Jangan Malas Gerak Usai Libur Lebaran Kalau Enggak Mau Terkena Post Holiday Blues
Orang tidak mudah beradaptasi kembali terhadap kehidupan yang biasanya misalkan kembali bekerja atau sekolah. (Foto: Pexels/Loc Dang)
MerahPutih.com - Libur lebaran sudah berlalu. Mulai 17 April ini, sebagian besar pekerja akan mulai masuk. Begitu pula dengan sejumlah sekolah.
Psikolog klinis lulusan Universitas Indonesia Kasandra Putranto menyarankan masyarakat agar menghindari kemalasan bergerak supaya mental tetap sehat usai libur panjang Lebaran. Misalnya bermain media sosial dalam waktu yang cenderung lama.
“Menghindari kegiatan yang tidak bergerak untuk waktu yang lama seperti bermain media sosial, salah satunya, karena dengan tidak bergerak tubuh jadi terbiasa dengan ritme gerak yang lambat dan ringan,” kata Kasandra seperti dikutip ANTARA (16/4).
Baca juga:
Mengenal Holiday Blues, Kondisi Stres saat Hari Libur Datang
Menurut Kasandra, kegiatan minim gerak berpengaruh pada tubuh dan pikiran seseorang secara tidak langsung. Tubuh akan mengalami fase enggan bergerak, berpikir karena adanya rasa ingin mengulang waktu liburan seperti sebelumnya.
Ini menyebabkan tubuh memerlukan waktu untuk terbiasa mengubah ritme dari yang semula lambat menjadi cepat.
Bila dibiarkan terus-menerus, kondisi ini dapat berakibat pada post holiday blues atau kondisi perubahan suasana hati (mood) akibat transisi masa liburan menuju kondisi normal keseharian.
“Pada proses transisi tersebut, beberapa orang tidak mudah beradaptasi kembali terhadap kehidupan yang biasanya misalkan kembali bekerja atau sekolah,” ujarnya.
Kasandra mengatakan post holiday blues sebagai sesuatu yang wajar. Namun akan lain ceritanya jika itu berlangsung lebih dari dua pekan.
Baca juga:
Kasandra menyarankan agar orang tersebut mendapatkan pemeriksaan dan penanganan dari tenaga medis profesional.
Kasandra juga menyarankan supaya mental tetap sehat dan terjaga usai mengikuti libur panjang, masyarakat dapat melakukan berbagai aktivitas yang dapat menenangkan pikiran sambil mengembalikan ritme aktivitas seperti biasa.
Contohnya mendengarkan lagu-lagu kesukaan selama beberapa menit atau melakukan relaksasi diri melalui perawatan diri seperti pijat tubuh dan menikur.
Meski begitu, Kasandra mengatakan caranya bisa berbeda, tergantung pada kebutuhan masing-masing individu.
“Tergantung pada kebutuhannya, tentunya perlu ada pemeriksaan terlebih dahulu untuk dapat menentukan bentuk intervensi yang tepat (dari ahlinya),” ujar Kasandra. (*)
Baca juga:
Bagikan
Hendaru Tri Hanggoro
Berita Terkait
Raphael Varane Ngaku Alami Depresi saat Masih di Real Madrid, Paling Parah setelah Piala Dunia 2018!
2 Juta Anak Alami Gangguan Kesehatan Mental, Kemenkes Buka Layanan healing 119.id Cegah Potensi Bunuh Diri
Hasil Cek Kesehatan Gratis: 2 Juta Anak Indonesia Alami Gangguan Kesehatan Mental
Ibu Negara Prancis Brigitte Macron Disebut Kena Gangguan Kecemasan karena Dituduh sebagai Laki-Laki
Self-Care Menjadi Ruang Ekspresi dan Refleksi bagi Perempuan, Penting untuk Jaga Kesehatan Mental
The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati
Smart Posyandu Difokuskan untuk Kesehatan Jiwa Ibu setelah Melahirkan
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Menyembuhkan Luka Batin lewat Kuas dan Warna: Pelarian Artscape Hadirkan Ruang Aman untuk Gen Z Hadapi Stres
Mengenal Burnout yang Diduga Pemicu Diplomat Arya Daru Pangayunan Mengakhiri Hidupnya, ini Cara Mengatasinya