Gula Pengganti Jenis Aspartam Masuk Daftar Karsinogen


Aspartam adalah salah satu pemanis yang paling umum digunakan di dunia. (Foto: Unsplash/Towfiqu barbhuiya)
ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) akan memasukkan pemanis buatan jenis aspartam yang merupakan gula pengganti dalam daftar karsinogen. Karsinogen berarti dapat menyebabkan kanker.
Langkah tersebut, seperti yang dilaporkan oleh berbagai sumber media, segera terwujud dalam pertemuan pada tanggal 14 Juli oleh para pakar penelitian WHO yang disebut International Agency for Research on Cancer.
Reuters yang mengutip dua sumber tanpa nama mengetahui tentang proses tersebut, mencatat bahwa aspartam adalah salah satu pemanis paling umum digunakan di dunia.
Baca Juga:
Aspartam 200 kali lebih manis daripada gula. Zat ini pertama kali disetujui oleh Badan Pengawas Makanan dan Obat-obatan (FDA) Amerika Serikat pada tahun 1974 untuk digunakan sebagai pemanis makanan dan permen karet, sereal sarapan, kopi instan, gelatin, puding dan selai, serta produk susu.

Sebanyak 95 persen jenis minuman ringan berkarbonasi memiliki pemanis yang menggunakan aspartam. Zat tersebut juga sering ditambahkan oleh konsumen ke minuman dalam bentuk gula pengganti dalam saset berwarna biru yang ada di meja makan dan restoran.
WHO saat ini mencantumkan 126 agen yang diketahui bersifat karsinogenik bagi manusia, mulai dari alkohol dan tembakau, hingga polusi udara luar ruangan.
Mereka juga mencantumkan 94 agen sebagai "probably" atau kemungkinan karsinogenik bagi manusia dan 322 agen sebagai "possibly" atau bisa jadi karsinogenik bagi manusia. Aspartam akan bergabung dengan kelompok bisa jadi, yang mencakup knalpot mesin bensin dan bekerja sebagai 'dry cleaner'.
Baca Juga:
Pikiran Positif Tentang Penuaan Baik untuk Pemulihan Memori pada Lansia
Pada awal tahun ini, WHO memperingatkan bahwa orang tidak boleh menggunakan pemanis non-gula untuk mengontrol berat badan karena potensi risiko kesehatan.
Pedoman tersebut menyebabkan kehebohan di industri makanan, yang berpendapat bahwa hal itu dapat membuat konsumen kembali beralih ke gula. Padahal, mereka ingin mengurangi jumlah konsumsinya dengan gula pengganti.

Aspartam telah dipelajari secara ekstensif selama bertahun-tahun. Tahun lalu, sebuah studi observasional di Prancis yang melibatkan 100 ribu orang dewasa menunjukkan bahwa orang yang mengonsumsi pemanis buatan dalam jumlah lebih besar, termasuk aspartam, memiliki risiko kanker sedikit lebih tinggi.
Temuan itu melanjutkan studi dari Institut Ramazzini di Italia pada awal 2000-an, yang melaporkan bahwa beberapa kanker pada tikus terkait dengan aspartam.
Namun, penelitian pertama tidak dapat membuktikan bahwa aspartam menyebabkan peningkatan risiko kanker, dan pertanyaan telah diajukan tentang metodologi penelitian kedua.
Aspartam diizinkan untuk digunakan secara global oleh regulator yang telah meninjau semua bukti yang tersedia, dan pembuat makanan dan minuman utama selama beberapa dekade mempertahankan penggunaan bahan tersebut. (aru)
Baca Juga:
Bagikan
Berita Terkait
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga

Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak

Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas

Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan

Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
