Jika Sudah Pernah Terkena COVID-19, Apa Masih Butuh Vaksin?


Vaksinasi COVID-19 akan dilaksanakan mulai akhir tahun 2020 ini. (Foto: Pexels/cottonbro)
VAKSIN COVID-19 menjadi perbincangan dimana-mana. Kehadiran vaksin Coronavirus pertama kali di Indonesia pun sudah cukup menghebohkan masyarakat pada awal Desember lalu.
Maklum, sudah terlalu lama kita disajikan dengan berita-berita yang menyedihkan sehingga informasi tentang vaksin dianggap sebagai secercah harapan untuk bisa kembali hidup normal tanpa kehadiran virus Corona.
Baca juga:

Di bagian negara lain, tepatnya Amerika Serikat, suntikan vaksin telah diberikan kepada sejumlah petugas kesehatan. Meski begitu, banyak pertanyaan yang timbul seiring dengan isu vaksin yang hadir, apakah orang yang sudah pernah terjangkit virus Corona harus vaksin lagi?
Menurut Advisory Committee on Immunization Practices (ACIP), orang yang sudah pernah terinfeksi COVID-19 tetap harus menerima vaksin. Seperti yang dikutip dari laman Health, slide presentasi milik ACIP yang ditampilkan untuk pertemuan dengan CDC pada 12 Desember lalu menyebutkan bahwa vaksinasi tergolong aman dan mungkin manjur untuk orang yang pernah terinfeksi COVID-19.
Menurut Stephen Russell, MD, PhD, CEO dan co-founder dari Imanis Life Sciences, terkadang orang-orang yang sudah pernah terinfeksi COVID-19 memang memiliki kekebalan tubuh untuk virus tersebut. Meski begitu, kekebalan terhadap Coronavirus tersebut bergantung pada tingkat imun tubuh masing-masing.
Dr Russell mengatakan bahwa tingkat antibodi penetral yang lebih tinggi bisa memberikan perlindungan yang lebih baik terhadap infeksi baru. "Gejala infeksi yang lebih parah biasanya membuat tingkat antibodi penetral yang lebih tinggi, sementara gejala yang lebih ringan bisa menyebabkan produksi antibodi penetralisasi yang lebih rendah atau tidak terukur," ungkapnya kepada Health.
Baca juga:

Dengan kata lain, jika kamu mengalami gejala ringan ketika terinfeksi COVID-19, artinya sistem kekebalan tubuh kamu belum cukup untuk membentuk antibodi.
Meski begitu, fenomena tersebut juga berlaku bagi mereka yang mengalami gejala sangat parah. Penelitian yang dipublikasikan di Frontiers in Immunology pada Mei lalu menyimpulkan bahwa infeksi COVID-19 dengan gejala yang sangat parah bisa membuat respon kekebalan tubuh manusia menjadi terlalu letih. Kemudian memori kekebalan tubuh terhadap virus yang sama tidak bisa terbentuk secara memadai.
Ketika orang yang sudah pernah terjangkit COVID-19 mendapatkan vaksinasi, kekebalan mereka akan meningkat secara efektif sehingga bisa terlindungi lebih lama. Walau sudah divaksinasi pun, mereka tetap membutuhkan dosis penguat tambahan untuk menjaga kekebalan tubuh mereka. Dr Russell mengatakan bahwa sampai saat ini masih didiskusikan mengenai jadwal vaksinasi bagi para orang yang berpotensi tinggi terinfeksi COVID-19, apakah tiap enam bulan atau 12 bulan sekali. (SHN)
Baca juga:
Vaksin COVID-19 Pertama Buatan Moderna Telah Memberikan Hasil yang Menjanjikan
Bagikan
annehs
Berita Terkait
Penanganan Penyakit Tuberculosis Bakal Contoh Pola Pandemi COVID-19

Kasus ISPA di Jakarta Naik Gara-Gara Cuaca, Warga Diminta Langsung ke Faskes Jika Ada Gejala

Bisa Ditiru nih Ladies, Cara Davina Karamoy Hindari Anemia tanpa Ribet

The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati

DPR Kritik BPJS Kesehatan Nonaktifkan 50.000 Warga Pamekasan, Tegaskan Hak Kesehatan tak Boleh Disandera

[HOAKS atau FAKTA]: Terlalu Sering Makan Mi Instan Bisa Bikin Usus Tersumbat
![[HOAKS atau FAKTA]: Terlalu Sering Makan Mi Instan Bisa Bikin Usus Tersumbat](https://img.merahputih.com/media/dd/9e/b5/dd9eb5a1bf5cdc532052d7f541d290b4_182x135.png)
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan

Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga

Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak

Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
