Kenali Jenis-Jenis Terapi Anak


Terapi sangat membantu sebagai penopang atau sesuatu untuk memperkuat anak. (Foto: Freepik/Pressfoto)
TERAPI anak, terkadang disebut psikoterapi, adalah jenis perawatan psikiatri yang digunakan untuk membantu anak memahami dan mengelola perasaan, mengubah perilaku, berkomunikasi dengan lebih efektif, dan membangun ketahanan dirinya.
"Terapi tidak boleh dipandang sebagai pilihan terakhir—dengan kata lain, sesuatu yang hanya diperlukan ketika keadaan buruk atau parah," kata Psikolog Brett Biller, PsyD, seperti dikutip parents.com.
Mental Health Director di Audrey Hepburn Children's House milik Hackensack University Medical Center, AS itu menambahkan, anak tidak perlu berada dalam krisis untuk mendapatkan manfaat dari terapi.
"Terapi sangat membantu sebagai penopang atau sesuatu untuk memperkuat anak sebelum 'rodanya lepas'," uajarnya.
"Beberapa indikasi khas bahwa anak mungkin mendapat manfaat dari terapi termasuk perubahan yang nyata dan bertahan lama dalam suasana hati dan interaksi sosial anak sehari-hari," lanjut Biller.
Dia mencontohkan, anak kurang bicara daripada sebelumnya; mereka kurang tertarik pada aktivitas yang biasanya mereka anggap menyenangkan; dan anak terlibat dalam perilaku yang lebih terisolasi.
Baca juga:

Jenis-Jenis Terapi Anak
Ada banyak jenis terapi berbeda yang mungkin digunakan oleh terapis anak. Beberapa terapis fokus pada satu jenis tertentu. Yang lain mungkin menggunakan kombinasi pendekatan.
Akan sangat membantu bila kamu berbicara dengan beberapa terapis yang berbeda sebelum memilih. Saat mewawancarai terapis yang berbeda, kamu dapat bertanya kepada mereka lebih banyak tentang pendekatan yang mereka gunakan dan seperti pendekatan itu diterapkan dalam praktik mereka.
1. Cognitive Behavioral Therapy (CBT)
CBT atau terapi perilaku kognitif didasarkan pada gagasan bahwa jika kita menjadi lebih sadar akan pikiran dan perasaan kita, kita dapat belajar mengendalikan bagaimana kita bereaksi terhadapnya.
Selama terapi, terapis akan mengajari anak teknik 'mindfulness' agar anak menjadi lebih sadar akan pola pikir dan kemudian menawarkan cara-cara untuk mengatur pikiran, emosi, dan perilaku.
2. Dialectical Behavior Therapy (DBT)
Sebutan lainnya adalah terapi perilaku dialektis. Terapi ini paling sering digunakan pada remaja yang mengalami pikiran dan perilaku bunuh diri.
Ini juga merupakan andalan dalam mengobati gangguan kepribadian ambang. DBT dapat digunakan untuk anak-anak dari segala usia dan dengan berbagai masalah. DBT untuk anak-anak seringkali melibatkan kombinasi terapi individu untuk anak-anak dan pembinaan orangtua untuk pengasuhan.
3. Play Therapy
Disebut juga terapi bermain, terapi ini memanfaatkan kecintaan bermain pada anak untuk menciptakan lingkungan yang penuh perhatian dan menyenangkan bagi anak. Selama terapi bermain, anak diberi mainan, buku, atau perlengkapan seni untuk berinteraksi.
Terapis akan mengamati anak untuk melihat tema apa yang mungkin diekspresikan melalui permainan. Terapi bermain sangat membantu untuk anak-anak usia dini yang mungkin kesulitan menyuarakan perasaan mereka.
Baca juga:

4. Parent-Child Interaction Therapy (PCIT)
Terapi yang memungkinkan orangtua bermain dan berinteraksi dengan anaknya sementara terapis mengamati. Biasanya melalui video atau melalui cermin satu arah.
Setelah mengamatimu sebentar, terapis menawarkan pelatihan untuk membantumu melakukan interaksi yang lebih positif dengan anak. Biasanya PCIT membutuhkan 12 hingga 20 sesi untuk diselesaikan.
5. Terapi Keluarga
Jenis terapi yang bikin orangtua, anak-anak, dan anggota keluarga lain bertemu bersama. Komunikasi dan belajar untuk memahami satu sama lain biasanya ditekankan.
Terapi keluarga dapat sangat membantu untuk anak-anak dengan kecemasan dan juga dalam situasi ketika orang tua mereka mengalami konflik perkawinan.
6. Terapi Perilaku
Biasanya untuk anak-anak dengan kondisi seperti ADHD (attention deficit hyperactivity disorder) dan kondisi perilaku lain. Ketika terapi perilaku diterapkan pada ADHD, tujuannya adalah untuk memodifikasi lingkungan dan kehidupan sosial anak sehingga anak lebih mampu mengontrol perilakunya.
Orangtua, pengasuh, dan guru bekerja sama untuk menghasilkan dan menegakkan aturan tertentu yang memungkinkan disiplin dan perilaku yang lebih positif.
Jika menurut orangtua terapi akan menjadi langkah selanjutnya yang baik untuk anak, pertimbangkan untuk berbicara dengan dokter anak untuk mendiskusikan pilihan dan mendapatkan beberapa rujukan untuk terapis.
Konselor sekolah anak atau psikolog sekolah juga bisa menjadi sumber yang bagus untuk orangtua sebelum memilih terapi. (aru)
Baca juga:
Bagikan
Hendaru Tri Hanggoro
Berita Terkait
Bunda, Coba deh Lavender & Chamomile untuk Tenangkan Bayi Rewel secara Alami

Liburan Bersama Anak di Kolam Renang: Seru, Sehat, dan Penuh Manfaat

Tak hanya Melarang Roblox, Pemerintah Dituntut Lakukan Reformasi Literasi Digital untuk Anak-Anak

Tak Melulu Negatif, Roblox Tawarkan Manfaat Pengembangan Kreavitas untuk Pemain

Susu Soya, Jawaban Tepat untuk Anak dengan Intoleransi Laktosa

Dokter Bocorkan Cara Ajaib Bikin Anak Berprestasi Hanya dengan Musik

Bahaya Screen Time Terlalu Lama Bagi Anak, Dari Cemas hingga Agresif

Bahaya Gawai Mengintai Si Kecil, Dokter Peringatkan Dampak Buruknya pada Kebiasaan Makan dan Tumbuh Kembang!

IDAI Ungkap Manfaat Diet Tinggi Protein-Lemak untuk Atasi Peradangan dan Penyakit Degeneratif

Pembakaran 13 Rumah karena Game, DPR Minta Kebijakan Ruang Digital Anak Diperkuat
