Kenali Catcalling, Godaan nan Meresahkan


Catcalling merupakan bentuk pelecehan seksual. (foto: freepik-freepik)
PERNAHKAH kamu secara tiba-tiba diteriaki, 'hai, cantik' atau 'wih, seksi banget sih'? Beberapa perempuan pasti pernah mengalami ini saat berjalan di trotoar atau berada di angkutan umum. Jika diucapkan dengan gestur menggoda apalagi disertai siulan dan teriakan, itu artinya pelaku sedang melakukan catcalling.
Fenomena catcalling memang masih jamak terjadi. Selain membuat resah, perlakukan ini juga bisa menimbulkan dampak buruk pada psikologis sang korban. Catcalling bisa digolongkan sebagai bentuk pelecehan seksual loh. Menurut data, pada 2021, Komnas Perempuan mencatat telah terjadi 338.498 kasus kekerasan seksual yang menimpa perempuan di Indonesia. Angka itu meningkat dari 2020 sebanyak 50 persen.
BACA JUGA:
Catcalling apa sih?
Catcalling termasuk salah satu bentuk pelecehan seksual jenis street harrasment. Bentuknya yakni komentar sensual dengan nada menggoda yang dilakukan di tempat umum. Oxford Dictionary mengartikan catcalling sebagai siulan, panggilan, dan komentar bersifat seksual dari seorang laki-laki terhadap perempuan yang lewat di hadapannya. Pelaku catcalling disebut sebagai catcaller.
Catcalling memang paling sering dialami perempuan. Namun, tidak menutup kemungkinan hal ini terjadi pada laki-laki juga. Perilaku ini cenderung meresahkan dan bisa menyebabkan korbanya merasa takut, cemas, dan tidak percaya diri. Sayangnya, masih banyak orang yang memaklumi dan menganggap bahwa catcalling merupakan sebuah lelucon dan candaan.
Bentuk-Bentuk Catcalling

Dalam melakukan catcalling, para catcaller biasanya berbicara dengan nada yang ramah dan menunjukkan gestur yang menggoda. Catcaller bisa melakukan aksinya seorang diri atau saat sedang berkelompok bersama teman-temannya.
Berikut beberapa bentuk catcalling yang wajiib kamu ketahui:
- Melontarkan kalimat pujian, misalnya “Selamat pagi, Cantik.” atau “Wangi banget sih, mau pergi ke mana?”.
- Melontarkan kalimat yang sensual, contohnya “Bagus banget sih badannya, nengok dong”.
- Memberikan gestur vulgar, seperti berkedip, bersiul, memberikan tatapan penuh nafsu, menggigit bibir bawah, menjulurkan lidah, melambaikan tangan, atau mengeluarkan suara ciuman.
- Menghalang-halangi jalan atau menguntit sampai di tujuan.
BACA JUGA:
Alasan Seseorang Melakukan Catcalling
Sebuah penelitian menyatakan, tidak sedikit catcaller yang mengganggap bahwa panggilan-panggilan itu hanyalah keisengan saja. Mereka mengaku, perilaku tersebut dilakukan secara spontan karena ingin menyanjung dan tidak berniat untuk merendahkan atau menyakiti korban.
Banyak catcaller lainnya melakukan catcalling dengan tujuan menunjukkan ketertarikan dan mengharapkan respons dari korban, seperti korban yang membalas ucapan pelaku dengan memberikan senyuman atau merasa tersanjung.
Tidak sedikit juga catcaller yang justru menginginkan respons negatif dari korban, seperti terkejut, takut, dan marah. Selain itu, dalam penelitian tersebut juga dijelaskan bahwa sebagian kecil catcaller melakukan catcalling atas dasar kebencian terhadap wanita yang berlebihan (misoginis) atau adanya sikap menolak feminisme.
Cara Menyikapi Catcalling
Catcalling bisa membuat korbannya merasa tidak nyaman, malu, sedih, takut, marah, bahkan rendah diri, karena merasa tampilannya “mengundang” komentar orang lain.
Tak jarang, korban catcalling juga merasa trauma sehingga kerap merasakan mual, mati rasa, hingga kesulitan bernapas, jika mengingat ucapan atau perlakuan pelaku. Pada beberapa korban, jika perlakuan tersebut dibiarkan terus-menerus, maka kondisinya bisa berkembang menjadi PTSD (Gangguan stres pascatrauma)
Lalu, bagaimana cara yang tepat untuk merespons catcalling? Berikut ini adalah beberapa tips yang bisa kamu lakukan:
- Katakan dengan tenang tetapi dengan intonasi yang tegas kepada pelaku bahwa sikap mereka tidak dapat diterima.
- Jika catcaller mengikuti atau membuntutimu, usahakan untuk tetap berada di tempat yang ramai sehingga kamu bisa meminta bantuan orang lain jika tindakan pelaku mulai terasa membahayakan.
- Jika perilakunya berulang, laporkan kejadian tersebut ke petugas keamanan setempat atau pihak berwenang dan minta perlindungan kepada pihak terkait.
- Jangan sendirian dan usahakan untuk menghindari lokasi tempat pelaku sering melakukan catcalling.
Memang tidak selalu mudah menghindari apalagi mencegah catcalling. Namun, membiarkan tindakan pelaku dan tidak mengambil tindakan justru membuat catcaller semakin menjadi-jadi.(DGS)
Bagikan
Berita Terkait
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa

Periksakan ke Dokter jika Vertigo Sering Kambuh Disertai Gejala Lain, Bisa Jadi Penanda Stroke

Iuran BPJS Kesehatan Bakal Naik, Alasanya Tambah Jumlah Peserta Penerima Bantuan Iuran
