Hati-hati Bahaya Sifilis Mengintai Ibu dan Si Kecil


Waspada, sifilis juga dapat menular dari ibu hamil ke janin. (Pexels/Leah Kelley)
SIFILIS dapat dialami perempuan loh. Biasanya menimbulkan sedikit gejala atau tidak bergejala sama sekali. Tapi, seiring berkembangnya infeksi, gejala yang muncul bisa makin parah.
Tahukah jika sifilis juga dapat menular dari ibu hamil ke janin. Untuk mencegah komplikasi, termasuk kerusakan otak, mengenali gejala, pengobatan, dan bagaimana cara mencegahnya?
Sifilis merupakan salah satu penyakit menular seksual (PMS) yang paling serius di seluruh dunia. Pada perempuan disebabkan oleh infeksi bakteri Treponema pallidum.
Baca Juga:

Penyebarannya di Indonesia mengalami kenaikan. Sifilis yang menular dari ibu hamil ke janin disebut sebagai sifilis kongenital. Pada sebagian besar kasus, sifilis ditularkan dari ibu ke bayi selama kehamilan. Namun, penularan juga dapat dapat terjadi saat kelahiran pervaginam atau normal jika bayi mengalami kontak langsung dengan luka sifilis.
Dokter spesialis obstetri dan ginekologi Tagor Sidabutar mengatakan bahwa ibu hamil yang terkena sifilis harus melakukan pengobatan suntikan Penicilin-G sebelum melahirkan.
"Harus dilakukan sebelum melahirkan. treatment penyuntikan pada ibu hamil yaitu dengan diberikan suntikan Penicilin-G, dan lalu kita evaluasi," jelas Tagor.
Proses ini seharusnya sudah diobati 30 hari atau kurang lebih satu bulan sebelum ibu hamil melahirkan, guna mencegah penularan ke bayi.
Pengobatan pada ibu hamil yang sudah terdeteksi menderita sifilis harus sesegera mungkin.
"Harus segera mungkin karena penularannya ini bisa dalam perut dan bisa saat lahiran karena adanya kontak langsung. Mungkin tertular kuman sifilis yang ada di daerah kewanitaan," jelasnya.
Baca Juga:
WHO: Jangan Konsumsi Gula Pengganti jika Ingin Menurunkan Berat Badan

Jika sudah mendekati persalinan dan sifilis belum juga terobati, Tagor menyarankan untuk melakukan operasi caesar untuk meminimalkan risiko penularan penyakit sifilis pada bayi.
"Kalau terinfeksi dan masih aktif, ya, untuk mencegah salah satunya dengan caesarean section, karena ini bisa menurunkan kontak langsung," kata Tagor.
Walau prosedur ini tetap tak menutup kemungkinan penularan sifilis melalui aliran plasenta darah dari ibu ke janin saat kehamilan.
"Kan bisa saja memang kuman tersebut masuk melalui plasenta. Jadi nanti harus diinformasikan ke tim dokter anak untuk dilakukan screening," tambahnya.
Hal-hal di atas perlu dilakukan untuk mencegah sejumlah risiko yang terjadi pada ibu dan bayi. Tagor mengatakan, sifilis berisiko menyebabkan masalah kognitif pada bayi hingga keguguran.
"Jika ibu memang terdeteksi positif sifilis bisa menyebabkan keguguran, bayinya lahir meninggal, bisa juga kognitif skill-nya terganggu bisa ada masalah di gangguan pendengaran," jelasnya.
Akhirnya Tagor menganjurkan agar ibu hamil melakukan screening beberapa penyakit infeksi termasuk HIV dan hepatitis. (dgs)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
