Hakim Pengadilan Tipikor Jakarta Tolak Eksepsi 8 Terdakwa ASABRI


Tersangka kasus korupsi Asabri, Benny Tjokrosaputro. Foto: Antara
MerahPutih.com - Majelis Hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi (Tipikor) Jakarta menolak nota keberatan atau eksepsi terhadap delapan terdakwa kasus dugaan korupsi pengelolaan Keuangan PT ASABRI. Majelis Hakim melanjutkan persidangan terhadap delapan terdakwa ASBRI pada tahap pembuktian.
Adapun 8 terdakwa ASABRI itu yakni, Direktur Utama (Dirut) PT. ASABRI Adam Damiri; Dirut PT ASABRI periode 2016-2020, Letjen Purn Sonny Widjaja; Direktur Keuangan PT ASABRI periode 2008-2014, Bachtiar Effendi; Direktur PT ASABRI periode 2013-2014 dan 2015-2019, Hari Setiono.
Baca Juga
Pakar Nilai Penerima Dana Korupsi Asabri Juga Harus Diproses Hukum
Kemudian, Dirut PT Prima Jaringan, Lukman Purnomosidi; Direktur PT Jakarta Emiten Investor Relation, Jimmy Sutopo; Dirut PT Hanson Internasional TBK, Benny Tjokrosaputro; serta Komisaris PT Trada Alam Mineral (PT TRAM), Heru Hidayat.
"Mengadili, menyatakan keberatan penasihat hukum tidak diterima, memerintahkan sidang dilanjutkan, menangguhkan pembebanan perkara hingga putusan akhir perkara ini," kata Ketua Majelis Hakim, Ignasius Eko Purwanto membacakan putusan sela, di Pengadilan Tipikor Jakarta, Senin (6/9).
Hakim menilai, eksepsi yang diajukan para terdakwa dinilai sudah masuk ke dalam pokok perkara dan tidak termasuk dalam alasan mengajukan eksepsi. Hakim pun menilai, dakwaan Jaksa Penuntut Umum (JPU) telah disusun secara jelas, cermat dan lengkap.
"Keberatan tidak beralasan hukum dan tidak dapat diterima," tegas Hakim Ignasius.

Selanjutnya, Majelis Hakim akan melanjutkan persidangan pada Senin (13/9) mendatang, dengan agenda pemeriksaan saksi. Sehingga memerintahkan tim Jaksa Penuntut Umum untuk menghadirkan saksi ke persidangan.
Dalam perkara ini, delapan terdakwa ASABRI didakwa merugikan negara senilai Rp 22,7 triliun. Jaksa mendakwa, Adam Damiri beserta terdakwa lainnya telah menerima hadiah dari perusahaan yang bekerja sama dengan PT ASABRI. Mereka didakwa mendapat keuntungan dan fasilitas lainnya.
Para terdakwa seolah-olah telah melakukan proses restrukturisasi pengelolaan investasi dalam bentuk penjualan saham dan reksadana menggunakan dana pengelolaan PT ASABRI. Perbuatannya diduga telah merugikan keuangan negara hingga Rp 22,7 triliun.
Perusahaan pelat merah yang bergerak pada bidang asuransi sosial bagi prajurit TNI-Polri dan ASN ini mendapatkan pendanaan yang berasal dari dana program tbungan hari tua dan dana program akumulasi iuran pensiun.
Pendanaan itu bersumber dari iuran peserta ASABRI setiap bulannya yang dipotong dari gaji pokok TNI, Polri dan ASN/PNS di Kementerian Pertahanan sebesar 8 persen dengan rincian dana pensiun dipotong sebesar 4,75 persen dari gaji pokok, sedangkan tunjangan hari tua dipotong sebesar 3,25 persen dari gaji pokok.
Mereka didakwa melanggar Pasal 3 Jo Pasal 18 Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi sebagaimana telah diubah dengan UU Nomor 20 Tahun 2001 tentang perubahaan atas Undang-Undang Nomor 31 Tahun 1999 Tentang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi Jo. Pasal 55 ayat (1) ke-1 KUHPidana. (Pon)
Baca Juga
Mega Korupsi Asabri, Kejagung Tahan Saudara Kandung Benny Tjokro
Bagikan
Ponco Sulaksono
Berita Terkait
KPK Buka Peluang Panggil Ketum PBNU Terkait Korupsi Kuota Haji

Draf RUU Tentang Perampasan Aset Saat Ini Disebut Beda Dengan Draf Zaman Jokowi

Hotman Klaim Kasus Nadiem Mirip Tom Lembong, Kejagung: Itu Kan Pendapat Pengacara

Apartemen Nadiem Makarim Digeledah, Kejagung Temukan Barang Bukti Penting

Kakak-Adik Bos Sritex Jadi Tersangka Kasus Pencucian Uang, Negara Rugi Rp 1 Triliun!

Presiden Nepal Yakinkan Semua Pihak, Tuntutan Pengunjuk Rasa Akan Dipenuhi

KPK Menggali Keterangan Khalid Basalamah Terkait Perolehan Kuota Haji Khusus

Kejagung Akui Kepala Desa yang Terlibat Kasus Korupsi Meroket Hingga 100 Persen

Eks Wamenaker Noel Tampil Berpeci Setelah 20 Hari Ditahan KPK, Alasannya Biar Keren

Tersangka Anggota DPR Satori Tidak Ditahan Setelah Diperiksa KPK 7 Jam Lebih
