Kesehatan

Kenali XBB, Subvarian Baru COVID-19

Dwi AstariniDwi Astarini - Jumat, 21 Oktober 2022
Kenali XBB, Subvarian Baru COVID-19

Ada kelas subvarian COVID baru yang sedang meningkat dan mendapat banyak perhatian. (Foto: freepik/freepik)

Ukuran:
14
Audio:

SELAMA beberapa bulan terakhir, subvarian Omicron BA.4 dan BA.5 telah mendominasi kasus COVID-19 di dunia. Namun sekarang, ada kelas subvarian baru COVID-19 yang sedang meningkat dan mendapat banyak perhatian.

Dikenal dengan nama XBB atau Gryphon, subvarian ini menarik perhatian karena penyebarannya yang cepat dan kemampuannya untuk menghindari kekebalan yang telah dibangun orang dari infeksi COVID-19 sebelumnya atau mendapatkan vaksin. Demikian dikatakan William Schaffner, MD, spesialis penyakit menular dan profesor di Fakultas Kedokteran Universitas Vanderbilt. Namun, Schaffner mengatakan, "Ini masih awal dan kita harus banyak belajar."

BACA JUGA:

Waspada Potensi Munculnya Varian Baru COVID-19

Profesor dan kepala penyakit menular Thomas Russo, MD di Universitas Buffalo, New York, mengatakan XBB merupakan salah satu 'kelas baru' varian Omicron yang menyebar dengan cepat saat ini. Kelas tersebut, menurutnya, termasuk BQ.1.1, BQ.1, BQ.1.3, BA.2.3.20, dan XBB.

“XBB adalah versi hibrida dari dua jenis BA.2 bentuk Omicron,” jelas sarjana senior di Pusat Keamanan Kesehatan Johns Hopkins Amesh A Adalja, MD. Saat ini, menurutnya, seperti dilansir Prevention (18/10), varian ini menyebar secara efisien di Singapura.

Kementerian Kesehatan Singapura menyatakan varian ini pertama kali terdeteksi pada Agustus 2022 di India, dan telah terdeteksi di lebih dari 17 negara sejak saat itu, termasuk Australia, Bangladesh, Denmark, India, Jepang, dan AS. Pada Sabtu (21/10), Menteri Kesehatan telah mengumumkan keberadaannya di Indonesia.

Dapat mengecoh antibodi

COVID-19
XBB dianggap memiliki kemampuan terbaik untuk menghindari perlindungan antibodi. (Foto: Pexels/cottonbro)

XBB dianggap memiliki kemampuan terbaik untuk menghindari perlindungan antibodi dari varian COVID-19 yang baru muncul ini. Demikian terungkap dalam sebuah studi pracetak dari para peneliti di Tiongkok.

Studi itu mengatakan galur baru Omicron, dan XBB khususnya, merupakan galur yang paling menghindari antibodi yang diuji, jauh melebihi BA.5 dan mendekati tingkat SARS-CoV-1, virus corona penyebab SARS, sindrom pernapasan yang dapat menyebabkan penyakit parah

Itu berarti vaksin dan sebelumnya memiliki antibodi COVID-19 tidak dianggap menawarkan tingkat perlindungan yang sama terhadap XBB seperti yang mereka lakukan dengan jenis COVID-19 sebelumnya. Obat antibodi seperti Evusheld dan Bebtelovimab mungkin juga tidak terlalu efektif melawan XBB.

“Varian ini berkembang untuk menghindari perlindungan,” kata Russo. Menurutnya, penguat bivalen mungkin akan melindungi terhadap penyakit parah dengan XBB, tetapi akan tidak sempurna untuk mencegah infeksi.

Namun, jangan panik. “Dalam hal penghindaran perlindungan vaksin, penting untuk menyadari bahwa perlindungan vaksin tidak semuanya atau tidak sama sekali. Bahkan dengan varian yang menghindari kekebalan, perlindungan vaksin terhadap apa yang paling penting, yaitu penyakit parah, tetap terjaga,” kata Adalja.

BACA JUGA:

Kota di Inggris akan Resepkan Bersepeda agar Warganya Lebih Sehat

Gejala varian XBB

varian COVID-19
Seperti strain Omicron lainnya, XBB dianggap sangat menular. (Pexels/Polina Tankilevitch)

Sejauh ini, gejala XBB tampaknya mirip dengan gejala COVID-19 pada umumnya. Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), itu dapat mencakup: demam atau menggigil, batuk, sesak napas atau kesulitan bernapas, kelelahan, nyeri otot atau tubuh, sakit kepala, hilangnya kemampuan merasa atau membau, sakit tenggorokan, hidung tersumbat atau pilek, mual atau muntah, dan diare.

Seperti strain Omicron lainnya, XBB dianggap sangat menular. Kementerian Kesehatan Singapura mencatat varian tersebut sekarang merupakan 54 persen dari kasus COVID-19 di negara tersebut, naik dari 22 persen pada minggu sebelumnya.

Kementerian Kesehatan Singapura mengatakan XBB setidaknya dapat menular seperti varian yang beredar saat ini, tetapi menambahkan bahwa tidak ada bukti bahwa XBB menyebabkan penyakit yang lebih parah.

Ada banyak hal yang tidak diketahui tentang XBB saat ini. Meskipun telah terdeteksi di AS, BA.5 dan BA.4.6 terus menjadi varian dominan di negara itu, seperti terungkap dari data CDC.

Schaffner mengatakan ada 'kekhawatiran' tentang XBB dan varian lainnya yang meningkat. "Menyimak apa yang terjadi selama beberapa minggu mendatang amat penting," katanya.(aru)

BACA JUGA:

Risiko Kanker Muncul Dari Cara Masak Asal-Asalan

#Kesehatan
Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.

Berita Terkait

Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Indonesia
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Irma mendorong BPJS Kesehatan untuk bekerja sama dengan Badan Pusat Statistik
Angga Yudha Pratama - Kamis, 28 Agustus 2025
Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran
Indonesia
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Presiden Prabowo juga menargetkan membangun total 500 rumah sakit berkualitas tinggi sehingga nantinya ada satu RS di tiap kabupaten dalam periode 4 tahun ini.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar
Indonesia
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Presiden Prabowo yakin RS PON Mahar Mardjono dapat menjadi Center of Excellence bagi RS-RS yang juga menjadi pusat pendidikan dan riset, terutama yang khusus berkaitan dengan otak dan saraf.
Alwan Ridha Ramdani - Selasa, 26 Agustus 2025
Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional
Indonesia
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Riza Chalid, selaku pemilik manfaat PT Orbit Terminal Merak, merupakan salah satu dari delapan tersangka baru dalam kasus korupsi tata kelola minyak mentah
Angga Yudha Pratama - Jumat, 22 Agustus 2025
Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
Lainnya
Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
Vertigo merupakan istilah medis yang digunakan untuk menyebut sensasi seolah-olah lingkungan di sekitar penderita terus berputar dan biasanya disertai rasa pusing.
Frengky Aruan - Kamis, 21 Agustus 2025
Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke
Bagikan