Jagoan Ubah Sampah Plastik Jadi Karya Bernilai Ekonomi


Gonzagina Conny Hendrayani, seorang praktisi kerajinan wirausaha. (MP/Felisitas Citra)
GONZAGINA Conny Hendrayani geram dengan tumpukan sampah platik. Ia cemas karena sampah plastik tidak mudah terurai, proses pengolahannya menimbulkan toksik, dan bersifat karsionogenik. Butuh kala hingga ratusan tahun agar sampah plastik terurai secara alami.
Conny, sapaan akrabnya, tak mau mengutuk kegelapan akan masalah sampah plastik. Ia lantas mendedikasikan dirinya menjadi salah satu jagoan dalam memanfaatkan kembali sampah plastik.
Baca juga:
“Saya melakukan ini (daur ulang sampah plastik) karena takut nanti masa depan anak cucu terancam karena sampah. Kalau bukan saya yang memulai, siapa lagi,” ujar Conny.
Berdasarkan data Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN), pada tahun 2020 timbulan sampah di 289 kabupaten dan kota di Indonesia mencapai 33 juta ton per tahunnya dan 16,89 persennya berasal dari sampah plastik. Data tersebut menunjukkan sampah plastik merupakan jenis sampah kedua memiliki jumlah tertinggi setelah sampah sisa makanan.
Tingginya jumlah produksi sampah plastik membuat Conny semakin teguh untuk terus berkembang dengan menghasilkan inovasi-inovasi terbaru dari daur ulang sampah.

Meski kini usaha Conny baru mencakup lingkungan sekitarnya, setidaknya ada rasa bangga karena dapat berguna bagi masyarakat dan menjadi perpanjangan tangan Tuhan untuk sedikit membantu keadaan lingkungan.
Tak ingin ilmu dan pandangannya mengenai lingkungan berhenti pada dirinya, Conny aktif menjadi pembicara dan pelatih di beberapa acara maupun pelatihan terkait sampah. Tak hanya itu, ia juga aktif memberikan pelatihan kepada ibu rumah tangga di sekitar rumahnya di Pamulang, Tangerang Selatan.
“Saya tidak mau ilmu itu berhenti di saya, karena semakin banyak saya berbagi ilmu, keadaan lingkungan juga semakin membaik karena sampahnya dapat dimanfaatkan,” lanjutnya. Seluruh kegiatan tersebut dilakukannya secara sukarela dan tidak meminta sedikit pun biaya, sebab dirinya merasa lingkungan ini merupakan tanggung jawab seluruh manusia.
Baca juga:
Animal Defenders Indonesia Turun Tangan Selamatkan Hewan Peliharaan Saat Pemiliknya Terpapar COVID-1
Dengan mengikuti pelatihan Conny berikan, beberapa ibu rumah tangga jadi mendapatkan penghasilan tambahan dengan menjual kreasi barang dari sampah plastik. “Tapi ya susah buat mengumpulkan kemauan mereka, karena sampah itu masih dianggap sebelah mata,” jelasnya.
Meski begitu, Conny tidak mau memaksakan setiap orang untuk memiliki pandangan sama dengannya. Conny menjadikan hal itu sebagai motivasinya untuk terus berkarya, sehingga nantinya sampah bisa disulap menjadi sebuah senjata utama untuk dapat mendorong kesadaran masyarakat.
Bahkan Conny menyebut dirinya sendiri sebagai “etalase berjalan”. Sebab, sebelum pandemi datang dan menghambat segala aktivitasnya, Conny sering memamerkan segala hasil karyanya digunakannya untuk pergi ke sebuah acara.
Baca juga:
Perjuangan Mahasiswa Penyintas COVID-19 Saat Harus Ujian Kenaikan Semester
Tak jarang cincin, kalung, hingga tas digunakannya mencuri perhatian banyak orang. Seluruhnya tentu dibuat dari daur ulang sampah. “Pernah saya ke acara pernikahan, ada orang suka dengan tas saya. Yasudah,” jelasnya dengan tawa.
Hal ini dilakukan bukan semata-mata karena uang. Baginya mendaur ulang sampah merupakan hobi menghasilkan dan bukan pekerjaan. Conny merupakan guru seni di beberapa sekolah berada di sekitar daerah Pamulang.

“Walau memang mendaur ulang ini dapat dibilang menguntungkan, tapi saya tidak menjadikannya sebagai pekerjaan, melainkan sebagai sebuah hobi,” ujarnya. lima juta rupiah pernah dikantongin Conny saat beberapa karyanya laku terjual di sebuah pameran. Kerumitan dalam membuat dan kesulitan dalam mencari barang menentukan harga setiap kreasi buatannya.
Karpet terbuat dari kemasan kopi saset dihargai Rp 400 ribu, tas koran dihargai Rp 300 ribu, tempat tisu dengan berbagai macam bentuk dihargai Rp 75 ribu, dan masih terdapat macam ragam kreasi pernah dibuatnya. Tak hanya itu, Conny juga pernah membuat kreasi sprei dari bungkus kopi saset.
Sebagian orang mungkin melihat kegiatan Conny hanya membuang-buang waktu. Namun tidak bagi perempuan berusia 61 tahun ini. “Bayangkan, untuk membuat karpet, kemasan saset kopi dibutuhkan itu sekitar empat ribu. Jadi kalau di satu RT ada punya lima karpet saja, sudah berapa banyak tuh sampah berkurang,” jelasnya.
Hingga kini, Conny telah menetapkan satu merek digunakannya untuk memperjual belikan karya daur ulang dari sampah plastik, Griya Den Ayu nan telah berdiri selama 25 tahun.
Namanya juga semakin banyak dikenal orang sebagai praktisi kerajinan wirausaha baik di daerah tempatnya tinggal hingga beberapa kota di Indonesia. Conny juga pernah mendapatkan kunjungan dari istri Walikota Madagaskar ketika ingin melihat karya daur ulang sampah plastik di rumahnya. (Cit)
Baca juga:
Bagikan
Yudi Anugrah Nugroho
Berita Terkait
Converse Sambut Musim Liburan Akhir Tahun dengan Koleksi Terbaru, Gaya Maksimal di Segala Perayaan

Sepakat Kerja Sama di Bidang Ekonomi dan Sains, Presiden Brasil Harap Bisa Untungkan 2 Negara

Pengecekan Kesehatan Cepat kini Tersedia di Stasiun MRT Jakarta Dukuh Atas

Bisa Ditiru nih Ladies, Cara Davina Karamoy Hindari Anemia tanpa Ribet

The Everyday Escape, 15 Menit Bergerak untuk Tingkatkan Suasana Hati

Gaya Sporty Luxe ala Justin Hubner: Maskulin, Melek Mode, dan Anti Ribet

DPR Kritik BPJS Kesehatan Nonaktifkan 50.000 Warga Pamekasan, Tegaskan Hak Kesehatan tak Boleh Disandera

Ilmuwan Peneliti Material Baru Terima Hadiah Nobel Kimia, Temuannya Dapat Bantu Selamatkan Planet

Terus Merugi, Sepatu BATA Resmi Hapus Bisnis Produksi Alas Kaki

[HOAKS atau FAKTA]: Terlalu Sering Makan Mi Instan Bisa Bikin Usus Tersumbat
![[HOAKS atau FAKTA]: Terlalu Sering Makan Mi Instan Bisa Bikin Usus Tersumbat](https://img.merahputih.com/media/dd/9e/b5/dd9eb5a1bf5cdc532052d7f541d290b4_182x135.png)