemat subsidi dan bahan bakar minyak (BBM) di dalam negeri. Djoko menjelaskan, pemerintah tengah kesulitan subsidi energi yang dinaikan menjadi Rp 502 triliun.
Djoko menjelaskan, kendaraan listrik merupakan solusi dari permasalahan harga bensin di pasaran yang membebani keuangan negara, serta menjadi kesulitan bagi Pertamina yang mengimpor bensin dan menjualnya dengan harga yang lebih murah.
"Kendaraan listrik bisa menghemat subsidi sekitar 0,6 triliun per tahun. Tapi kita tahu bahwa sekarang BBM itu naik harganya di internasional, angkanya bisa mencapai subsidinya itu Rp500 triliun, data tersebut dibuat pada tahun 2020 sebelum harga BBM naik," ujarnya.
Baca Juga:
Riset: Minat Penelusuran Merek Kendaraan Listrik Meningkat 300 Persen
Menurut Djoko, pemerintah sebenarnya sudah memiliki target untuk tidak impor bensin di tahun 2027, tapi kemungkinan target itu mundur hingga tahun 2030, karena hambatan pandemi COVID-19.
Djoko menuturan, apabila dilihat dari angkanya, populasi kendaraan listrik sudah mencapai 21 ribu. Pihaknya memiliki target menambahnya hingga 100 ribu di tahun ini.
"Tentunya itu (kehadiran kendaraan listrik) akan mengurangi nanti di 2025-2030 sekitar 300 ribu barrel oil per day. 300 ribu barrel bensin akan berkurang, otomatis kan subsidinya akan berkurang," papar Djoko.

Dari sisi masyarakat, Djoko mengungkapkan bahwa masyarakat bisa melakukan penghematan biaya bahan bakar sekira Rp 100 ribu per bulan untuk motor listrik dan Rp 320 ribu per bulan untuk mobil listrik. "Kalau masyarakat tahu ini (penghematan biaya), mungkin akan segera berpindah (ke kendaraan listrik)," imbuhnya.
Djoko menjelaskan, bahwa pemerintah menargetkan produksi motor listrik sebanyak 2,1 juta unit pada 2025, dan kendaraan listrik sebanyak 15 juta pada 2030. Mengingat hal itu, dia juga mendorong agar pihak terkait bisa mempercepat serta memperbanyak produksi motor listrik di Indonesia. (Ryn)
Baca Juga:
Wuling Permudah Konsumen Mobil Listrik untuk Mengisi Daya Baterai
Bagikan
Berita Terkait
Antusiasme Tinggi Warnai Hari Pertama PEVS 2025, Momentum Positif untuk Ekosistem Kendaraan Listrik Indonesia

Lonjakan Pemudik Mobil Listrik Diprediksi Tembus 500%, PLN Siagakan Ribuan SPKLU di Jalur Mudik Lebaran 2025

Tesla Cybertruck Kena Masalah Lagi, Trim Kendaraan Copot

Pemerintah Targetkan Bangun 62 Ribu Lebih SPKLU Hingga 2030, Mayoritas Medium Charger

Permintaa EV Lesu, Ford PHK 4.000 Pekerja

SPKLU PLN Dukung Akselerasi Ekosistem Kendaraan Listrik

AION Mulai Rakit Lokal Mobil Listrik di Indonesia Awal 2025

Mercedes-Benz Kirim 16 Unit Kendaraan Listrik ke IKN

Jokowi: Ekosistem Besar Kendaraan Listrik Mulai Terlihat Nyata di Indonesia

Penjualan Kendaraan Listrik Tumbuh Pelan
