Indonesia Harus Waspadai Krisis Pangan Seperti Terjadi di Sri Lanka
Pedagang beras di Pasar Rangkasbitung Kabupaten Lebak sejak empat bulan terakhir harga beras relatif stabil karena didatangkan dari petani lokal. ANTARA/ Mansyur
MerahPutih.com - Pemerintah diminta agar segera melakukan antisipasi untuk menghaapi potensi terjadi krisis pangan yang melanda dunia ke Indonesia.
"Kita sama-sama berharap Indonesia terhindar dari ancaman krisis pangan yang menghantui dunia," ujar Ketua Umum DPP PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri di Jakarta, Minggu (18/7).
Baca Juga:
Harga Pangan Melambung Tinggi, Ganjar Siapkan Operasi Pasar
Presiden ke-5 RI itu mengatakan langkah antisipatif tersebut perlu dilakukan dengan berkaca dari kasus kegagalan Sri Lanka dan dunia, yang terancam krisis pangan serta resesi dipicu masalah inflasi.
Seperti sudah diingatkan Presiden Joko Widodo, lanjutnya, krisis pangan berpotensi terjadi mulai tahun ini di negara-negara yang dinyatakan gagal karena mengalami keterpurukan ekonomi.
Ia menegaskan, kalau ekonomi itu gagal atau hancur, pikiran yang paling utama adalah upaya mendapatkan bahan makanan.
"Pangan itu menjadi sebuah pertanyaan besar; dan sekiranya akan terjadi, walau tentu kita berharap hal itu tidak terjadi, sehingga dengan demikian kita sendiri harus mulai berpikir pada saat sekarang ini untuk bagaimana kita bisa menjalankan dan menghasilkan kedaulatan pangan Indonesia itu," jelasnya.
Ketua Dewan Pengarah Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) itu, peran Indonesia sangat penting selama perguruan tinggi menaruh perhatian besar terhadap penguasaan ilmu pengetahuan dan teknologi melalui riset dan inovasi di bidang pangan.
Ia menegaskan, Indonesia begitu kaya dan menghasilkan sumber pangan beragam. Sumber pangan itu seharusnya diolah melalui sebuah kerja yang bersinergi dari hulu ke hilir serta didukung oleh riset tentang sumber benih, pengembangan kemampuan produksi, pengolahan hasil pangan, serta sistem distribusi berkeadilan.
"Maka Indonesia bisa hadir sebagai lumbung pangan dunia," katanya.
Mega menegaskan, Indonesia memiliki potensi besar untuk mengembangkan bahan pangan utama selain beras, seperti singkong, jagung, sorgum, umbi, dan pisang.
"Dua tahun yang lalu, sebagai Ketua Umum PDI Perjuangan, saya telah memberikan instruksi kepada seluruh jajaran eksekutif kami, yaitu yang disebut program menanam 10 tanaman pendamping beras, yaitu hanjali atau jali-jali, jagung, pisang, porang, sagu, singkong, sorgum, sukun, talas, ubi jalar," katanya.
Dia menjelaskan, saat ini porsi konsumsi nasi oleh masyarakat Indonesia mencapai 60 persen dan pada 2045 diprediksi memerlukan hingga 319 juta ton beras. Angka konsumsi itu sangat besar dan menjadi tantangan karena Indonesia masih terkendala alih fungsi lahan pertanian, krisis iklim, kekeringan, gagal panen, hingga ketidakpastian pandemi.
Sementara, data produksi beras pada masa pandemi tahun 2020 hanya mencapai 31,33 juta ton, sedangkan di tahun 2021 sebanyak 31,69 juta ton.
"Oleh karena itu, untuk mengisi kekurangannya dia mengatakan ide makanan pendamping beras menjadi penting," katanya. (Pon)
Baca Juga:
PKS Soroti Harga Pangan yang Kian Melambung
Bagikan
Ponco Sulaksono
Berita Terkait
Hadapi Gangguan Cuaca Kemenkeu Yakinkan Harga Pangan Terkendali Saat Nataru
Stabilitas Harga Pangan Jelang Nataru 2025/2026, Mendag Waspadai Faktor Cuaca
Makan Bergizi Gratis Diklaim Tidak Berpengaruh ke Lonjakan Harga Pangan, Kenaikan Akibat Hujan
Mentan Amran Lakukan Inspeksi Harga Sembako di Pasar Legi Solo, Tegaskan jangan Politisasi Sektor Pangan
PSI Jakarta Tolak Pemotongan Subsidi Pangan, Warga Juga Disebut Sulit Akses
Prabowo Dinilai Sukses Jadikan Pertanian sebagai Program Prioritas
Kepala Bapanas Amran Janjikan Semua Pulau di Indonesia Swasembada Pangan
Stok 10 Bahan Pangan di Jakarta Diklaim Aman, Cukup Untuk 2 Bulan ke Depan
Dharma Jaya Catat Lonjakan Bisnis 190 Persen Sambil Jaga Ketahanan Pangan
Kabar Gembira di Akhir Pekan! Harga Beras Medium dan Cabai Rawit Merah Kompak Anjlok Signifikan