Kekebalan Komunitas Hanya Dicapai Lewat Vaksinasi


Petugas medis (kanan) menyuntikan vaksin ke seorang tenaga kesehatan (kiri) saat simulasi pemberian vaksin COVID-19 di RSIA Tambak, Jakarta, Rabu (13/1/2021). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/wsj.
MerahPutih.com - Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan COVID-19 Wiku Adisasmito menyebut, kekebalan komunitas (herd immunity) hanya dapat dicapai melalui vaksinasi.
Hal tersebut berdasarkan pedoman dari Badan Kesehatan Dunia (WHO).
"Bukan dengan membiarkan penyakit menyebar secara tidak terkendali pada populasi atau masyarakat," ujar Wiku, dalam konferensi pers daring yang ditayangkan melalui YouTube Sekretariat Presiden, Kamis (28/1).
Baca Juga:
Kekebalan komunitas merupakan kondisi yang menunjukkan bahwa sebagian besar populasi kebal atau imun dari penyakit menular.
Kondisi demikian memberikan perlindungan secara tidak langsung kepada yang tidak imun karena tak mendapat vaksin atau yang tidak imun akibat perkembangan infeksi yang pernah terjadi.
Wiku menjelaskan, dalam mencapai kekebalan komunitas terdapat berbagai faktor yang berperan.
Di antaranya adalah penularan penyakit, efektivitas vaksin, kecepatan dalam mencapai ambang batas cakupan, dan seberapa lama imunitas bisa bertahan.

Sementara itu, ambang batas untuk cakupan herd immunity berkisar antara 60 hingga 70 persen total populasi di sebuah wilayah. Namun, menurut Wiku, estimasi ini masih bersifat dinamis.
"Karena akan sangat bergantung kepada laju infeksi suatu penyakit. Maka sangat jelas bahwa tercapainya herd immunity ada di tangan kita," tegas Wiku.
"Kolaborasi antara pemerintah dan masyarakat sangat dibutuhkan untuk mencapai kekebalan komunitas tersebut," tambahnya.
Wiku meminta masyarakat tak ragu untuk mengikuti vaksinasi COVID-19.
Ia mengatakan, peran satu orang dalam vaksinasi sangat berdampak pada upaya mengakhiri pandemi.
Menurut Wiku, kondisi ini menunjukkan perkembangan yang cukup baik mengingat pada minggu sebelumnya kasus kematian mengalami peningkatan drastis yakni sebesar 37,4 persen.
“Meskipun begitu, jangan berpuas diri dengan angka kematian ini. Meskipun mengalami penurunan, namun kematian tetaplah kematian,” kata Wiku.
Baca Juga:
Satgas mencatat, lima provinsi dengan kenaikan kasus kematian tertinggi pada minggu ini yakni Jawa Timur naik 44 kasus, Jawa Barat naik 42 kasus, Riau naik 15 kasus, NTB naik 4 kasus, dan Gorontalo naik 4 kasus.
Wiku pun meminta pimpinan daerah di provinsi yang masih mengalami kenaikan kasus kematian tertinggi agar segera melakukan evaluasi penanganan pasien COVID-19. Khususnya pasien dengan gejala sedang dan berat.
Selain itu, ia juga meminta agar penanganan pasien COVID-19 tak hanya difokuskan pada pasien di rumah sakit, namun juga pada pasien yang melakukan isolasi mandiri di masing-masing rumah. (Knu)
Baca Juga:
Bagikan
Joseph Kanugrahan
Berita Terkait
Ciri-Ciri dan Risiko Warga Yang Alami Long COVID

Kemenkes Temukan 1 Kasus Positif COVID dari 32 Spesimen Pemeriksa

178 Orang Positif COVID-19 di RI, Jemaah Haji Pulang Batuk Pilek Wajib Cek ke Faskes Terdekat

Semua Pasien COVID-19 di Jakarta Dinyatakan Sembuh, Tren Kasus Juga Terus Menurun Drastis

Jakarta Tetap Waspada: Mengungkap Rahasia Pengendalian COVID-19 di Ibu Kota Mei 2025

[HOAKS atau FAKTA]: Vaksin COVID-19 Terkoneksi Bluetooth di Aplikasi Handphone
![[HOAKS atau FAKTA]: Vaksin COVID-19 Terkoneksi Bluetooth di Aplikasi Handphone](https://img.merahputih.com/media/b7/83/47/b783478297cb6d97ceab51e9480de202_182x135.png)
KPK Minta Tolong BRI Bantu Usut Kasus Korupsi Bansos Presiden Era COVID-19

KPK Periksa 4 Orang Terkait Korupsi Bansos Presiden Era COVID-19, Ada Staf BRI

COVID-19 Melonjak, Ini Yang Dilakukan Menkes Budi Gunadi Sadikin

COVID-19 Mulai Melonjak Lagi: Dari 100 Orang Dites, Sebagian Terindikasi Positif
