Eddy Hiariej: Kualitas Pembuktian yang Utama Bukan Masalah Jumlah Saksi
Saksi ahli dari kubu Jokowi-Ma'ruf, Eddy Hiariej saat bersaksi di sidang MK (Foto: antaranews)
MerahPutih.Com - Saksi ahli yang diajukan tim kuasa hukum Jokowi-Ma'ruf dalam sidang sengketa pilpres di Mahkamah Konstitusi, Edward Omar Sharif Hiariej atau lebih dikenal dengan nama Eddy Hiariej benar-benar jadi bintang di Gedung MK.
Guru besar hukum pidana termuda itu dengan lugas dan jelas menjawab pertanyaan tim hukum Prabowo-Sandi maupun dari majelis hakim konstitusi. Salah satu jawaban Eddy Hiariej yang banyak disoroti yakni terkait pembatasan jumlah saksi yang dihadirkan dalam sidang MK yakni 15 orang. Menurutnya, hal itu tidak masalah.
“Bukan persoalan pembatasan hanya 15 saksi dan sebagainya, tetapi kualitas pembuktian itu,” kata Eddy saat menjawab pertanyaan dari tim kuasa hukum BPN 02 selaku pemohon, Denny Indrayana, terkait pembatasan jumlah saksi bagi pihaknya sebanyak 15 orang dalam sidang di Mahkamah Konstitusi, Jakarta, Jumat (21//6) kemarin.
Lebih lanjut, saksi ahli yang acap disapa Prof Eddy itu menjelaskan, alat bukti tidak terbatas pada pernyataan saksi saja.
“Masih ada alat bukti lain, bahkan dalam pernyataan saya, saya katakan bahwa MK itu dia tidak hanya mencari kebenaran materil, tetapi juga kebenaran formil,” ujarnya.
Sebagai contoh, Eddy menyebut hirarki alat bukti yang disusun dalam putusan Mahkamah Konstitusi (PMK).
“Pertama surat, kedua keterangan para pihak. Itu sebabnya kemarin waktu dikonfrontasi saksi, Yang Mulia hakim Enny Nurbaningsih bertanya mana itu (surat) P155,” kata Eddy lagi.
Dia juga mengatakan, karena surat menempati posisi tertinggi dalam hirarki alat bukti, maka bukti yang lain bersifat corroborating evidence atau bukti yang menguatkan.
“Ketika surat tidak dapat dibuktikan, ya sudah selesai pembuktiannya,” kata Eddy.
Edward Omar Sharif Hieriej merupakan salah satu dari dua ahli di bidang hukum Pemilu yang dihadirkan oleh Tim Hukum Jokowi-Ma’ruf di sidang gugatan Pilpres 2019 di Mahkamah Konstitusi.
BACA JUGA: BW: Emang Muka Gue Tidak Menunjukkan Siap Menerima Keputusan? Siaplah!
Anies Tegaskan Warga DKI Jakarta Siap Bekerja Keras
Eddy demikian sapaan akrabnya merupakan lulusan S1, S2 dan S3 dari Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Dalam persidangan PHPU Pilpres kelima ini, Eddy Hiariej sebagaimana dilansir Antara memaparkan keterangan dalam ranah keahliannya mengenai istilah terstruktur, sistematis dan massif (TSM) dalam konteks UU Pemilu Nomor 7 Tahun 2017. Profesor Eddy juga menjelaskan TSM dalam konteks extraordinary crime dalam Hukum Acara Pidana.(*)
Bagikan
Berita Terkait
MK Tolak Gugatan Rakyat Bisa Pecat DPR, Pilihannya Jangan Dipilih Lagi di Pemilu
MK Tolak Rakyat Berhentikan Anggota DPR yang Nyeleneh, PAW Tetap Jadi Monopoli Partai Politik
HGU 190 Tahun Dibatalkan, Basuki Hadimuljono Tegaskan Putusan MK tak Ganggu Kepastian Investasi di IKN
Iwakum Nilai Kesaksian Pemerintah Justru Ungkap Kelemahan Pasal 8 UU Pers
MK Batalkan HGU 190 Tahun, Nusron Wahid: Kita Ikuti Keputusan Hukum
Masa HGU di IKN Dipangkas, Komisi II DPR Dorong Kajian Regulasi Tanpa Ganggu Investasi
Mahasiswa Uji Materi UU MD3, Ketua Baleg DPR: Bagian dari Dinamika Demokrasi
Patuhi Putusan MK, Polri Tarik Irjen Argo Yuwono Dari Kementerian UMKM
Kemenaker Tunda Pengumuman Upah Minimum 2026, Aturan Baru Masih Dibahas
PDIP Ingatkan Risiko Konflik Horizontal jika Wewenang Pemecatan Anggota DPR Diberikan kepada Publik