Gula Pengganti Jenis Aspartam Masuk Daftar Karsinogen

Ikhsan Aryo DigdoIkhsan Aryo Digdo - Rabu, 05 Juli 2023
Gula Pengganti Jenis Aspartam Masuk Daftar Karsinogen

Aspartam adalah salah satu pemanis yang paling umum digunakan di dunia. (Foto: Unsplash/Towfiqu barbhuiya)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

ORGANISASI Kesehatan Dunia (WHO) akan memasukkan pemanis buatan jenis aspartam yang merupakan gula pengganti dalam daftar karsinogen. Karsinogen berarti dapat menyebabkan kanker.

Langkah tersebut, seperti yang dilaporkan oleh berbagai sumber media, segera terwujud dalam pertemuan pada tanggal 14 Juli oleh para pakar penelitian WHO yang disebut International Agency for Research on Cancer.

Reuters yang mengutip dua sumber tanpa nama mengetahui tentang proses tersebut, mencatat bahwa aspartam adalah salah satu pemanis paling umum digunakan di dunia.

Baca Juga:

Efek Aspartam pada Tubuh

Aspartam 200 kali lebih manis daripada gula. Zat ini pertama kali disetujui oleh Badan Pengawas Makanan dan Obat-obatan (FDA) Amerika Serikat pada tahun 1974 untuk digunakan sebagai pemanis makanan dan permen karet, sereal sarapan, kopi instan, gelatin, puding dan selai, serta produk susu.

Hingga 95 persen jenis minuman ringan berkarbonasi memiliki pemanis yang menggunakan aspartam. (Foto: freepik/freepik)

Sebanyak 95 persen jenis minuman ringan berkarbonasi memiliki pemanis yang menggunakan aspartam. Zat tersebut juga sering ditambahkan oleh konsumen ke minuman dalam bentuk gula pengganti dalam saset berwarna biru yang ada di meja makan dan restoran.

WHO saat ini mencantumkan 126 agen yang diketahui bersifat karsinogenik bagi manusia, mulai dari alkohol dan tembakau, hingga polusi udara luar ruangan.

Mereka juga mencantumkan 94 agen sebagai "probably" atau kemungkinan karsinogenik bagi manusia dan 322 agen sebagai "possibly" atau bisa jadi karsinogenik bagi manusia. Aspartam akan bergabung dengan kelompok bisa jadi, yang mencakup knalpot mesin bensin dan bekerja sebagai 'dry cleaner'.

Baca Juga:

Pikiran Positif Tentang Penuaan Baik untuk Pemulihan Memori pada Lansia

Pada awal tahun ini, WHO memperingatkan bahwa orang tidak boleh menggunakan pemanis non-gula untuk mengontrol berat badan karena potensi risiko kesehatan.

Pedoman tersebut menyebabkan kehebohan di industri makanan, yang berpendapat bahwa hal itu dapat membuat konsumen kembali beralih ke gula. Padahal, mereka ingin mengurangi jumlah konsumsinya dengan gula pengganti.

Konsumen dapat beralih ke gula, padahal mereka ingin mengurangi jumlah konsumsinya dengan gula pengganti. (Foto: freepik/pvproductions)

Aspartam telah dipelajari secara ekstensif selama bertahun-tahun. Tahun lalu, sebuah studi observasional di Prancis yang melibatkan 100 ribu orang dewasa menunjukkan bahwa orang yang mengonsumsi pemanis buatan dalam jumlah lebih besar, termasuk aspartam, memiliki risiko kanker sedikit lebih tinggi.

Temuan itu melanjutkan studi dari Institut Ramazzini di Italia pada awal 2000-an, yang melaporkan bahwa beberapa kanker pada tikus terkait dengan aspartam.

Namun, penelitian pertama tidak dapat membuktikan bahwa aspartam menyebabkan peningkatan risiko kanker, dan pertanyaan telah diajukan tentang metodologi penelitian kedua.

Aspartam diizinkan untuk digunakan secara global oleh regulator yang telah meninjau semua bukti yang tersedia, dan pembuat makanan dan minuman utama selama beberapa dekade mempertahankan penggunaan bahan tersebut. (aru)

Baca Juga:

Kenali Jenis-Jenis Terapi Anak

#Kesehatan
Bagikan
Ditulis Oleh

Ikhsan Aryo Digdo

Learner.

Berita Terkait

Indonesia
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Langkah ini merupakan bagian dari agenda besar pemerintah dalam memperkuat jaring pengaman sosial, terutama bagi masyarakat rentan.
Alwan Ridha Ramdani - Kamis, 02 Oktober 2025
Pemerintah Bakal Hapus Tunggakan BPJS Kesehatan Warga
Lifestyle
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Pertambahan mata minus ini akan mengganggu aktivitas belajar maupun perkembangan anak
Angga Yudha Pratama - Rabu, 01 Oktober 2025
Waspadai Tanda-Tanda Mata Minus pada Anak
Fun
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Satu dari tiga orang dewasa di Indonesia memiliki kadar kolesterol tinggi.
Ananda Dimas Prasetya - Selasa, 30 September 2025
Strategi Sehat Kontrol Kolesterol, Kunci Sederhana Hidup Berkualitas
Indonesia
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Peredaran rokok ilegal dinilai sangat mengganggu. Sebab, peredarannya bisa merugikan negara hingga merusak kesehatan masyarakat.
Soffi Amira - Kamis, 25 September 2025
Peredaran Rokok Ilegal Dinilai Mengganggu, Rugikan Negara hingga Merusak Kesehatan
Indonesia
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Pemerintah DKI melalui dinas kesehatan akan melakukan penanganan kasus campak agar tidak terus menyebar.
Dwi Astarini - Jumat, 12 September 2025
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak
Indonesia
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Langkah cepat yang diambil jajaran Dinkes DKI untuk mencegah penyakit campak salah satunya ialah melalui respons penanggulangan bernama ORI (Outbreak Response Immunization).
Dwi Astarini - Selasa, 09 September 2025
Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian
Indonesia
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lonjakan kasus malaria yang kembali terjadi setelah daerah tersebut sempat dinyatakan eliminasi pada 2024 itu harus menjadi perhatian serius pemerintah pusat dan daerah.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong
Lifestyle
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Stres dapat bermanifestasi pada gangguan di permukaan kulit.
Dwi Astarini - Kamis, 04 September 2025
Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut
Dunia
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Menkes AS juga menghapus program pencegahan penyakit yang krusial.
Dwi Astarini - Rabu, 03 September 2025
Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat
Lifestyle
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Mereka yang membatasi makan kurang dari delapan jam sehari memiliki risiko 135 persen lebih tinggi meninggal akibat penyakit kardiovaskular.
Dwi Astarini - Selasa, 02 September 2025
Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular
Bagikan