Parenting

Edukasi Anak Laki-laki untuk Cegah Pelecehan Seksual

Dwi AstariniDwi Astarini - Rabu, 23 Juni 2021
Edukasi Anak Laki-laki untuk Cegah Pelecehan Seksual

Edukasi anak laki-laki untuk cegah kekerasan seksual. (Foto: 123RF/yarruta)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

KEKERASAN seksual merupakan masalah global yang serius. Pada saat mencapai usia 18 tahun, satu dari empat anak perempuan dan satu dari 13 anak laki-laki akan mengalami pelecehan seksual. Namun, masa dewasa muda dan masa kuliah juga merupakan masa puncak untuk kekerasan seksual, dengan 26,4 persen perempuan, 23 persen individu LGBTQ, dan 6,8 persen laki-laki melaporkan kekerasan seksual.

Laki-laki dan perempuan dapat mengalami pelecehan seksual. Anak perempuan dan perempuan secara tidak proporsional menjadi korban kekerasan seksual. Sementara itu, anak laki-laki, dan laki-laki paling sering menjadi pelakunya. Jadi, saat upaya pencegahan kekerasan seksual harus menargetkan semua anak, fokus dan perhatian khusus perlu diarahkan kepada anak laki-laki kita.

Berikut pedoman bagi orangtua tentang cara mengajarkan anak laki-laki untuk menjadi bagian dari solusi dan bukan masalah.

BACA JUGA:

4 Kebiasaan Sederhana yang Bikin Kamu Sukses di Masa Depan

1. Mulai Lebih Awal


Pencegahan kekerasan seksual harus dimulai ketika anak laki-laki masih kecil (balita). Ajari mereka untuk bersikap baik dan membantu orang lain melalui tindakan dan kata-kata.

2. Ajarkan Norma Gender Egalitarian


Kita tahu bahwa mengajarkan budaya hormat dan norma gender yang egaliter adalah bagian penting dari tanggung jawab sosial kita untuk mencegah kekerasan seksual. Karena, peningkatan kekerasan terhadap perempuan terjadi dalam budaya di mana perempuan tidak dianggap setara dengan laki-laki.

Cobalah untuk tidak memaksakan peran gender stereotip pada anak-anak. Biarkan anak laki-laki menjadi sensitif dan rentan dan tidak memberikan pesan bahwa anak laki-laki harus kuat dan tangguh.

anak-anak
Orangtua dapat mengajarkan anak laki-laki sejak dini untuk membantu mencegah pelecehan seksual. (foto: 123RF/dolgachov)

3. Bicarakan Persetujuan atau Consent


Antara usia 5-12, mulailah berbicara dengan anak-anak tentang consent. Jelaskan apa itu persetujuan, bagaimana memintanya, dan mengharapkannya dari orang lain.

Penting bagi orangtua menghormati anak-anak ketika mereka memilih untuk tidak digelitik atau disentuh dan kamu dapat memperkuat mereka untuk menggunakan kata-kata yang jelas untuk memberi tahu apa yang mereka inginkan.

4. Bicara Tentang Pornografi


Saat anak laki-laki mendekati masa remaja, mereka mungkin mulai ingin tahu tentang pornografi. Lebih dari seperempat atau 26 persen anak laki-laki akan melihat pornografi pada saat mereka berusia 12 tahun, dan 65 persen pada usia 15-16.

Biarkan mereka tahu bahwa keingintahuan seksual itu wajar, tetapi penelitian menunjukkan bahwa anak laki-laki yang secara teratur menonton pornografi lebih mungkin untuk:
- Objektifikasi perempuan
- Memiliki sikap gender yang lebih stereotip
- Menampilkan perilaku yang lebih permisif secara seksual
- Lebih mungkin untuk terlibat dalam pelecehan seksual

5. Ajarkan Berpikir Kritis Tentang Kekerasan Seksual

Orangtua tidak bisa selalu ada untuk memantau perilaku anak-anak mereka dan oleh karena itu kita membutuhkan mereka untuk memikirkan situasi secara kritis. Ajukan pertanyaan berpikir kritis tentang topik terkait kekerasan seksual dalam berita. Jika mereka belajar berpikir kritis maka ketika mereka menghadapi situasi baru atau sulit, mereka akan lebih siap untuk merespons dengan tepat.

anak-anak
Pada usia 18 tahun, 1 dari 4 anak perempuan dan 1 dari 13 anak laki-laki alami pelecehan seksual. (Foto: 123RF/dolgachov)

6. Diskusikan Keintiman


Sepertiga dari pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur dilakukan oleh anak di bawah umur lainnya dan sebagian besar pelakunya adalah remaja laki-laki. Dalam beberapa kasus, ini dalam konteks hubungan kencan. Tidak seperti keterampilan lainnya, menjalin hubungan bukanlah sesuatu umum tidak diajarkan di sekolah. Saat remaja mulai berkencan, diskusikan tentang keintiman dan hubungan seksual yang sehat serta pentingnya peran komunikasi.

7. Dorong Mereka untuk Menjadi Saksi


Kamu juga ingin mengajari anak laki-laki untuk menjadi saksi dan pengamat. Langkah apa yang harus diambil jika mereka mendengar teman mereka membuat komentar atau lelucon seksis atau jika mereka melihat seseorang dalam situasi yang berisiko.

8. Menjadi Panutan


Anak-anak belajar dari orangtua dan mencari petunjuk tentang bagaimana mereka harus bersikap. Dengan demikian, sikap dan perilaku kita sendiri secara signifikan memengaruhi mereka. Orangtua harus selalu ingat untuk mencontohkan norma gender yang egaliter, bersikap hormat dan baik hati dalam interaksi mereka, serta menuntut dan menghormati persetujuan untuk semua interaksi fisik.(aru)

#Kesehatan #Parenting #Ilmu Parenting
Bagikan
Ditulis Oleh

Dwi Astarini

Love to read, enjoy writing, and so in to music.

Berita Terkait

Indonesia
Pengecekan Kesehatan Cepat kini Tersedia di Stasiun MRT Jakarta Dukuh Atas
Diharapkan mempermudah para pengguna moda transportasi publik, komuter, pekerja, dan warga sekitar dalam mengakses layanan kesehatan yang cepat, nyaman, dan profesional.
Dwi Astarini - Rabu, 22 Oktober 2025
Pengecekan Kesehatan Cepat kini Tersedia di Stasiun MRT Jakarta Dukuh Atas
ShowBiz
Bisa Ditiru nih Ladies, Cara Davina Karamoy Hindari Anemia tanpa Ribet
Konsumsi suplemen zat besi sejak dini penting bagi perempuan.
Dwi Astarini - Selasa, 14 Oktober 2025
Bisa Ditiru nih Ladies, Cara Davina Karamoy Hindari Anemia tanpa Ribet
Lifestyle
The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati
Hanya dengan 15 menit 9 detik gerakan sederhana setiap hari, partisipan mengalami peningkatan suasana hati 21 persen lebih tinggi jika dibandingkan ikut wellness retreat.
Dwi Astarini - Senin, 13 Oktober 2025
The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati
Indonesia
DPR Kritik BPJS Kesehatan Nonaktifkan 50.000 Warga Pamekasan, Tegaskan Hak Kesehatan tak Boleh Disandera
Penonaktifan itu dilakukan BPJS Kesehatan karena Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Pamekasan menunggak pembayaran iuran sebesar Rp 41 miliar.
Dwi Astarini - Jumat, 10 Oktober 2025
DPR Kritik BPJS Kesehatan Nonaktifkan 50.000 Warga Pamekasan, Tegaskan Hak Kesehatan tak Boleh Disandera
Indonesia
[HOAKS atau FAKTA]: Terlalu Sering Makan Mi Instan Bisa Bikin Usus Tersumbat
Terlalu sering mengonsumsi mi instan bisa membuat usus tersumbat akibat cacing. Namun, apakah informasi ini benar?
Soffi Amira - Rabu, 08 Oktober 2025
[HOAKS atau FAKTA]: Terlalu Sering Makan Mi Instan Bisa Bikin Usus Tersumbat
Indonesia
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Posyandu Ramah Kesehatan Jiwa diperkuat untuk mewujudkan generasi yang sehat fisik dan mental.
Dwi Astarini - Senin, 06 Oktober 2025
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Indonesia
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Langkah ini merupakan bagian dari agenda besar pemerintah dalam memperkuat jaring pengaman sosial, terutama bagi masyarakat rentan.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 02 Oktober 2025
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Lifestyle
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Pertambahan mata minus ini akan mengganggu aktivitas belajar maupun perkembangan anak
Angga Yudha Pratama - Rabu, 01 Oktober 2025
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Fun
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Satu dari tiga orang dewasa di Indonesia memiliki kadar kolesterol tinggi.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 30 September 2025
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Indonesia
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Peredaran rokok ilegal dinilai sangat mengganggu. Sebab, peredarannya bisa merugikan negara hingga merusak kesehatan masyarakat.
Soffi Amira - Kamis, 25 September 2025
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Bagikan