IPW Desak Polri Bongkar Jaringan Teroris Sampai ke Akar-akarnya
Ketua Presidium Indonesian Police Watch, Neta S Pane (Foto: MP/Asropih)
MerahPutih.Com - Ancaman teroris menjadi bahaya laten bagi keamanan dan kenyamanan masyarakat dalam menjalankan aktivitasnya sehari-hari. Serangan bom bunuh diri yang muncul secara sporadis dan tak terduga mencemaskan publik.
Meski selama ini, pihak kepolisian melalui Densus Antiteror 88 sikap mengamankan para pelaku teror, namun menurut Indonesian Police Watch (IPW), Polri seharusnya segera membongkar jaringan teroris sampai ke akar-akarnya.
Hal ini berkaca dari serangan bom bunuh diri yang terjadi pos pantau polisi di Kartasura, Sukoharjo, Jawa Tengah. Menurut Neta S Pane, sebetulnya ruang gerak para teroris semakin sempit namun tidak berarti pelakunya tak bisa bergerak sendiri.
"Kasus ini menunjukkan makin sempitnya ruang gerak para teroris untuk beraksi," ungkap Neta kepada wartawan di Jakarta, Jumat, (7/6).
Pelaku yang bernama Rofik Asharudin (22) itu belum diketahui apakah ada indikasi keterlibatan yang bersangkutan dengan jaringan teroris tertentu. Namun pelaku diketahui melakukan aksinya itu lone wolf.
Karena itu, Neta mendesak kepolisian agar menggali informasi dari pelaku untuk mengetahui jaringan mana yang berada di belakang pelaku.
"Polisi tetap harus memburu korban dan menggali informasi dari (teroris Kartasura) agar diketahui siapa dan jaringan mana yang berada di belakangnya," tutur Neta.
Kejadian ledakan terjadi pada Senin (3/6/2019) sekitar pukul 22.45 WIB. Saksi yang melihat langsung bernama Rangga yang berprofesi sebagai timer bus, ketika itu membantu polisi memasang lampu. Saksi melihat pelaku berjalan ke pos sekitar pukul 22.35 WIB, pelaku mengenakan kaus hitam, jeans dan headset.
Kemudian pelaku duduk di trotoar dekat pos sekitar 5-10 menit berdasarkan perkiraan saksi. Lantas terjadi ledakan yang cukup kencang.
BACA JUGA: Lebaran Kedua, Exit Tol Ngasem Sukoharjo Macet Total
Rencana Jokowi Undang Maskapai Asing Dikritik Guru Besar UI
Sementara itu, hasil penyitaan yaitu dua plastik isi belerang, satu plastik isi potasium klorat, campuran belerang dengan potasium arang atau black powder dalam Tupperware, empat switch, baterai 9 volt, serbuk putih yang diduga nitrat, satu plastik arang, dua plastik kabel berwarna kuning dan kabel clay, pengisi daya baterai, dua pipa berukuran 2-15 sentimeter, detonator manual warna putih dengan kabel hijau dan putih, solder serta sisa paku.
Berdasarkan hasil analisis Laboratorium Forensik, kesimpulan sementara menyatakan jenis bom berdaya ledak rendah (low explosive). Serpihan bom di TKP dan sisa serbuk di tubuh pelaku identik.(Knu)
Bagikan
Berita Terkait
Menko Yusril Sebut Pengadilan Militer AS Akan Adili Hambali Bulan Depan
4 Teroris Ditangkap di Sumut dan Sumbar, Diduga Sebarkan Paham Radikal hingga Dukung ISIS
IPW Apresiasi Langkah Tegas TNI-Polri, Sebut Aspirasi Harus Dilakukan dengan Cara Damai
Mobil Brimob Pelindas Ojol Affan Kurniawan hingga Tewas Bergerak Ugal-ugalan dan ‘Tanpa Komando’, Pengamat: Ini Pidana Berat!
785 Korban Terorisme Telah Terima Kompensasi Dari Negara, Tertinggi Rp 250 Juta
ASN Kemenag Jadi Tersangka NII, Wamenag Minta Densus 88 Tidak Gegabah Beri Label Teroris
Terungkap, Penghubung Teroris dengan Penyedia Dana dan Logistik Selama Ini Bersembunyi di Bogor
BNPT Beberkan 4 Sistem Deteksi Dini Cegah Terorisme di 2026
Pemerintah Bakal Coret Penerima Bansos yang Terbukti Terlibat Pendanaan Terorisme Hingga Tipikor
20 Orang Tewas dalam Serangan Bom Bunuh Diri di Gereja Suriah