Kesehatan Mental

Efek Terlalu Sering Melakukan 'Self Diagnose' via Internet

Raden Yusuf NayamenggalaRaden Yusuf Nayamenggala - Minggu, 29 Agustus 2021
Efek Terlalu Sering Melakukan 'Self Diagnose' via Internet

Bahaya terlalu sering mengecek gejala gangguan mental di internet (Foto: pixabay/wokandapix)

Ukuran text:
14
Dengarkan Berita:

SEJUMLAH orang mungkin pernah merasa pusing atau tidak enak badan, kemudian memutuskan untuk mencari tahu gejala penyakit yang dialami via internet.

Seperti halnya ada beragam jawaban di Google, namun kamu mempercayai bahwa itu kanker. Setelah googling, kamu merasa yakin sedang menderita kanker. Padahal kamu belum pernah memeriksakan penyakitmu ke dokter sama sekali.

Baca Juga:

Pentingnya Bangun Pagi Untuk Kesehatan Mental

Apabila kamu pernah melakukan hal seperti itu, berarti kamu sudah melakukan self-diagnose. Sedikit informasi, self-diagnose merupakan istilah yang digunakan, ketika seseorang mendiagnosis penyakit yang sedang dialaminya, berdasarkan pencarian informasi secara mandiri.

self-diagnose bisa menyebabkan sejumlah bahaya yang tidak kamu sadari (Foto: pixabay/ryanmcguire)

Selain itu, self-diagnose pun banyak dilakukan untuk memeriksa kesehatan mental. Hal itu dipaparkan oleh Psikolog tim konselor aplikasi konseling Riliv, Yunia Maharani, M.Psi.

"Banyak orang yang mencari tahu gejala kesehatan mental di internet, lalu percaya mentah-mentah bahwa mereka sedang mengalaminya. Padahal, apa yang ada di internet belum tentu sesuai dengan mereka," jelas Prita, pada siaran pers yang diterima merahputih.com

Lebih lanjut Prita menjelaskan, bahwa sebenarnya kegiatan mencari tahu gejala kesehatan mental di internet tidak melulu salah. Tapi kamu jangan lupa selalu cross-check.

"Caranya ya dengan mendatangi psikolog atau psikiater profesional untuk tahu lebih lanjut masalah kesehatan mental yang sedang dialami. Dari situ bisa ditentukan langkah yang bisa diambil selanjutnya," tambahnya.

Menurut Prita, self-diagnose terkait kesehatan mental memang memiliki beberapa bahaya yang mungkin tidak disadari. Bahaya yang pertama yakni self-diagnose hanya membuat kamu panik.

Manusia memiliki naluri untuk cendrung memikirkan kemungkinan terburuk yang bisa menimpanya. Karena itu, kamu akan lebih mudah mengasumsikan hal-hal buruk saat melakukan self-diagnose.

Hingga akhirnya self-diagnose hanya akan membuatmu mengalami kepanikan yang tak seharusnya terjadi. Bila kamu lebih memilih konsultasi ke psikolog, kamu tak akan merasa panik.

Karena, psikolog profesional dapat menjelaskan kondisimu dengan baik, tanpa menimbulkan kepanikan serta kecemasan.

Baca Juga:

Mengenal 'Zoom Fatigue' dan Bahayanya bagi Kesehatan Mental

Bahaya yang kedua, self-diagnose bisa membuat penyakit atau gangguan sebenarnya terabaikan. Gejala penyakit atau gangguan kesehatna mental belum tentu benar, bia saja kamu sedang mengalami anxiety disorder tapi sebenarnya kamu mengalami depresi mayor. Bisa juga bukan keduanya.

Sebaiknya kamu datang pada ahlinya ketika mengalami gejala penyakit atau gejala kesehatan mental (Foto: pixabay/duy_ittn)

Ketika kamu melakukan self-diagnose, kamu tidak tahu sebenarnya apa penyakit atau gangguan kesehatan mental apa yang sedang kamu alami.

Kamu hanya mengira-ngira hal yang belum tentu kebenarannya. Hal itu bisa menjadi masalah, karena kamu tidak bisa mendapat penanganan yang tepat.

Bahaya yang ketiga dari self-diagnose, yakni dapat memperparah kondisi kesehatan mental. Ini bisa terjadi akibat kamu terlalu panik dan stres, tidak mengobati masalah kesehatan mental yang tengah kamu alami, atau mendapat pengobatan yang salah.

Setiap masalah kesehatan mental ada penanganan tersendiri. Baik dengan terapi, atau dengan obat-obatan tertentu. Adapun kelemahan dari self-diagnose yakni kamu tidak benar-benar tahu penanganan yang tepat untuk masalah kesehatan mentalmu. Karena bisa jadi kamu salah langkah dan menggunakan produk yang memiliki efek samping negatif.

Karena itu, berhentilah untuk terlalu sering melakukan self-diagnose. Sebaiknya kamu pergi ke ahlinya apabila kamu merasakan sebuah gejala penyakit tertentu. (Ryn)

Baca Juga:

Tips Membedakan Rasa Sedih Biasa dan Gangguan Mental

#Kesehatan #Depresi #Depresi Ringan #Kesehatan Mental
Bagikan
Ditulis Oleh

Raden Yusuf Nayamenggala

I'm not perfect but special

Berita Terkait

Olahraga
Raphael Varane Ngaku Alami Depresi saat Masih di Real Madrid, Paling Parah setelah Piala Dunia 2018!
Raphael Varane mengaku dirinya mengalami depresi saat masih membela Real Madrid. Ia menceritakan itu saat wawancara bersama Le Monde.
Soffi Amira - Rabu, 03 Desember 2025
Raphael Varane Ngaku Alami Depresi saat Masih di Real Madrid, Paling Parah setelah Piala Dunia 2018!
Indonesia
SDM Dokter belum Terpenuhi, Kemenkes Tunda Serahkan RS Kardiologi Emirate ke Pemkot Solo
Pemkot segera mulai menyiapkan kebutuhan tenaga medis, mulai dari dokter hingga perawat.
Dwi Astarini - Senin, 24 November 2025
SDM Dokter belum Terpenuhi, Kemenkes Tunda Serahkan RS Kardiologi Emirate ke Pemkot Solo
Indonesia
Program Pemutihan BPJS Kesehatan Berlangsung di 2025, ini Cara Ikut dan Tahapannya
emerintah memberikan kesempatan bagi peserta untuk mendapatkan penghapusan tunggakan iuran sehingga mereka bisa kembali aktif menikmati layanan kesehatan.
Dwi Astarini - Rabu, 19 November 2025
Program Pemutihan BPJS Kesehatan Berlangsung di 2025, ini Cara Ikut dan Tahapannya
Berita Foto
Prodia Hadirkan PCMC sebagai Layanan Multiomics Berbasis Mass Spectrometry
Direktur Utama PT Prodia Widyahusada memotong tumpeng bersama Komisaris Utama PT Prodia Widyahusada, Andi Widjaja saat peresmian PCMC di Jakarta.
Didik Setiawan - Sabtu, 15 November 2025
Prodia Hadirkan PCMC sebagai Layanan Multiomics Berbasis Mass Spectrometry
Indonesia
Senang Ada Temuan Kasus Tb, Wamenkes: Bisa Langsung Diobati
Kemenkes menargetkan hingga akhir tahun ini bisa mengobati 900 ribu orang yang terkena Tb.
Dwi Astarini - Kamis, 13 November 2025
Senang Ada Temuan Kasus Tb, Wamenkes: Bisa Langsung Diobati
Berita Foto
Momen Garda Medika Hadirkan Fitur Express Discharge Permudah Layanan Rawat Jalan
President Director Asuransi Astra, Maximiliaan Agatisianus memberikan pemaparan dalam peluncuran Express Discharge di Jakarta, Rabu (12/11/2025).
Didik Setiawan - Rabu, 12 November 2025
Momen Garda Medika Hadirkan Fitur Express Discharge Permudah Layanan Rawat Jalan
Indonesia
Cak Imin Imbau Penunggak Iuran BPJS Kesehatan Daftar Ulang Biar Bisa Diputihkan
Pemerintah akan memutihkan tunggakan 23 juta peserta BPJS Kesehatan mulai akhir 2025.
Wisnu Cipto - Rabu, 05 November 2025
Cak Imin Imbau Penunggak Iuran BPJS Kesehatan Daftar Ulang Biar Bisa Diputihkan
Indonesia
23 Juta Tunggakan Peserta BPJS Kesehatan Dihapuskan, Ini Syarat Penerimanya
Program penghapusan tunggakan iuran BPJS Kesehatan ini akan dimulai pada akhir 2025
Wisnu Cipto - Rabu, 05 November 2025
23 Juta Tunggakan Peserta BPJS Kesehatan Dihapuskan, Ini Syarat Penerimanya
Lifestyle
Trik Dokter Jaga Imun: Vitamin, Hidrasi & Tidur Lawan Penyakit Cuaca Ekstrem
Selain mengonsumsi nutrisi seimbang, dokter juga mengingatkan pentingnya memastikan tubuh selalu terhidrasi secara cukup selama cuaca ekstrem
Angga Yudha Pratama - Selasa, 04 November 2025
Trik Dokter Jaga Imun: Vitamin, Hidrasi & Tidur Lawan Penyakit Cuaca Ekstrem
Indonesia
Kejar Target, Cek Kesehatan Gratis Bakal Datangi Kantor dan Komunitas
Komunitas-komunitas yang diajak kerja sama juga nantinya dapat melakukan layanan CKG di tempat-tempat strategis, contohnya mall.
Alwan Ridha Ramdani - Senin, 03 November 2025
Kejar Target, Cek Kesehatan Gratis Bakal Datangi Kantor dan Komunitas
Bagikan