Keberpihakan Presiden dan Menteri ke Paslon Bisa Menimbulkan Konflik dan Ketidakharmonisan
Presiden Joko Widodo (kedua kanan) memberikan keterangan pers usai menghadiri acara Silaturahim Ramadan 1444 H DPP PAN di Kantor DPP PAN, Jakarta, Minggu (2/4). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
MerahPutih.com - Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) menyatakan bahwa Presiden boleh berkampanye dan memihak calon presiden tertentu di Pilpres 2024. Pernyataan Kepala Negara ini dinilai menguatkan sinyal dukungan untuk pasangan calon nomor urut 2 Prabowo Subianto-Gibran Rakabuming.
"Jika membaca konteksnya, pernyataan Jokowi menegaskan dukungan Jokowi ke Prabowo makin vulgar. Apalagi saat menyampaikan pernyataan itu Jokowi didampingi Prabowo yang notabenenya salah satu capres,” kata pengamat politik UIN Syarif Hidayatullah, Adi Prayitno kepada wartawan, Rabu (24/1).
“Dengan kata lain, Jokowi ingin tunjukkan kepada khayalak sebagai presiden, Jokowi jelas punya keberpihakan di Pilpres 2024 hanya ke Prabowo,” sambung dia.
Baca Juga:
TKN Prabowo-Gibran: Presiden Jokowi Boleh Dukung Capres Manapun
Selain itu, kata Adi, pernyataan tersebut juga menegaskan bahwa Jokowi menginginkan Prabowo-Gibran memenangi Pilpres 2024 dalam satu putaran. Menurutnya, Jokowi mendukung total Prabowo-Gibran agar pilpres tidak berlangsung dua putaran.
“Sebab ada keyakinan bahwa masih banyak rakyat yang puas dengan kinerja Jokowi tapi belum tahu jika Jokowi dukung Prabowo,” tutur Adi.
Lebih lanjut Adi menyampaikan bahwa keberpihakan Jokowi kepada Prabowo-Gibran berpotensi membuat retak hubungan sesama menteri di Kabinet Indonesia Maju yang berafiliasi ke pasangan calon yang berbeda-beda.
“Buktinya menteri LHK dan ATR membantah keras data Mahfud saat debat cawapres. Itu tanda-tanda keretakan efek menteri boleh kampanye terbuka,” ujarnya.
Bahkan, kata Adi, sangat besar kemungkinan Jokowi berkonflik dengan menterinya sendiri karena berbeda pilihan politik. Menurutnya, para menteri akan membela paslonnya masing-masing.
Baca Juga:
Jokowi Sering Keliling Jateng, Suara Ganjar Diklaim Tidak Tergerus
“Semua sudah tahu Jokowi pasti ke Prabowo karena faktor Gibran. Termasuk menteri Golkar dan PAN akan total ke Prabowo. Sementara Mahfud yang rival Prabowo pasti didukung semua menteri dari PDIP, PPP, dan menteri non partai yang selama ini dekat dengan PDIP. Termasuk menteri PKB dan NasDem pasti akan condong ke kubu AMIN,” ungkap Adi.
Adi melanjutkan bahwa ketidakharmonisan antarmenteri akan menjadi gambaran situasi kabinet Jokowi yang sedang tidak baik-baik saja. Menurutnya, konflik akan semakin meruncing jika Jokowi tidak segara melakukan mitgasi.
“Bagaimana bisa menjelaskan situasi kabinet rukun harmonis dalam kondisi seperti itu. Bisa runyam keadaan jika tak ada manajemen komunikasi dan mitigasi potensi konfliknya,” tutup Adi. (Pon)
Baca Juga:
Jokowi Sebut Presiden Boleh Memihak saat Pemilu, Ini Tanggapan Anies
Bagikan
Ponco Sulaksono
Berita Terkait
[HOAKS atau FAKTA] : Jokowi Pilih Langsung Rektor UGM untuk Beking Dirinya dari Tudingan Ijazah Palsu
Gelar Perkara Khusus Kasus Dugaan Ijazah Palsu, Kubu Jokowi Minta Tersangka Segera Disidang
Temui Jokowi di Solo, Dato Tahir Bocorkan Tanggal Peresmian Museum Sains dan Teknologi
[HOAKS atau FAKTA]: Presiden ke-7 RI Joko Widodo Ditugaskan BRIN jadi Ketua Gugus Tugas Penanggulangan Bencana
[HOAKS atau FAKTA]: Ingin Dicap sebagai Pahlawan, Jokowi Datangi Lokasi Bencana di Sumatra
[HOAKS atau FAKTA] : Prabowo Larang Jokowi Pergi ke Luar Negeri karena Kasus Dugaan Ijazah Palsu
Disebut Resmikan Bandara IMIP Morowali, Jokowi: Semua yang Tidak Baik Dikaitkan dengan Saya
Polda Metro Terima Aduan Roy Suryo, Gelar Perkara Khusus atas Kasus Hoax Ijazah Jokowi
[HOAKS atau FAKTA]: Jokowi Marahi Menkeu Purbaya karena Menolak Membayar Utang Proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung
ANRI Pastikan tak Terima Salinan Ijazah Jokowi