Empty Nest Syndrome, Perasaan Hampa Ketika Anak Meninggalkan Rumah


Merasa sedih dan kesepian ketika anaknya meninggalkan rumah. (Foto: Unsplash/Gus Moretta)
BEBERAPA orang tua mungkin merasa sedih ketika anaknya meninggalkan rumah untuk merantau, menikah, atau menempuh pendidikan di luar kota. Kondisi ini disebut dengan empty nest syndrome. Umumnya, kondisi ini lebih banyak dialami oleh ibu daripada ayah.
Setiap orang tua pasti ingin anaknya bisa hidup mandiri. Namun, saat harus melepas anak pergi dari rumah. Hal tersebut juga bisa memunculkan berbagai emosi, seperti perasaan sedih, hampa, kehilangan dan kesepian.
Berbeda dengan kesedihan ketika seseorang yang kita cintai meninggal. Empty nest syndrome sering kali tidak disadari. Karena anak yang sudah dewasa dan pindah dari rumah dianggap sebagai peristiwa yang normal dan sehat. Orang tua yang marah atau sedih biasanya tidak mendapatkan dukungan atau simpati.
Dalam banyak kasus, sindrom ini makin diperparah dengan kehidupan yang sulit atau perubahan signifikan yang terjadi di waktu bersamaan, seperti pensiun atau menopause.
Baca juga:

Tanda-tanda empty nest syndrome bisa berbeda-beda pada setiap orang. Melansir laman Alodokter, ada tanda-tanda umum yang dapat dikenali, seperti mengalami languishing atau hampa, terjebak, dan tidak bersemangat. Mereka juga merasa gelisah tanpa alasan yang jelas setelah kepergian anak dari rumah.
Akibat kegelisahan tersebut, biasanya orang tua yang mengalami empty nest syndrome juga menjadi sulit fokus saat melakukan berbagai kegiatan.
Perlu diketahui, empty nest syndrome merupakan kondisi psikologis. Tetapi tidak termasuk ke dalam kategori gangguan mental. Kendati demikian, jika tidak dihadapi dengan tepat, empty nest syndrome dapat meningkatkan risiko terjadinya berbagai gangguan mental. Seperti stres, gangguan kecemasan, dan depresi.
Oleh sebab itu, jika saat ini ada orang terdekatmu yang sedang mengalami empty nest syndrome. Sebaiknya dibantu dan dampingilah ia untuk beradaptasi. Cara yang bisa dilakukan adalah meyakinkan bahwa semua perasaan yang ia rasakan terkait kepergian anaknya adalah valid dan normal. Yakinkan bahwa anaknya yang baru saja pergi dari rumah akan selalu membutuhkan kehadiran dan bantuannya. Hanya porsi dan bentuknya saja yang mungkin sudah berubah.
Baca juga:
Sangat Menyentuh, 4 Webtoon Tentang Hubungan Anak dan Orang Tua

Supaya tidak terlalu memikirkannya, coba ajak mereka melakukan kegiatan yang menyenangkan. Seperti makan di luar, pergi ke salon, atau menonton film bersama. Minta mereka memikirkan atau menuliskan hal-hal penting yang ada di dalam hidupnya. Terutama yang tidak berkaitan dengan anaknya yang baru pergi dari rumah.
Jika cara-cara tersebut tidak kunjung membaik. Ajaklah untuk berkonsultasi dengan psikolog atau psikiater guna mendapatkan penanganan yang tepat. (and)
Baca juga:
Rebranding Minuman Kesehatan Anggur Merah Cap Orang Tua Diminati Orang Muda
Bagikan
Andreas Pranatalta
Berita Terkait
Pramono Tegaskan tak Ada Peningkatan Penyakit Campak

Dinkes DKI Catat 218 Kasus Campak hingga September, tak Ada Laporan Kematian

DPR Desak Pemerintah Perkuat Respons KLB Malaria di Parigi Moutong

Kecemasan dan Stres Perburuk Kondisi Kulit dan Rambut

Menkes AS Pecat Ribuan Tenaga Kesehatan, Eks Pejabat CDC Sebut Pemerintah Bahayakan Kesehatan Masyarakat

Intermittent Fasting, antara Janji dan Jebakan, Bisa Bermanfaat Juga Tingkatkan Risiko Kardiovaskular

Rencana Kenaikan Iuran BPJS Kesehatan Belum Dapat 'Lampu Hijau' DPR, Legislator Soroti Pentingnya Keadilan Sosial dan Akurasi Data Penerima Bantuan Iuran

Prabowo Janji Bikin 500 Rumah Sakit, 66 Terbangun di Pulau Tertinggal, Terdepan dan Terluar

Prabowo Resmikan Layanan Terpadu dan Institut Neurosains Nasional di Rumah Sakit Pusat Otak Nasional

Viral Anak Meninggal Dunia dengan Cacing di Otak, Kenali Tanda-Tanda Awal Kecacingan yang Sering Dikira Batuk Biasa
